Sang Pembunuh

52 5 5
                                    


Seorang anak berusia lima belas tahun menatap jijik ke arah kayu balok berukuran satu meter yang sedang dipegangnya. Darah mengalir dari ujung hingga pertengahan kayu itu. Perhatiannya kini ia alihkan pada seorang wanita paruh baya yang sejak tadi memperhatikannya.

"Ibu, lihat! Aku berhasil membunuh mereka!" teriak Tora.

Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan bangga, "Bagus! Kau melakukannya dengan baik, nak."

Tora tersenyum, kemudian kembali menyusuri setiap sudut ruangan persegi yang penuh dengan debu dan tumpukan barang-barang rongsokkan.

"Ibu ..., jika ada yang muncul lagi, aku akan membunuh mereka semua. Jadi, mereka tidak akan mengusik kita."

"Baiklah Nak ..., lakukan saja, tapi jangan lupa kuburlah bangkainya dengan benar."

Tora hanya mengangguk.

Satu jam telah berlalu, namun tak satupun makhluk buruan Tora muncul. Sang ibu yang sejak tadi berdiri memperhatikan Tora dari daun pintu menghampiri putranya.

"Mungkin yang kau bunuh tadi adalah yang terakhir!" kata sang ibu sambil menepuk bahu Tora.

Tora percaya dengan perkataan ibunya, ia menaruh kayu balok itu begitu saja. Kemudian ia mengambil plastik kecil hitam yang ada disaku celananya. Perlahan ia mendekati lima makhluk kecil berwarna abu-abu yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Darah mengaliri hampir diseluruh bagian tubuh makhluk-makhluk berbulu itu. Tora merasa mual melihatnya, namun ia tetap harus menyingkirkan bangkainya. Dengan terpaksa Tora memasukkan bangkai makhluk kecil itu kedalam plastik. Sedangkan sang ibu membantu membersihkan darah yang berceceran dilantai.

"Tikus yang malang ..., andai kau tak pernah mengusik kehidupan kami dan tak tinggal digudang rumah, mungkin nasibmu tak akan seperti ini," bisiknyapada bangkai-bangkai tak berdaya itu.

Kumpulan Flash FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang