Act 1 (Jeon Jungkook!)

7.6K 820 131
                                    

Selama dua tahun kuliah di kampus, aku sering mendengar banyak cerita seram tentang hantu kampus. Bagiku, semua itu tidak benar-benar mengganggu karena cerita mereka perdengarkan di siang hari. Lagipula aku bukan anak perempuan yang akan langsung lari terbirit-birit kalau ketemu mahluk gaib yang bernama hantu itu.

Namaku Park Jimin. Aku kuliah di universitas besar yang katanya angker di malam hari. Sialnya, malam ini sensasi itu benar-benar terealisasi dengan keberadaanku di dalam gedung lantai tiga. Suasana luar biasa sepi, lampu tak dinyalakan karena lantai teratas tidak sering dijamah mahasiswa setelah matahari terbenam. Aku bukan anak penakut, tapi kalau terjebak di situasi mencekam begini mau tidak mau hatiku jadi was-was juga. Berkali-kali kepala kutolehkan untuk memeriksa lantai kosong dibelakangku. Napas ini sering tertahan kalau teringat obrolan mahasiswi di kantin tadi siang.

"Jangan lama-lama berada di kampus saat matahari terbenam. Atau kamu akan bertemu manusia penembus dinding alias hantu."

Kalimat itu berputar dipikiranku layaknya sebuah mantra. Memaksa otak ini berimajinasi negatif mengenai pintu-pintu kelas yang tadinya tertutup tiba-tiba membuka dan memuntahkan sosok wanita berambut panjang seperti di film Sadako. Kurasa mungkin aku akan pingsan kalau itu benar terjadi.

Omong-omong, aku berada disini bukan karena sedang uji nyali. Aku mengambil buku pelajaran milik Jin-hyung yang tertinggal di aula. Manusia itu tidak segan-segan membunuhku kalau tahu buku mahalnya tertinggal di kampus. Wajar sih, soalnya buku ini baru dibeli kemarin sore. Dan kalau bukan karena aku adik sepupunya, mungkin Jin-hyung tidak akan sudi meminjamkan padaku.

Rasa penyesalan sedikit menganggu kalau teringat beberapa waktu lalu Taemin menawarkan tumpangan untuk menemaniku kesini. Dan aku dengan sombongnya menolak dengan alasan tidak mau merepotkan. Itu benar kok. Taemin bilang dia ada tugas dan aku tidak mungkin memintanya jadi ojek dadakan hanya untuk mengambil buku sialan ini di lantai tiga. Ada satu hal lain yang aku sesalkan selain menolak Taemin tadi. Letak aulanya. Kenapa harus di ujung lorong lantai 3?

Usai mengambil buku diruangan, aku berjalan menuju sisi lorong lain dengan sedikit tergesa-gesa. Memeluk buku setebal 800 halaman adalah cara terbaik meredam ketakutan yang sudah diubun-ubun. Tapi langkahku terhenti saat melihat seseorang muncul menuruni tangga atap.

Seseorang baru saja turun dari atap. Siapa?

Meskipun sedikit merasa lega mengetahui fakta bahwa aku tidak sendirian, tapi aku masih ingin tahu siapa gerangan yang punya urusan di atap kampus malam-malam begini. Orang itu hampir menuruni tangga ke lantai dua saat aku mengeluarkan suara untuk memanggil.

"Halo?"

Tidak ada jawaban. Ia berhenti di dekat tangga, sepertinya tengah melihat ke arah ku. Aku sendiri tidak bisa mengenali wajah orang itu karena gelap. Jadi aku berlari mendekat secepat mungkin. Beruntung saat itu angin malam tiba-tiba berhembus melewati ventilasi. Seolah mengerti kesulitan inderaku, angin itu menyibak keras gorden dari kaca jendela hingga sinar bulan lolos ke dalam ruangan. Saat itulah aku tersadar kalau orang itu tengah menatapku tepat dimata.

Orang itu Jeon Jungkook.

"Jungkook!" Aku memanggil namanya dalam bentuk rasa syukur. Berhenti tepat di samping bahu karena Jungkook berdiri menyampingiku.

Jungkook adalah teman sekelasku yang alim. Pemuda itu tidak menjawab panggilanku. Mata besarnya hanya mengerjap penuh tanya. Mungkin heran dengan keberadaanku disini. Sama sepertiku yang heran dengan keberadaannya di atap. Daripada memendam rasa penasaran. Aku memutuskan untuk bertanya langsung.

"Apa yang kau lakukan di atap? Kau habis dari sana, kan?"

Mungkin pertanyaan itu terdengar konyol karena bukan urusanku. Tapi daripada meladeni tatapan bingung Jungkook, aku lebih memilih mencari topik untuk basa basi.

PURE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang