Malam telah larut. Dan malam ini tidak seperti biasanya, kali ini tidak ada bulan dan bintang yang menghiasi langit. Nyatanya awan pekat telah menutupi semuanya yang ada dilangit dan menjadi mendung seketika itupun rintik-rintik hujan mulai terdengar membuat suasana semakin kelam dan mencekam. Lain dengan wanita itu yang termenung dijendela kamarnya dengan pandangan lurus kedepan disertai hatinya yang masih retak atau sudah hancur berkeping-keping rasanya suasana ini sangat pas untuknya.
Viana menghapus air matanya dengan kasar sampai pipi putih mulusnya memerah.Hari itu dimana Leon calon suaminya ahhh bukan maksudnya mantan calon suaminya itu menatapnya dengan penuh cinta dan mengatakan ia tidak akan pernah meninggalkannya sampai maut menjemputnya nyatanya semua itu hanya bualan untuknya.
~'~
"Kamu sedang apa sayang?" tanya Leon kepada Viana yang sibuk mengotak ngatik Laptopnya. Wanita itu tersenyum cerah kearahnya dan langsung memeluk Leon.
"Aku rindu, kapan kamu pulang? Kenapa tidak mengabariku sih kan aku bisa langsung jemputmu." cercanya dan Leon terkekeh pelan sambil meraih kedua pipinya.
"Aku memilih memberimu kejutan sayang,"
"Ishh... menyebalkan,"
"Viana," panggil Leon penuh makna dan menatap wanita itu tanpa berkedip. Ahh ia sangat mencintai wanitanya ini, wajah Viana mengkerut.
"Apa?" cicitnya pelan karena ditatap begitu intens membuatnya sangat gugup.
Leon akhirnya bertekuk lutut dihadapan Viana kekasihnya dan ia membuka kotak berbandul biru entah dari mana benda itu tiba-tiba sudah ada digenggaman tangan lelaki yang sangat dicintainya itu.
"Honey, will you marry me?" ucapnya sepenuh hati sampai-sampai Viana menatap Leon tak percaya akan kejutan hari ini yang akan diterimanya meskipun didalam kamarnya ahh Leon tetap romantis.
"Yes, i do." Seru Viana tanpa beban ia langsung memeluk Leo ketika lelaki itu akan berdiri untuk menyematkan cincin dijari manisnya.
"I love you, i miss you Leon." Ucapnya penuh haru, Leon membalas pelukan itu.
"Kau tau, aku begitu menginginkan pernikahan ini bersamamu lalu memiliki bayi yang lucu dan menua bersama karena aku tidak mau meninggalkanmu apa lagi ditinggalkan olehmu kecuali maut yang memisahkan kita."
~"~
"Dasar pembohong, aku benci padamu Leon Brama Adhestha." Teriaknya melengking digelapnya malam yang pekat diiringi hujan yang mulai deras.
"Ya aku benci marga Adestha," ucapnya paru sambil memukul dadanya karena sesak kian mendera relung hatinya.
Clek...
"Kamu masih memikirkan dia? Atau batalnya pernikahanmu," ucap Kakek Handoko sakras dan menatap cucunya datar.
Viana masih diam dalam isaknya ia tidak memperdulikan kakenya yang berada diambang pintu kamarnya.
"Lupakan dia, lupakan semuanya karena kamu berhak bahagia." Ia langsung meraih bahu cucunya dan membawa kepelukannya.
"Ya kek, aku tahu dan segera mungkin aku akan melupakan semuanya tentang dia dan kenangan bersamanya."
"Aku tau nak, kamu wanita kuat dan cucu tersayang kakek tidak akan hancur begitu saja,"
Viana berjanji, malam ini dirinya akan melupakan dia dan melupakan semua kenangan bersamanya sekaligus keluarganya. Tapi ada yang tidak diketahui oleh semuanya bahwa Viana telah membenci semuanya yang bersangkutan dengan keluarga bermarga Adestha's meskipun Leon yang yang bersalah tapi ia tetap akan membenci Adestha seumur hidupnya.
***
2 tahun kemudian...
"Ana..." pekik Ersa heboh dipekarangan rumahnya ketika melihat sang punya mobil itu keluar.
"Oh my gottt... apa kabar ce odah," Ersa memeluk sahabatnya itu dengan erat tanpa memperdulikan raut sebal itu.
"Dasar dari orok gak peranh berubah," celetuk Viana, sahabatnya yang dipeluknya.
Ersa terkekeh, "kamu kaya gak tau aku aja, eh ayo masuk aku takut kamu gosong gara-gara matahari." Cerocosnya.
"kamu mau minum apa?" tawar Ersa ketika mereka sudah diruang tamu.
Viana cengo, "Asli kamu nawari aku minum?" celetuknya sok polos
"Kamu tuh yah, aku serius nawarin kamu minum kan kamu tamu," Viana mengulas senyumnya "Aku sering kerumah Kamu dulu tapi baru sekarang Kamu nawarin Aku minum, jadinya aku kaget."
"Lah kan dulu kamu suka ngambil minum sendiri," celetuk Ersa membuat Viana meringis.
"Ya udah deh aku mau jus jeruk," jawabnya semangat ahh... Pasti seger kalo minum jus jeruk siang-siang begini gumamnya dalam hati.
Raut Ersa berubah cengar cengir "Aku belum beli buah jeruknya, jadi air putih dingin aja yah."
Pltak...
"Ngapain kamu nawarin aku minum kalo gak ada minuman lain selain air putih,"
Ersa meringis mendapat jitakan dari sahabatnya."Kamu kerja dimana er?" tanya Viana ketika Ersa meletakan air dimeja.
"Perusahan GA-Teknologi, tapi dicabangnya pusatnya kan di singapur."
"Wow,.. serius kamu er?" ucap Viana tak percaya.
"Seruslah an,"
Perusahaan GA-Teknologi compny adalah perusahaan terbesar ke-2 di Asia dan rumornya perusahaan ini banyak cabangnya dimana-mana termasuk diindonesia, pusat perusahaannya ada di Singapura. Dari 2.000 perusahaan yang memiliki total pendapatan tahunan lebih dari US$40 triliun dan asetnya diatas U$186 triliun dan perusahaan ini sudah sering masuk kemajalah Forbes.
Dan banyak sekali orang-orang diluar sanah yang ingin masuk kerja diperusahaan besar itu tapi nyatanya masuk keperusahaan itu tidaklah gampang. Mangkanya Viana tak percaya bahwa sahabatnya itu bisa kerja di perusahaan itu."Wah kamu hebat er. Btw, kamu betah kerja disanah?" ucapnya memastikan karena perusahaan itu terkenal disiplin dan orang-orangnya sangat kaku.
"Betah banget, apa lagi liat wakil CEO nya ganteng juga gagah bikin gak mau pulang kerja,"
Viana meringis geli, "Terlalu alay dan lebay Er." Tukasnya
"Ada yang lebih ganteng dari wakil CEO nya loh an," ucapnya dengan mata berbinar, Viana mengerutkan kedua alisnya, "Siapa?" katanya penasaran.
"Pemilik perusahaannya. Pak Giano,"
"Kamu pernah melihatnya?" tanyanya lagi
"Pernah sekali tapi hanya sekelebat hehe,"
"Sama saja bohong, tapi aku heran kenapa dia jarang sekali muncul didepan publik bahkan rupanya semua orang tidak tau kecuali wakil CEO itu."
"Entahlah aku tidak tau," Ersa juga bingung dengan pemilik perusahaan besar itu yang tidak mau disorot publik.
***
"Tuan, ini berkas yang anda minta," Fedro memberikan berkas penting itu dengan hati-hati. Ia adalah asisten pribadinya sekaligus sitangan kanan lelaki itu yang dipanggil tuan.
"Tolong siapkan pesawat pribadi untukku besok," titahnya dengan arogan
"Baik tuan."
Ketika aku kembali...
semoga hatimu sudah pulih kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE [ Tahap Revisi ]
RomanceUp [ tergantung mood ] Viana memiliki kisah yang rumit didalam percintaannya sampai-samapi ia memutuskan untuk mengunci rapat-rapat hatinya dan berhenti untuk mencintai. "Aku benci marga Adestha's seumur hidupku." - Viana "Bencilah aku seumur hidu...