Mianhamnida.. Banyak typoSinar matahari secara perlahan mulai menghangati kelopak mata Chanyeol. Pria tinggi berusia 26 tahun itu membuka matanya. Dia duduk di atas ranjang king size nya dengan wajah khas bangun tidur. Chanyeol mengernyit bingung. Kenapa gorden kamarnya sudah terbuka? Membuat sinar matahari dengan sangat mudahnya menembus dinding kaca besar di kamarnya. Chanyeol semakin heran melihat segelas air putih yang ada di atas nakas. Tak mau ambil pusing, Chanyeol meminumnya untuk membasahi tenggorokannya.
Chanyeol keluar kamar dan turun ke bawah. Tepat seperti dugaannya, Baekhyun sudah bangun. Chanyeol menghampiri Baekhyun yang sedang sibuk dengan masakannya. Chanyeol berdiri di samping Baekhyun. "Pagi," sapanya, pada Wanita cantik yang pagi ini sudah sangat wangi.
"Oh? Chanyeol kau sudah bangun?"
"Iya. Eumm, kau masuk ke kamarku?"
Baekhyun langsung menoleh pada Chanyeol. "I.. Iya. Aku mengantarkan air putih dan juga membangunkanmu secara tidak langsung. Maaf jika kau marah."
Chanyeol menaikkan satu alisnya. "Tak perlu minta maaf," ujarnya santai. Lalu Chanyeol berjalan ke ruang makan dan meninggalkan Baekhyun.Baekhyun dan Chanyeol kini sedang sarapan dengan kesunyian. Hanya suara dentingan logam dan kaca yang terdengar di ruang makan itu. Chanyeol sesekali melirik Wanita di hadapannya yang makan dengan tenang, sangat tenang. Chanyeol berusaha bersikap tak acuh, tapi dia sangat tidak suka dengan keheningan. "Ekhemm.."
Baekhyun mendongak menatap Chanyeol dengan tatapan datar. Dan itu membuat Chanyeol jengkel karena Baekhyun tidak bertanya ada apa dengan dirinya. Chanyeol sebenarnya tidak ada hal penting yang ingin ia bicarakan, tapi dia tidak ingin terus berlama-lama berada dalam keheningan. "Setelah ini, ikutlah ke kamarku." Akhirnya Chanyeol membuka suara.
Baekhyun mengangguk mengerti. Baekhyun lebih dulu selesai makan. Dia bangkit dan berjalan menjauh meninggalkan Chanyeol.
"Sial. Dia membalasku." Chanyeol menggerutu dalam hati karena teringat bahwa tadi dia juga pergi meninggalkan Baekhyun sendirian, begitu saja. Chanyeol tidak menghabiskan makanannya dan menuju kamarnya.Chanyeol tidak menemukan Baekhyun disana. Baguslah. Kenapa bagus? Sebenarnya Chanyeol meminta Baekhyun ke kamar itu hanya untuk menghentikan keheningan di antara mereka. Jika Baekhyun tidak menuruti, artinya Chanyeol masih bisa menjaga harga dirinya karena tidak akan gelagapan mencari alasan jelas kenapa Chanyeol mengajak Baekhyun ke kamarnya.
Chanyeol memutuskan untuk mandi. Hari ini dia akan kembali bekerja mengurus perusahaan Ayahnya. Dan juga Chanyeol sudah berjanji untuk menjemput kekasihnya. Kekasihnya bukan warga Seoul seperti dirinya, melainkan lahir di Provinsi Gyeonggi, sama dengan Baekhyun. Tapi kota kelahiran Baekhyun dan kekasihnya berbeda.
Selesai mandi, Chanyeol sedikit terkejut melihat pakaian kerjanya sudah rapi dan lengkap yang ditaruh di atas ranjangnya. Tanpa kesadaran penuh, Chanyeol tersenyum tipis. Dia tahu, siapa lagi kalau bukan Park Baek Hyun yang menyiapkan pakaiannya. Chanyeol sudah siap-siap hendak berangkat kerja setelah mengenakan pakaian yang disiapkan Baekhyun. Saat Chanyeol hendak menuju tangga, langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar tamu terbuka. Chanyeol langsung berjalan ke arah kamar yang bersebelahan dengan kamar Baekhyun itu.
Yang Chanyeol lihat, adalah Istrinya yang sedang membersihkan debu dengan vacum cleaner. Chanyeol masuk ke dalam kamar dan mendekati Baekhyun yang membelakanginya. Chanyeol menepuk pundak Baekhyun, membuat Wanita itu dengan cepat membalikkan badannya menghadap Chanyeol. "Apa yang kau lakukan disini? Tempat ini kotor."
Baekhyun tersenyum simpul. "Justru karena tempat ini kotor, aku akan membersihkannya. Bukankah nanti kekasihmu akan tinggal bersama kita? Aku akan membersihkan kamar ini untuk kekasihmu." Baekhyun berusaha agar terlihat tegar, dengan menunjukkan senyumnya yang dipaksa.
Chanyeol menatap Baekhyun lembut. "Terima kasih. Kau peduli padanya."
"Karena dia orang yang harus kau lindungi."
Chanyeol mengangguk. "Terima kasih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of My Life [Chanbaek GS]
Fiksi PenggemarPernikahan yang tidak diawali dengan rasa cinta. Yang dilakukan karena terpaksa. Layaknya orang asing yang tidak saling kenal, sebuah rumah tangga berjalan. Kemudian waktu menumbuhkan luka dalam kehidupan itu. Pahit yang dirasakannya, membuatnya har...