3 - 2

120 13 3
                                    

Ali bakal lamar Nata?

Habis ujian kelulusan?

"Lo bohong lagi? Kenapa sih lo selalu aja ngarang cerita? Ali nggak mungkin sejahat itu--"

"Setelah berkali-kali lo bikin dia makan hati, sekarang lo nggak percaya kalau dia sejahat itu?"

Prilly bungkam, tidak bisa membalas, di dalam hati Prilly membenarkan. Prilly menggelengkan kepalanya, tentunya tanda bahwa dia tidak mempercayai Wishell. "Karena gue nggak akan pernah jauhin Ali sebelum Ali yang nyuruh gue buat jauh dari gue!"

"Terserah! Gue udah ingetin lo, gue udah jelasin ke lo, tapi lo nggak mau denger apapun. Jangan salahin siapapun kalau lo denger kebenarannya dari Ali," ucap Wishell akhirnya menyerah, walau baru berusaha tapi tidak menutup kemungkinan kalau Prilly menganggap Wishell berbohong. "Gue pamit."

Wishell beranjak dari duduknya meninggalkan Prilly yang masih termenung di teras rumahnya. Wishell melirik Prilly sekilas.

Prilly masuk ke dalam rumahnya tapi pikirannya masih tertuju pada ucapan Wishell tadi sampai Prilly sudah berada di dalam kamarnya, masih saja ucapan Wishel terngiang di telinganya.

"Setelah berkali-kali lo bikin dia makan hati, sekarang lo nggak percaya kalau dia sejahat itu?"

Rasanya dia tidak akan percaya dan kalaupun itu benar, dia tidak akan terima. Egois, kata itu sangat mendominasi hati Prilly sekarang ini, jika diingat dulu saat Ali menanyakan baik-baik tentang benar atau tidaknya dia pernah 'jalan' dengan Arya namun balasan Prilly saat itu malah berbalik menuduh Ali yang tidak-tidak.

Flasback on

Prilly tersenyum penuh arti, matanya menatap tangannya yang menggenggam sebuha bando berwarna merah muda polos dan sesekali menatap lurus menerawang. Jelas sekali Prilly tengah bahagia.

Prilly melirik kanan dan kirinya secara bergantian, memastikan orang yang ia tunggu datang, tapi Prilly mendengus kesal, orang yang ditunggunya belum kunjung datang.

"Lama!"

Prilly bangkit dari duduknya, ketika Prilly sudah berbalik dan memutuskan untuk meninggalkan taman sebuah suara menghentikan langkah Prilly.

"Prill..."

Prilly berbalik namun tidak menatap orang itu, ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kemana aja? Aku nunggu kamu hampir setengah jam di sini!" bentak Prilly melirik Ali dengan tatapan penuh emosi.

"Maaf... Tadi Bunda aku minta dianter ke toko kue sebentar." Prilly tertawa remeh, jelas sekali nada bohong yang terdengar dari kalimat Ali.

"Alasan!"

"Kamu abis jalan sama Arya?" tanya Ali lembut malah disaat pertanyaan itu terlontar dia masih bisa tersenyum.

"Enggak!" elak Prilly sedikit gugup. Ali tersenyum memaklumi.

"Aku sempet lihat Arya beli bando persis kayak yang kamu pegang, tadi pagi."

"Yang punya bando kayak gini bukan Kak Arya aja!" balas Prilly dengan nada sewot. "Kamu kali yang sering jalan sama cewek!" tuduh Prilly tapi digubris Ali, cowok itu memilih duduk di kursi taman.

"Nggak bisa jawab, berarti bener! Mungkin aja telatnya kamu itu karena kamu nyamperin cewek kamu bukan nganterin Bunda kamu!" Ali menulikan pendengarannya, seolah-olah Prilly tidak berucap apa-apa.

Prilly menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan Ali sendiri setelah Ali berucap demikian;

"Terserah... Terserah apa yang
kamu bilang tentang aku."

Flasback off

Bahkan masih terekam jelas di benak Prilly saat dimana Ali mengaku bahwa dia kecewa pada Prilly. Prilly menggeleng kuat berusaha membuang jauh-jauh bayang wajah Ali yang memang terlihat begitu kecewa padanya.

Prilly menghempaskan tubuhnya di atas kasurnya lalu mengusap kasar wajahnya dan menghembuskan nafas kasar.

Dia bimbang, antara harus percaya pada Nata dan juga Wishell atau malah menutup telinganya demi Ali. Sekarang ini, rasa percaya itu mulai mempengaruhi pikiran Prilly, Prilly tidak yakin bisa menutup telinganya dan memilih untuk bertahan.

***

"Ali!"

Pekikan Nata terdengar panik ketika baru saja memasuki apartemen Ali, setelah pekikan itu Nata berlari ke arah Ali yang tengah teduduk memegangi kepalanya.

"Lo itu lagi demam, jangan banyak tingkah deh!" Nata membantu Ali berdiri kemudian menuntun cowok itu menuju kamarnya.

"Gue bisa duduk sendiri!" ucap Ali melepaskan tangan Nata di pinggangnya lalu duduk di tepi ranjang.

"Ngeyel banget sih!" omel Nata sebelum gadis itu meletakkan tasnya di atas soffa di dekat ranjang dan  berjalan keluar dari kamar.

Kurang dari 5 menit, Nata kembali memasuki kamar dengan sebuah nampan yang gadis itu bawa. Nata meletakkan nampan berisi air hangat dan semangkuk bubur ayam.

"Makan dulu, lo pasti belum makan." Nata menyondorkan sendok berisi bubur ayam, sontak Ali mengalihkan pandangannya.

"Gak selera," ucapnya santai.

"Kalau gak inget lo lagi sakit mungkin udah gue makan nih bubur ayam, mubadzir tau! Sepuluh suap aja deh!" tawar Nata tidak tanggung-tanggung.

"Kalo nawar tuh, sesuap dua suap. Kalo sepuluh sendok udah habis buburnya!" protes Ali datar.

"Yeee... Gue maunya lo cepet sembuh, kalo sesuap dua suap kapan sembuhnya?"

Ali melirik Nata sinis, seumur-umur baru kali ini Ali bertemu dengan perempuan selogis itu ketika ia sedang sakit selain Bunda, Kakaknya dan juga Neneknya. Bahkan Prilly saja...

Ah, sial!

Ali menggeleng kuat ketika ia mengingat sosok Prilly.

"Lo kenapa? Pusing lagi? Makanya kalo orang tua ngomong tuh di denger, jangan masuk kiri keluar kanan!" omel Nata kembali menyondorkan sesendok bubur ayam, namun kali ini Ali menyerah daripada dia melawan malah membuatnya mengingat Prilly.

"Lo ngapain nyamperin Prilly?" tanya Ali mengintrogasi setelah bubur ayam yang Nata belikan tadi habis. Nata memutar bola matanya jengah.

"Lo yang nyuruh!" jawab Nata sontak mengundang tatapan terkejut dari Ali.

"Kapan? Gue nggak pernah nyuruh lo!" ucap Ali merasa bahwa dia tidak menyuruh Nata untuk menemui Prilly.

"Pikun sih! Kemaren malem, abis Wishell pulang lo minta gue buat nyamperin plus bilang ke Prilly buat jauhin lo," balas Nata santai.

Ali diam, mengingat-ingat apa yang dia katakan pada Nata kemarin malam.

Ali ingat dan dia rasa, dia sudah salah langkah.

***

"Pokoknya gue yang jemput lo! Gue tuh gak enak ditanya Mama mulu, oke? Oke, Nata. Yaudah, dadah! Gue sekolah dulu!" pamit Nata sebelum perempuan itu masuk ke dalam mobilnya.

Ali terkekeh pelan kemudian berjalan memasuki gerbang sekolah. Ali melangkah cepat di koridor sekolah, mencegah jika nantinya bertemu dengan orang yang beberapa hari kebelakangan ini ia hindari.

Langkah Ali melambat lalu menunduk saat melihat Prilly berjalan dari arah yang berlawanan namun yang membuat Ali segera menunduk adalah mata Prilly yang kini menatapnya lekat.

Ali berbalik kemudian melangkah cepat berniat menjauhi Ali.

"Ali!"

To be continued

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang