Chapter 4: Husband and Wife

737 45 7
                                    

Luhan's POV
14 Februari 2014

Hari Valentine, hari yang seharusnya menjadi hari terindah dalam hidupku karena aku 'seharusnya' berdiri di atas altar ini bersama Minha dan mengucap janji suci pernikahan kami, malah menjadi hari terburuk dalam hidupku. Di sini, di atas altar ini, aku berdiri dengan wanita lain, bergenggaman tangan dan mengucap janji suci pernikahan.

-Flashback-

Malam itu setelah kedatangan Hyemi yang mengejutkan keluarga kami, kami makan dalam suasana yang bisa dikatakan cukup mencekam. Tidak ada suara yang keluar dari mulut ayah, ibu, Kris hyung, Hara noona, Sehun, apalagi aku. Hanya Lisa dan Naomi yang mengisi keheningan di antara kami dengan celotehan mereka.
Aku sebenarnya tidak ingin mengikuti makan malam malam ini, tetapi aku merasa aku bertingkah kekanakan bila melakukan hal tersebut. Jadi aku tetap mengikuti makan malam seperti biasa. Nafsu makanku telah menghilang entah kemana, namun aku tetap memaksakan diri untuk menelan makananku.

"Luhan."

Suara Ayah mengalihkan perhatian kami semua. Seketika kami semua berhenti dengan kegiatan makan kami.

"Setelah ini temui Ayah di ruang kerja Ayah. Ada yang ingin Ayah bicarakan denganmu."

Aku berani jamin 100% yang ingin Ayah bicarakan pasti masalah Hyemi tadi. Aku mengganggukan kepalaku, "Ne, Ayah."

Ayah meninggalkan kursinya setelah itu. Kami masih terdiam untuk beberapa saat setelah kepergian Ayah. Ibu dan Kris hyung menatapku khawatir. Namun aku hanya menundukan kepalaku, menatap nasi yang kini menjadi sesuatu paling menarik di mataku.

Seusai makan aku mendatangi ruang kerja Ayah, sesuai mandatnya sebelum beliau meninggalkan meja makan. Aku tidak tahu mengapa, tapi jantungku berdebar. Sepertinya apa yang akan Ayah bicarakan sebentar lagi akan memberi pengaruh yang besar terhadap masa depanku dengan Minha dan Hyemi.

Saat aku masuk, Ayah sudah terduduk menungguku di sofa ruang kerjanya. Aku pun duduk di hadapannya, bersiap mendengar segala hal yang akan ia katakan.
"Apa yang ingin Ayah bicarakan denganku?" tanyaku.

Aku berharap aku tidak pernah mendengar apa yang Ayah katakan. Aku berharap aku tidak datang ke ruang kerja Ayah dan mendengar jawabannya. Karena yang aku dengar sekarang setelah mendengar jawabannya adalah suara hatiku yang hancur berkeping-keping.

"Kau tahu... sebelum kau lahir kehadiranmu tidak aku inginkan. Kau adalah anak yang tidak direncanakan. Sejak awal menikah aku sudah berencana memiliki seorang anak saja. Tetapi kau tiba-tiba tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibumu. Saat itu aku menyarankan ibumu untuk menggugurkan kandungannya, namun ia tak mau. Ia tak mau merenggut hak seseorang untuk hidup. Karena itu, kami sepakat untuk mengirimmu ke panti asuhan. Tetapi herannya, sampai sekarang kau masih berada di hadapanku."

Itu menyakitkan kau tahu. Mendengar pengakuan dari mulut ayahmu langsung jika ia tak menginginkanku sejak awal. Mengetahui fakta bahwa aku, dan mungkin juga Sehun, adalah kecelakaan. Dadaku terasa sesak. Pelupuk mataku mulai memproduksi air matanya. Namun aku tak akan membiarkan air mata tersebut jatuh dan mengalir karena pantang bagiku menangis apapun penyebabnya.

Tetapi ini terlalu menyakitkan. Aku tidak mampu menahan sesak di dadaku. Lidahku kelu, tak mampu mengucap sepatah kata pun.

"Mengapa kau diam?" tanyanya tiba-tiba membuatku sedikit terkejut.

Jika ditanya seperti itu, aku harus menjawab apa?
Hatiku terlalu sakit.

"Bagaimana rasanya setelah mendengar pengakuan tersebut?"

"Ne?" tanyaku bingung. Apa maksud Ayah? Bukankah sudah jelas dari raut wajahku bagaimana perasaanku setelah mendengar hal tersebut?

"Menyesakkan sekali bukan?"

Beautiful Sin v 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang