Giano terbangun dari tidurnya. Ia memincingkan matanya dan meneliti ruangan yang sangat asing bagi dirinya setaunya ia masih dimobilnya dan tiba-tiba ia berhenti dijalan karena terpaku pada sosok seperti orang yang berdiri dibawah pohon, sendirian pula lalu sesosok itu berlari menghampirinya dan entahlah dirinya juga sangat bingung.
Berwarna pink? Rapih dan nyaman. Ia langsung menyingkapkan selimut tebal itu dan berlalu dari tempat tidur. Giano membuka pintu kamar tiba-tiba ia melihat seorang wanita muncul dari arah samping dapur dengan membawa nampan berisikan susu, sup dan bubur. Wanita itu terkejut melihat pria yang semalam pingsan dan ia tolong ternyata sudah bangung.
“kamu...eh iya kamu udah bangun?” tanya Viana gugup. Pria itu tetap diam dan tak bersuara.
Bisukah? Tapi semalam ia mendengar umpatan pria aneh itu. Apa mumgkin nyawanya masih belum terkumpul pasca tidur nyenyak? Gumam Viana dalam hati.
“Ini apartemenmu?” tanya Giano memastikan membuat Viana yang berada dihadapannya mengangguk.
“Semalam mobilku mogok dan aku menunggu tukang montir di dekat pohon tapi melihat mobilmu lewat aku berencana memberhentikanmu, aku takut disana sendirian dan menunggu terlalu lama membuatku bosan.” Ungkapnya jujur, ia melirik Giano dengan ekor matanya jujur ia sangat gugup dan tak berani menatap mata hitam pekat itu.
“Dan aku membawamu kesini karena tidak tau rumahmu. maaf aku lancang sudah mengendarai mobil kerenmu ehhh mobilmu.” Pria itu menampilkan senyumnya tapi tidak lebar bahkan Viana tidak melihat itu karena iya langsung mengalihkan tatapannya itu ke arah lain.
“Terimakasih.” Ucap Giano tulus membuat Viana tertegun
“iya, sebelum pulang kamu makan dulu,” cicit Viana yang langsung masuk kekamarnya membuat pria itu hampir terjengkang.
“Eh maaf...aku,” ia terpaku ketika mendengar kehkehan pria itu.
“Oke tidak apa-apa, aku tau kamu gugup.” Sela pria itu dengan tampang polosnya dan lagi-lagi membuat pipi Viana merah seperti tomat.
“Aku ke...eh keluar,” Viana ingin langsung lari keluar saja dari kamar yang menurutnya sudah tidak baik bagi kesehatan jantungnya. Tapi sebelum itu tangannya langsung digenggam oleh Giano.
Viana terbelalak. Ahhh kenapa dengan jantungnya sekarang? berdetak tidak wajar dan oh tuhan jangan bilang ini.... Tidak, ini tidak mungkin. Viana langsung melepaskan genggaman pria tampan itu.
“Sorry, saya Giano." ucapnya tegas
“Viana,” balasnya cepat
“Kalau begitu aku pamit, maaf sudah merepotkanmu!”
“Hey makan dulu,”
"Bukan kebiasaanku sarapan dipagi hari." kata Giano datar, kembali ke siapt aslinya.
Pria itu langsung menghilang dari ambang pintu. Viana mematung dan ia sudah sadar atas kesalahan ke duanya, membawa pria asing ke apertemennya.
***
Giano memasuki perumahan “Melati” perumahan elit dan mewah dengan harga milyar atau triliunan, bangunan kokoh menjulang tinggi dengan gaya moderen.
Giano menghentikan laju mobilnya dan berbelok kesalah satu rumah termewah atau terlihat berbeda dengan yang lainnya. Pagar hitam emas menjulang tinggi dan luas halaman seperti lapangan golf.
Rumah yang bercat putih dan emas itu hanya dihuni oleh Giano seorang beserta pengawalnya dan para pelayan.
Sudah bertahun-tahun ia tinggal sendiri dan semenjak meninggal ibunya ia menjadi penyendiri, pendiam, dan tidak perduli tentang semuanya kecuali orang-orang yang ingin mengganggunya maka ia tidak segan-segan menghancurkan orang-orang itu dengan kekuasaanya sendiri. Kejam dan dingin itulah dia yang sekerang, hatinya sudah beku bahkan ia sudah mendirikan benteng kokoh tak kasat mata bagi orang lain yang ingin mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE [ Tahap Revisi ]
RomanceUp [ tergantung mood ] Viana memiliki kisah yang rumit didalam percintaannya sampai-samapi ia memutuskan untuk mengunci rapat-rapat hatinya dan berhenti untuk mencintai. "Aku benci marga Adestha's seumur hidupku." - Viana "Bencilah aku seumur hidu...