meant to

5.3K 847 12
                                    

Gue tersenyum lebar menatap pantulan diri gue di cermin. "Ya emang sulit sih kalo udah cantik dari lahir," gumam gue lalu tertawa.

Setelah semuanya sudah siap, gue keluar dari kamar sembari bersenandung ria.

"Pagi yang menyenangkan, bukan?"

Gue terkejut sehingga handphone yang ada di tangan gue terjatuh.

Waktu gue mau mengambil handphone gue yang barusan jatuh, eh tahu-tahunya gue kalah cepat sama si Sehun.

Sehun mengambil handphone gue lalu mengembalikannya ke gue.

"Terima kasih, Pak," ucap gue sembari membungkukkan badan gue.

"So, how was your night?" tanya Sehun saat gue berjalan bersebelahan dengannya menuju lift.

"Em...it was good," jawab gue malu-malu plus salah tingkah karena udah ditanyain.

Sehun senyum sebentar terus senyumnya langsung hilang lagi.

Demi apa? Gua gak perlu teh yang manis untuk sarapan pagi ini, cuma ngelihat Sehun senyum sekilas gitu doang udah naik diabetes gue.

Dari jaman gue SMA, gue tahu bener kalo Sehun itu jarang banget senyum dan itu udah jadi ciri khas tersendiri buat dia. Dan sekarang dia malah senyum sama gue, gimana gak gila coba?

"Kamu tidak karaoke-an lagi malam tadi?" tanyanya.

Gue menggaruk tengkuk gue yang gak gatal, "Hehe, enggak, Pak."

___

"Sepertinya kita datang terlalu pagi, Pak," kata gue saat kami berdua sampai di restoran dan melihat tidak ada orang sama sekali kecuali pelayan-pelayan hotelnya. "Dan sepertinya makanannya belum disiapin," sambung gue.

"Yasudah, makan di luar," sahut Sehun enteng.

"Tapi-"

"It's on me."

___

Kini gue dan Sehun duduk di sebuah kedai kopi yang letaknya gak jauh dari hotel. Dan karena Sehun bilang "it's on me" yang berarti dia yang traktir, jadi gue gak bisa nolak.

Dan makan berdua sama Sehun kayak gini itu bikin gue canggung banget. Terlebih lagi dia itu doi gue sewaktu SMA dan betapa bodohnya gue karena udah nyatain perasaan gue ke dia secara langsung. Sumpah gue sebenarnya malu banget, tapi kayaknya dia udah lupa tentang kejadian itu, jadi syukurlah.

"Jadi-"

Perkataan Sehun terpotong saat handphone gue berbunyi.

"Permisi," ucap gue ke Sehun lalu menerima telepon yang masuk ke handphone gue tadi.

Setelah gue terima, tiba-tiba muka gue terpampang di layar handphone gue dan ternyata itu ibu gue nge-vidcall gue.

"Widih bagus bener tempatnya," ucap ibu gue tiba-tiba.

"Ibu, pelan-pelan dong, ade gak bawa headset nih."

"Oh iya-iya," jawab ibu gue sambil tersenyum. "Ade udah sarapan belum?"

"Ini lagi sarapan, bu. Ibu gak tidur apa? Di sana pasti udah tengah malam, mending ibu tidur deh."

"De, videoiin tempatnya dong, ibu mau lihat. Bagus bener tempatnya de, ntar kapan-kapan ajak ibu sama ayah ke sana ya."

Lalu gue mengubah kameranya menjadi kamera belakang dan mulai nge-videoiin isi kedai kopinya biar ibu gue bisa lihat.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang