"Prill... Prill..." Wishell menghembuskan nafas kasar, Prilly sudah lebih dulu melangkah pergi tanpa mau mendengar perkataan Wisbell terlebih dahulu. Pandangan gadis itu tidak fokus karena cemas namun ketika pandangannya menangkap seorang gadis dengan seragam sekolah berbeda dari seragam sekolahnya Wishell langsung memfokuskan pandangannya, tiba-tiba saja alarm bahaya berbunyi di kepalanya. Buru-buru Wishell berlari menghampiri gadis itu.
> <
"Hei! Kamu! Tunggu!" Prilly membalikkan badannya merasa orang yang berjalan di belakangnya memanggilnya. Prilly mengernyitkan dahinya tidak mengenali gadis di depannya, namun setelah Prilly lihat dengan seksama, gadis di hadapannya kini mirip dengan gadis yang ada di dalam foto itu.
"Lo... Siapa?" tanyanya dengan menatap gadis di depannya dengan tatapan menyelidik.
"Nata!" Gadis bernama Nata tersebut mengulurkan tangannya bermaksud berkelanan dengan Prilly. "Lo siapa?" tanya Nata dengan tatapan ramah dan tidak lupa senyun manisnya. Pantas saja Ali berubah, ternyata Nata sangat ramah persis seperti Ali dulu, pikir Prilly.
"Nggak! Ali bukan cowok sejahat itu!" tegas Prilly di dalam hatinya.
"Prilly," balas Prilly setelah hampir 2 menit diam tidak menjawab. "Lo ngapain ke sini?" tanya Prilly jelas demgan nada tidak sukanya dan Nata hanya tersenyum ramah.
"Jangan terlalu ramah, gue benci..." lirih Prilly di dalam hatinya.
"Kebetulan, gue mau nyari cewek, katanya namanya Prilly. Gue kira bakal lama nyari lo, eh nggak taunya langsung ketemu!"
Prilly menatap Nata, "Kenapa nyari gue?" tanya Prilly to the point.
"Ada yang mau gue omongin sama lo, bisa nggak?" tanya Nata terlebih dahulu, Prilly berdecak lalu melirik arloji berwarna biru muda.
"Bisa, tapi nggak bisa lama-lama, habis istirahat ini ada kuis fisika," jawab Prilly yang terkesan, ketus. Baru kali ini, Prilly berbicara ketus pada orang.
"Ini tentang Ali," ujar Nata langsung mendapat sorotan dari banyak mata di koridor. Prilly menarik tangan Nata ke belakang gedung sekolah.
"Ali kenapa?" tanya Prilly mulai penasaran.
"Dia minta lo buat jauhin dia," jawab Nata apa adanya.
"Bohong!"
"Jauhin Ali, please..." pinta Nata dengan wajah memelas, Prilly mendengus. Prilly sudah mengira jika ini hanya sebuah rencana Nata dan Wishell untuk menjauhkan Prilly dari Ali.
"Nggak! Lo sekongkol sama Wishell kan? Lo berencana buat gue jauh dari Ali, iya kan?" tuduh Prilly sambil menunjuk-nunjuk wajah Wishell dan menatap gadis tersebut dengan tatapan tajam.
"Bunda Ali sama Alinya sendiri yang nyuruh gue buat bilang ke elo, buat apa gue sekongkol sama orang yang gue aja nggak kenal!" jelas Nata menatap Prilly menyakinkan.
"Apa buktinya?" Prilly tidak percaya, mau nanti Nata membuktikan ucapannya pada dirinya, dia tidak akan percaya. Bisa saja benar bahwa Nata dan Wishell bersekongkol.
"Lo mau bukti? Oke!" Nata mengeluarkan handphonenya lalu mencari dan mendial nomor Ali.
"Halo, Nat. Ada apa?"
Prilly terkejut mendengar suara Ali dari handphone Nata.
"Lo kan yang nyuruh gue buat bilang sama Prilly buat jauhin lo?" tanya Nata. Prilly terkejut, Nata serius menanyakan tentang kebenaran Nata disuruh oleh Ali tadi.
"Iya, kenapa?"
"Denger kan?"
Prilly merebut ponsel Nata, sementara Nata hanya membiarkan Prilly yang mulai berbicara kepada Ali, dia ingin mendengar respon dari Ali.
"Ali, kamu dimana?"
Tutt...
Prilly menghela nafas kecewa, lalu mengembalikan handphone Nata pada pemiliknya.
"Ali dimana?"
"Gue pergi dulu, gue harap lo bisa ngertiin Ali!"
Dengan buru-buru Nata berpamitan lalu berlari meninggalkan Prilly sendiri.
Ini sulit dipercaya. Kenapa Ali mau dia menjauh dari Ali? Kenapa Ali seperti menghindarinya? Padahal terakhir kali bertemu saat mereka jalan-jalan sore dan menikmati hujan, tidak ada masalah apa-apa. Apa mungkin ini sebuah bentuk kekecewaaan Ali selama ini padanya?
> <
Langkah lebar serta suara high heels Wishell menggema di lorong sebuah gedung apartemen yang terlihat sepi, gadis itu terus saja berkomat-kamit dengan pandangan yang menatap kemana saja. Langkah Wishell berhenti pada sebuah pintu apartemen.
Tokk... Tokk... Tokk...
"Yang ada di dalem bukain pintunya, gue mau masuk!" teriak Wishell tanpa mau tau jika suara teriakannya itu sangat mengganggu.
Pintu apartemen itu terbuka, Wishell berdecak kesal melihat sang pemilik apartemen masih dalam keadaan setengah sadar.
"Pagi-pagi buta lo ke apartemen gue, ngapain? Sekolah sana!" ucap sang pemilik apartemen khas seperti orang baru bangun tidur. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menatap Wishell bingung.
"Gue-mau-masuk!" Wishell akhirnya mendorong sang pemilik apartemen yang masih setengah sadar, gadis itu menutup pintu apartemen setelah membuat sang pemilik apartemen tersungkur ke lantai karena dorongan dari Wishell.
"Santai woy! Gue baru bangun tidur ini, main dorong-dorong aja!" protes sang pemilik apartemen yang kemudian bangkit.
"Kenapa sih lo bego? Kenapa coba?!"
Sang pemilik apartemen menatap Wishell bingung. "Gue bego karena gue emang bego, gimana sih!" jawabnya asal, pasalnya ia tidak mengerti arah ucapan Wishell.
"Nata! Nata dateng ke sekolah dan nyuruh Prilly buat ngejauhin lo!"
Sang pemilik apartemen itu terkejut. "Nggak mungkin!"
"Dia nggak tau apa-apa! Kenapa lo harus nyuruh Nata buat bikin dia jauh dari lo? Kenapa nggak lo aja?!" teriak Wishell marah. "Gue tau lo nggak bisa buat ngomong langsung sama Prilly, tapi seenggaknya Prilly bisa ngerti kalau lo ngomong langsung sama dia, Li!"
Ya, sang pemilik apartemen adalah Ali. Ali Arkana.
"Sekali ini, bantu gue Shell sebelum gue pergi," lirih Ali membuat Wishell menatap Ali sendu.
"Lamarannya habis lebaran ya? Gue nggak siap Li, gue yakin dia juga nggak akan bisa terima apapun yang gue bilang nanti ke dia, dia taunya gue bohong..." Wishell menatap ke sekeliling apartemen Ali, sudah sangat rapi, pasti Nata menyempatkan diri untuk mampir dan membersihkan apartemen Ali. "Kenapa lo nggak bilang sama Bunda lo, kalau lo nggak bisa lanjutin? Kasihan lo juga kalau dipaksain." Ali menggeleng.
"Bunda udah baik banget sama gue, masa nurutin satu kemauan dia aja nggak bisa?" ucap Ali dengan senyuman.
"Gue nggak ngerti jalan pikiran lo, banyak banget orang yang dijodohin tapi mereka nggak pasrah-pasrah amat kayak lo, seenggaknya lo coba ngomong sama Bunda lo deh, Bunda lo pasti ngerti kok keputusan lo!"
"Habis ujian gue lamaran, nggak mungkin dibatalin. Bunda gue bisa malu sama orang tuanya Nata."
Wishell menggelengkan kepalanya pelan berkali-kali, tidak percaya penuturan Ali tadi.
"Nikah muda gitu?"
"Nggak tau, gue nggak mau tau, yang penting gue tinggal ngelaksanain aja, biar Bunda sama orang tua Nata yang ngatur."
Ali terlalu memasrahkan diri, padahal kalaupun Ali menolak pasti Bunda Ali akan mengerti, namun yang Wishell tau, Ali akan mengesampingkan perasaannya demi Bundanya.
> <
"Prill..."
Prilly mengalihkan pandangannya. "Apalagi sih? Belum puas lo suruh gue buat jauh dari Ali?" tanya Prilly.
"Dengerin gue, habis ujian kelulusan ini Ali bakal lamar Nata. Please... Jauhin Ali, sebelum Ali yang bilang langsung ke lo dan bikin lo sakit hati!"
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Fanfiction[Short Story] Ini tentang kebahagiaan Prilly, tentang apa yang 'memang' seharusnya Ali lakukan untuk Prilly.