We don't

13K 1K 22
                                    

Gue menarik napas panjang.

"Ra, Ra dengar-"

Seketika pendengaran gue mendengung dan kepala gue tiba-tiba pening. Gue bahkan sampai gak bisa mendengar apa yang sekarang dibicarakan oleh teman-teman gue.

"Ra? Lo dengar gak?"

"Hah?"

"Astaga Yura," ucap salah satu teman gue frustasi. "Gue daritadi ngomong panjang lebar dan lo gak denger?"

Gue hanya menyengir menanggapi pertanyaan teman gue.

"Intinya lo harus ngungkapin perasaan lo ke Sehun."

"Sekarang?" tanya gue.

"Enggak, tahun depan."

Gue mengangguk, "Oh oke tahun depan."

Lalu tiba-tiba kepala gue ditoyor oleh Hyerin-teman gue, "Dasar ogeb, ya sekarang lah Ra. Lo gak ingat perjanjian kita berempat?"

"Hah? Janji apaan?"

"Yeu si tupai pake lupa segala. Perjanjian yang kita bakal ngungkapin perasaan kita ke orang yang kita suka waktu perpisahan. Dan sekarang sudah waktunya."

"Enggak-enggak, gue enggak mau," kata gue sambil menggeleng.

"Janji itu harus ditepati, sayang," sahut Jihae sambil mencengkram bahu gue.

Jihae tersenyum, tapi bukan senyum ke gue, melainkan kepada sesuatu yang ada di belakang gue. Gue menengok ke belakang-ke arah yang dilihat Jihae lalu terkejut setengah mati.

Mampus, itu Sehun anjay!

"Gue cabut duluan ya."

Cengkraman tangan Jihae yang ada di bahu gue menguat sehingga gue gak bisa kabur.

"Sehun! Sehun! Sehun!" teriak teman-teman gue bersamaan.

Orang yang dipanggil pun menengok dan gue merasa seluruh tubuh gue langsung lemas gak karuan.

"Ini si Yura katanya mau ngomongin sesuatu!" teriak Yoojung-teman gue yang satunya lagi.

Cowok yang bernama Sehun itupun menatap kami berempat bingung.

"Gue gak mau, anjay. Gue malu astaga, gue mau mati aja deh, astaga kaki gue lemas, badan gue panas, perut gue mual, astaga gue diare, malaria, demam berdarah, gagal ginjal, usus buntu, astaga." Beribu-ribu alasan gue katakan, tapi temen gue tetap bersikeras.

"Wah penyakit lo komplikasi, Ra. Gak lama lagi dead tuh," kata Yoojung bercanda.

Akibat seruan teman-teman gue yang menyuruhnya untuk datang, akhirnya ia pun berjalan menghampiri gue dan teman-teman gue.

"Ada apa?"

Nada suara Sehun yang terdengar dingin membuat gue langsung membeku di tempat.

"Gak tahu nih, katanya Yura mau ngomong gitu sama lo. Yaudah ya, kami tinggal dulu."

"Jangan tinggalin gue," bisik gue pelan sambil ngenahanin tangan mereka berempat.

"Semoga berhasil, Ra."

"Ra, semoga lo pulang dengan selamat ya."

"Ra, ntar gue pulang nebeng elo ya."

"Bye, Ra."

"Guys, jangan tinggalin gue guys," kata gue cemas sambil melihat mereka bertiga melenggang ninggalin gue.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang