Dear H2O,
Halo. Apa kabar?
Ini terlihat aneh, tapi aku tulus menerima surat belasungkawa. Bisa dipahami kenapa kau tak datang melayat. Ya itu keputusan tepat, sebab kesedihan dan rasa kehilangan suamiku akan selalu berbekas di wajahmu. Maafkan aku belum bisa melupakan, tapi sudah ku maafkan.Jagalah NaOH! Aku tak bisa menjaganya. Jagalah anak itu. Tak apa bagiku jika ia menjadi besar dan berpengaruh. Aku akan kembali dengan kehidupan mengambang bersama kembaranku Cl yang lain di udara, sebagai Cl2.
Terima kasih.
====
Keikhlasan adalah hal terpenting dalam hidup. Tapi melupakan tak bisa dipaksakan. Ada kalanya Chlorine gelisah dalam kamar lamanya, sendirian. Tapi, ia juga menyadari kehidupan terlalu berharga dan ternilai, sehingga tak pantas dihabiskan untuk bersedih.
Beberapa tahun setelahnya, Carbon kembali datang lebih bercahaya. Meski ia bersembunyi, semuanya sia-sia. Segi-segi di sekitar tubuhnya membuat cahaya saling berpantul, maka bersinarlah dirinya. Maka ketika Oksigennya menyapanya, ia pasrah ketahuan.
"Kakak Carbon?"
"Wow!" Oksigen 2, kembarannya yang kabur bersama Xenon waktu itu memeluknya tiba-tiba.
Karbon sedikit terdorong ke belakang, tapi ia masih bisa menahan. Ingin melepaskan segera pelukan yang membuatnya sesak napas, tapi tak tega menyakiti saudara Oksigen, meski sekarang hanya seorang yang berlalu di masa lampau. Ia hanya memegang lengan Oksigen 2, sedikit menarik agar memberi ruang bernapas.
"Kau bersinar! Luar bi-"
"Dik, jangan main cermin la--" suara Silikon memotong ujaran Oksigen 1. Tapi kemudian, dia juga ikut terpotong sebab rasa tak percaya pada sosok di hadapannya.
"Hi, kakak Silikon. Apa kabar?" sapa Karbon sedikit menunduk untuk memberi hormat.
"Siapa?" Silikon menoleh kepada Oksigen 1, lalu Oksigen 2. Ia menuntut jawaban dari keduanya, tapi tak dihiraukan.
"Abaikan ketidaksopanannya." ujar Oksigen 2 ke Karbon, memberi tatapan heran kepada Silikon.
"Tidak baik bersikap terlalu ramah pada orang asing. Ayo, masuk!" Silikon segera menarik tangan kedua adiknya, membawanya ke dalam.
***
Tawa saling bersahutan itu menggelagar mengisi ruangan. Bahkan suara perbincangan penuh kehangatan itu terdengar ke bangunan yang lain dan jalanan.
"Apa kalian kenal Natrium?" tanya Karbon seketika, membuat suasana ramah itu berubah seram.
Mereka bertiga yang ditanya hanya saling tatap, seketika aura kesedihan tercipta.
"Ah, tak kenal ya? Tak apa." Karbon sedikit menyesal membuka topik ini. Ia bisa mencari tahu sendiri. Ah, ceroboh sekali dirinya.
"Tidak--" sanggah Silikon tak membiarkan hal ini ditutup begitu saja.
***
"Maafkan aku, Natrium! Kau baik, terlalu baik menerima wasiat abal-abal dariku itu. Maaf." tangis Karbon pecah di hadapan lukisan dengan beberapa bunga di hadapannya.
"Aku takkan mengulanginya lagi. Aku juga akan mengantikanmu disini, berbuat baik karena keguguranmu. Maafkan aku. "
The end
Sepanjang cerita ini sungguh bahagia bisa dapat atensi dari sahabat di dunia oranye. Terima kasih vote, komen, obrolan di dm, saling follow dan lain sebagainya.
Tak sulit untuk terus bahagia dan meng-upgrade diri sendiri. Terima kasih menjadi penyemangat menajamkan kemampuan khayal-mengkhayal lewat beberapa ilmu yang saya tahu.
Terima kasih.
Nantikan cerita saya yang lain.
Jika membaca sampai sini, tolong tuliskan kesan dan pesannya ya di kolom komentar. Luph luph yu. 😇😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Chemistry di Kimia SMA
Science Fiction#38 Highest Rank in Science Fiction (15052018) [TAMAT] Mencoba menceritakan pelajaran Kimia dalam bentuk narasi menyenangkan. Semoga bermanfaat. --- "Kamu baik saja jika sendiri?" "Eh?" "...." "Ah iya, aku baik. Aku Neon. Salam kenal!" "Wah, kamu Ne...