(I) Kau petik senar gitar favoritmu itu di senyap malam. Ku dengarkan alunan indah itu, bertajuk seribu bahasa dan selalu dibuat terpaku olehmu. Aku terhipnotis, seperti di iringi untuk ikut serta disetiap melodinya. Semua nada-nada itu bergeming selalu dikepala sampai aku tertidur pulas.
Terbangun, menatap sinarnya bintang dan bulan. Ya, begitu indah dan remang seperti mengucap bahasa lembut untuk didengar, dan itu menyenangkan. Tetapi di sisi lain hati ini sunyi dan rapuh. Bergejolak tanpa henti lalu menanti datangnya pagi.
(II) Kau ucapkan datang lalu pergi. Membuat diriku tak sadarkan diri untuk segera memeluk mu sayang. Lalu aku tersadar hatimu sudah siap untuk berlabuh, jauh dan semakin jauh dilihat.
Pulanglah sayang, aku hanya butuh kepulanganmu. Kita nikmati hari lalu dengan matahari terbit dan iringan lagu. Tapi tampaknya dunia iri akan kedatanganmu dan kini laut pun berubah menjadi makam tanpa nisan dan kau menikmati indahnya laut disetiap kehidupannya.
(III) Aku sudah bertahan terlalu lama sayang. Lalu kau memanggilku untuk terlepas dari kutukan ini, dan akhirnya aku pulih dari penyakit yang menggerogoti tubuh kecilku. Tak perlu menungguku karna aku sudah berbalik kepadamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Awal di Musim Hujan
PoetryDisaat hati sesak penuh dengan kebencian, dan omongan tak lagi didengar, ku mohon baca pesan ini. Nikmati dan hayati di setiap katanya.