for a reason

5.5K 833 25
                                    

Berkali-kali gue udah menggosokkan kedua tangan gue, tapi masih aja gue ngerasa dingin.

Gue merapatkan mantel gue lalu memejamkan mata gue sejenak.

Setelah dituntut bekerja terus menerus, akhirnya gue bisa ngerasaiin gimana rasanya liburan. Ya walaupun cuma 2 hari.

Setelah 3 jam berada di dalam kereta, akhirnya gue sampai di Allauch.

Butuh waktu beberapa menit untuk gue mencari jalan keluar dari stasiun keretanya dan mendapatkan taksi yang bisa mengantar gue ke hotel yang gue tuju.

Sesaat gue masuk ke dalam taksi, gue mengatakan tujuan gue dan saat itu juga sang sopir taksi menjalankan mobilnya.

___

Mulut gue terbuka saat melihat isi dompet gue kosong melompong dan sadar pada kenyataan bahwa uang gue kurang 70 euro.

Gue udah nge-booking hotel ini 2 hari sebelum gue datang ke sini dan disaat gue udah nyampe di lokasi, ternyata uang gue kurang buat ngelunasin pembayarannya.

Anjir, gue mesti ngapain?

"Wait a minute," kata gue ke resepsionisnya lalu hanya dibalasnya dengan anggukan dan senyuman manis.

Gue keluar sebentar untuk mencari cara agar gue bisa ngebayar sisa harganya.

Semakin larut hari, semakin dingin cuacanya. Gue mengerang kesal lalu mengacak rambut gue frustasi.

"Gue capek," keluh gue sambil berjongkok.

Mau minta uang sama boss, tapi gue baru ingat kalo dia masih di pesawat. Mau minta uang sama kakak gue, sialnya di sini gak ada sinyal buat nge-chat dia.

Pengen nangis ada juga sih.

Lalu di saat gue udah benar-benar pasrah, tiba-tiba ada sebuah tangan yang ngeperbaikkin rambut gue yang tadi udah gue acak-acak.

"Ayo masuk, di luar dingin."

Gue mendongak lalu melihat seseorang yang gue pikir gak mungkin ada di sini.

"Saking stress-nya, sekarang gue malah berhalusinasi," gumam gue sendiri lalu tertawa karena udah ngelihat bayangan Sehun.

"Kamu gak berhalusinasi, saya beneran ada di sini."

Gue mendongak sekali lagi lalu terduduk saat mengetahui itu bener-bener jiwa raga Sehun.

"Bapak?! B-bukannya bapak seharusnya lagi di dalam pesawat?"

Sehun mengulurkan tangannya ke arah gue dan gue cuma bisa memandang tangannya bingung.

Karena gue kelamaan mandang tangannya, akhirnya Sehun meraih tangan gue lalu membantu gue untuk berdiri.

Sehun memegang tangan gue lalu membawa gue untuk masuk dan menemui resepsionis yang tadi.

Lalu setelah itu Sehun ngomong pakai bahasa yang gue yakini adalah bahasa Prancis dengan resepsionisnya. Dan tiba-tiba Sehun mengeluarkan dompetnya lalu menyerahkan beberapa uang lembaran kepada sang resepsionis.

Gue yakin kalo muka gue jelek banget sekarang, sumpah gue cengo banget sama situasi sekarang.

Sumpah ini beneran? Sehun ada di sini? Ngapain dia ada di sini?

Sehun menengok ke arah gue lalu tersenyum, "Mulutnya jangan dibuka gitu, nanti kemasukan lalat."

Dengan cepat gue merapatkan bibir gue lalu membalas senyuman Sehun.

"Bapak ngapain di sini?" tanya gue.

Bukannya ngejawab pertanyaan gue, si Sehun malah ngelepasin kedua sarung tangannya lalu memakaikannya di tangan gue.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang