"Ali!"Ali memberhetikan langkahnya, entah apa yang ada dipikiran Ali sehingga dia berhenti melangkah, padahal tadi dia ingin menjauh dari Prilly.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Prilly yang telah berada di hadapan Ali dengan senyum manisnya, namun yang Prilly dapat adalah wajah datar Ali yang tidak menunjukkan kebahagiaan yang 'sama' dengan apa yang Prilly rasakan saat ini.
"Jalan ke kelas," balas Ali dingin, sekuat apapun Ali harus menahan pandangannya agar tidak menatap mata milik Prilly.
"Kelas kamu di sana!" tunjuk Prilly.
"Gue tau."
"Kenapa lewat sini?"
"Gue mau, kenapa?"
"Ya nggak papa, kamu beberapa hari kebelakangan ini kok kayak ngejauhin aku?"
"Banyak nanya!" sentak Ali lalu berbalik berjalan meninggalkan Prilly yang tertegun mendengar sentakan Ali.
Ini bukan Ali, bukan. Ali tidak pernah tega untuk menyentak perempuan seperti tadi, Prilly mengatur nafasnya, dia tidak bisa berbohong bahwa saat ini jantungnya berdetak lebih cepat, dan juga ada sedikit rasa 'menyesakkan' yang menghinggapi hatinya.
Prilly berjalan pelan menuju kelasnya, sentakan Ali tadi berhasil mengubah mood Prilly menjadi benar-benar hancur. Namun bukan berarti Prilly membenci pemuda itu. Prilly hanya menganggap sentakan tadi hanya sebuah balasan dari segala luka yang pernah Prilly torehkan pada Ali.
***
Jam menunjukkan pukul 14.30.
Ali, Nata dan Wishell sekarang sudah berkumpul di apartemen Ali. Ali mengatakan ada hal yang ingin ia beritahu pada Nata dan Wishell.
"Gue ketemu Prilly, tadi pagi di koridor sekolah pas jalan ke kelas."
"Terus?"
"Gue coba ngehindar, tapi gue gak bisa."
"Apa perlu gue bilangin sekali lagi ke teman lo buat jauhin Ali?"
"Nata, ini bukan waktunya buat debat nggak penting."
"Lo ngomong sama dia buat jauhin lo?" Wishell menatap Ali penuh tanya dan jawabannya adalah sebuah gelengan, Wishell menggeram kesal. "Kenapa nggak langsung ngomong aja sih? Nanti belum tentu juga ketemu sama dia!"
"Lo nggak tau, itu susah!"
"Lo yang nggak mau berusaha, makanya semua yang harusnya mudah jadi susah kayak sekarang!" bentak Wishell yang diselimuti emosi, rasanya tidak puas saja ketika Ali bertemu Prilly namun tidak mengatakan pada Prilly untuk menjauh. "Li, usaha buat ngomong sama dia nggak susah kok, asal lo mau. Lagipula dengan lo yang terus terang, Prilly bakal berlapang dada buat nerima keputusan lo."
"Harusnya dari awal lo terus terang sama Prilly, biar dia nggak terlalu benci sama lo," timpal Nata menatap Ali iba. Ali bangkit dari posisi duduk di pinggir ranjang dan berjalan ke arah meja yang berada di dekat jendela.
"Lo masih sakit, nggak usah kemana-mana dulu!"
"Nggak usah sok care deh!"
Wishell mengikuti langkah Ali sementara Nata diam menatap punggung Wishell dan Ali.
"Gue bakal coba buat ngomong sama Prilly," ujar Ali.
"Gitu dong! Baru namanya cowok!" ucap Wishell yang kini berada di samping Ali sambil menepuk bahu Ali.
Brukk.
"Ali!" teriakan itu terdengar setelah Ali terjatuh tidak sadarkan diri.
***
Ali : gue tunggu di taman gak jauh dari sekolah, jam 4 sore.
Prilly membaca berulang kali pesan dari Ali yang dikirim sekitar setengah jam lalu kemudian Prilly melirik jam di ponselnya, segeranya Prilly berangkat dengan penampilan apa adanya.
30 menit perjalanan dan Prilly menggunakan jasa ojek online untuk mengantarnya, Prilly berjalan memasuki taman, mata hazel milik Prilly terlihat mengitari taman mencari seseorang, siapa lagi jika bukan Ali?
Secerca senyum terlihat di bibir Prilly, gadis itu mendekati pemuda yang tengah bersedekap dada di dekat kursi panjang.
"Ali, tumben ngajak ketemuan?"
"Lama!"
"Maaf tadi itu aku..."
"Jangan banyak alasan, gue ngajak lo bukan buat dengerin alasan kenapa lo telat."
"Kamu kenapa sih?" tanya Prilly sedikit kesal. "Sekarang kamu kasar," ucap Prilly dengan raut kecewanya.
"Apa perduli gue?"
"Ali!"
"Jauhin gue!"
To be continued
Author note;
Ini pendek dan absurd? Tau tau, ini lanjutan dari part 3 jadi wajar kalau pendek, tapi kalau absurd ya itu udah takdir kali ya setiap nulis selalu absurd?:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Fanfic[Short Story] Ini tentang kebahagiaan Prilly, tentang apa yang 'memang' seharusnya Ali lakukan untuk Prilly.