Down

294 28 1
                                    

Ia adalah Sowon.  Siswi kelas 2 SMA dengan tinggi badan 172cm. Bersekolah di SMA Sevit membuat Sowon bangga. Sevit adalah SMA terkenal di kotanya yang isinya hanya anak-anak yang beruang(🐨). Ia terkenal di sekolahnya sebagai anak yang cuek, sehingga banyak yang membenci dirinya. Hanya teman akrabnya, Yuju dan Eunha yang betah dengannya. Jika bersama mereka berdua entah mengapa Sowon tak bisa mengeluarkan Jurus Super cueknya.

Yuju adalah teman akrab Sowon semenjak SD. Mereka sudah seperti kakak dan adik. Yuju adalah anak tunggal dari seorang single parent(benar gak tulisannya). Ibu Yuju meninggal saat melahirkan Yuju sehingga ayahnya harus menerima kenyataan untuk menjadi seorang ibu dan ayah. Akibat kurang didikan(OMG) Yuju tumbuh menjadi anak yang ceplas ceplos. Ia akan mengeluarkan kata-kata tanpa memperdulikan perasaan orang lain.

Eunha anak yang agak kalem. Sangat sopan namun cepat marah dan tersinggung. Ia anak paling kaya di sekolahnya. Mulai SMA ia dekat dengan Sowon dan Yuju karena mereka memang sekelas.

.......................

02.00 Pm

Sowon masih berbaring lemas diatas tempat tidurnya. Ia masih tak percaya bahwa pada penaikan kelas lalu, hanya dirinya yang dipindahkan ke kelas IPA terujung di sekolahnya. Sudah dalam pikirannya kalau kelas itu isinya hanya anak-anak berandal semua. Tapi yang membuat Sowon paling sedih, Yuju dan Eunha naik tingkat ke kelas IPA 1. Sowon bahkan sempat menangis saat pengumuman kelas. Bagaimana tidak, ia, Yuju dan Eunha belajar sangat keras demi berada di kelas IPA teratas di sekolahnya. Namun akhirnya ia bergeser dari IPA 2 ke IPA 4.
Siang itu Sowon memutuskan untuk menelpon pak Sungmin, guru olahraga sekaligus mantan walikelasnya dulu.
Kebetulan Ayah dan Ibunya tidak berada di rumah saat itu, maka dengan segera diputarnya nomor telephone rumah pak gurunya.

"Halo" terdengar suara dari seberang sana, pertanda gurunya sudah mengangkat telephonenya.
"Pak saya mau tanya!!" Ucap sowon setengah berteriak.
"Aduh, budeg deh telinga saya.. pelan-pelan bisa gak?" Tanya pak Sungmin sok gaul.
"Aduh pak! Biasa aja deh jadi orang..." Sowon memutar bola matanya.
"Btw, kamu siapa ya?"
Sowon memegang gagang telephonenya dengan erat. Entah kenapa ia merasa jijik dengan wali kelasnya yang sok gaul itu. Memang sih masih muda tapi biasa aja kek, pikir sowon.
"Saya Sowon Pak!! Sowon anak wali bapak dari IPA 2 yang dengan tega bapak pindahkan ke kelas IPA 4!!" Teriak sowon dengan semangat 45. Tujuannya memang supaya telinga pak gurunya itu jadi tuli.
"Eh, kamu toh." Jawab pak sungmin dengan sedikit dialek bencong.
Sowon mengelus-elus dadanya sambil membatin, sabar Won, sabaaar...
"Ia Pak, ini saya. Dan saya mau tanya kenapa bisa-bisanya kelas saya menurun?? Bapak gak salah tuh? Saya kan peringkat 3 di kelas.. Kok saya dipindahkan ke kelas bawah? Terus si Yuju yang nilainya jeblok malah pindah ke kelas atas.... hik hik!!!" Sowon mulai menangis karena sedihnya. Ia tidak peduli guru sialan dari seberang sana itu mendengar tangisannya atau tidak.
"Begini nak, soalnya kelas itu ditentukan berdasarkan wajah." Jawab si pak guru kalem.
Sowon lagi-lagi melotot. Tangisannya langsung berhenti. Sementara gagang telephone dipegangnya makin erat. Sebenarnya kesalnya sudah mencapai tahap akhir, tapi sowon masih berusaha bersabar.
"Pak, saya serius iihh..." sowon mengepalkan tangan kanannya denagn gemas.
"Hahahaha bapak kan cuma bercanda.."
"Terus?"
"Jadi begini. Kamu dipindahkan ke kelas IPA 4 itu karena kamu pintar. Tujuannya ya, agar kamu bisa mengajari anak-anak disana" kini nada bicara pak sungmin yerdengar serius.
"Jadi saya gak bisa pindah kelas lagi pak?" Tanya sowon dengan nada penuh harap.
"Hahaha gak bisa"

BRAK

Sowon membanting gagang telepon dengan kasar. Malas rasanya meneruskan percakapan dengan mantan wali kelasnya itu.
"Sialan amat jadi guru!" Sungut Sowon sambil berjalan ke arah kamarnya.
"Kenapa kak ribut-ribut?" Tanya Jihoon adik Sowon saat sowon berjalan melewati kamarnya. Jihoon masih SMP, sama seperti Sowon ia juga kelas 3.
"Bukan urusan kamu!" Jawab Sowon jutek.
Otomatis Jihoon menutup pintu kamarnya dengan kasar. Menyesal rasanya ia bertanya pada kakaknya itu.
Sowon merebahkan tubuhnya kembali keatas kasurnya. Ditutupinya wajahnya dengan bantal kemudian mulai menangis. Hingga tidak terasa ia telah tertidur lelap.

MY SUPPORTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang