Hari Penghakiman

114 10 12
                                    

Meja hijau kerajaan Alam ini mengagumkan bagi siapapun melihatnya. Karpet hijau dengan warna taplak meja senada tak terkesan menghakimi, bahkan mata yang memandang akan melihat seperti studio foto di alam. Catnya putih juga bercorak tipis pada gambar rumput hijau dan bukit-bukit. Pemerintah negeri ini tak ingin menciptakan ruangan yang mengerikan, sebab mereka percaya keadaan tenang dan santai akan membuat orang lain jujur. Maka, tujuan dari pengadilan pun terpenuhi, memberi perlindungan yang tepat berdasarkan kebenaran sesungguhnya.

Pengadilan ini bukan kasus biasa, hal yang langka melihat petinggi negeri terlibat dalam sebuah kasus. Mereka tak pernah bereaksi, ekpresinya datar meski senang dan sedih. Mereka taat aturan meski tanpa Daftar Aturan. Mereka memposisikan mereka dengan benar, maka apapun yang melekat tampak bagi aturan bagi yang lain. Maka, kasus ini sungguh menarik.

"Anda, Silikon sebagai terdakwa. Ada hal yang ingin disampaikan sebelumnya?" ucap Sang Hakim tegas. Ini menyangkut harga dirinya, sebab kasus kerajaan yang bisa ditemui dalam periode satu dekade (10 tahun).

"Saya..saya hanya bisa mengatakan sepertinya ada salah paham." suaranya tak alami, berusaha tegas melawan tekanan besar dari banyak sorot mata.

"Mohon maaf saya harus memanggil Yang Mulia Neon sebagai korban." wajah Hakim yang tegas seketika berubah, sehingga keraguaan dan rasa tunduk itu jelas terlihat.

"Tak apa." jawab Neon singkat.

"Terima kasih. Baiklah, korban. Ada yang ingin Anda sampaikan?" tegas Hakim.

Neon cukup tak biasa dipanggil "Anda", ya meski ia mengatakan itu tak apa-apa, ternyata ia tak suka dianggap asing oleh siapapun.

"Ya?" Neon meminta pengulangan pertanyaan.

"Apakah ada yang Saudara Korban ingin sampaikan?" ulang Hakim, bertingkah profesional sebisanya.

"Ah iya, aku sependapat dengan dia. Aku pikir terjadi salah paham. Apakah aku dapat memohon agar persidangan ini dihentikan. Ah tidak, maksudku, bisakah diubah dengan cara mediasi saja?" tatapan Neon tegas, menatap Hakim. Jelas bukan permohanan, ini perintah.

"Baiklah. Mari kita mulai!" Hakim menghiraukan permintaan Neon.

"Dasar menyebalkan!" batin Neon kesal.

~~~

Senang bisa kembali lagi membawa cerita ini. Alhamdulillah kalau masih ada yang membaca *kepedeean* haha
Semoga ada manfaatnya ya!
Mohon doanya agar bisa menyelesaikan cerita ini. Aamiin.😁

Terima kasih pada faniasha & TamTam3496 atas voted di awal-awal karir sebaga penulis. *lebay akunya hehe*

Buat pembaca yang lain, makasih jugaa.
Pokoke, happy reading all!

Oiya nih, ada keberuntungan menemukan foto ini, creditnya sama pemilik akun yaa.

Oiya nih, ada keberuntungan menemukan foto ini, creditnya sama pemilik akun yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelakuan oksigen nih. Argon (Ar) satu keluarga kok Neon, jadi tidak jauh beda mimik wajahnya gitu juga.

Ada Chemistry di Kimia SMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang