Bab 9 - Restart

3.9K 335 33
                                    

Ekhem ... sebelum baca aku cuma mau bilang ... makasih buat semua yang udah baca, vote, comment:) Semua yang kalian lakuin itu bikin aku terharu ... uhuhuhu #NangisSeEmber

Aku juga mau bilang makasih buat yang udah masukin Awang ke list kalian:) Sekali lagi makasih ya buat semuanya:) Oke, happy reading.

****

Nyatanya, jarak itu semakin terbentang jauh. - Kyara

"Motor sama mobil kalian gimana, kak?" tanya Dera sebelum ia menekan pedal gas mobil dengan cepat. Dera melirik Andre yang duduk disampingnya dengan khawatir. Melihat lebam biru pada ujung bibir Andre membuat Dera meringis ngilu, begitu pula saat Dera melihat Awang yang terbaring lemah dikursi belakang dengan posisi tertidur diatas paha Kyara.

Sebelum menjawab, Andre menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak. "Soal itu, tenang aja. Gue titip disana, besok bisa diambil."

Dera mengangguk, tangannya bergerak memutar stir mobilnya pelan, "Ini kita kemana?"

Andre terdiam, berpikir sejenak. "Kerumah gue aja. Kalo kerumah Awang, takut ada bokapnya."

Dera hanya mengangguk dan mengendarai menuju rumah Andre dengan bantuan arah dari laki-laki itu.

Dibelakang, Kyara memperhatikan wajah Awang dengan pilu. Disentuhnya luka sobekan kecil diujung bibirnya, lalu menyentuh beberapa memar yang ada disekitar pelipis dan rahang Awang. Kyara sedikit tersentak saat ia mendengar racauan kecil keluar dari bibir Awang. Kyara menghela nafas lega, rupanya laki-laki itu hanya tertidur.

Andre yang juga mendengar racauan kecil dari Awang, lantas menoleh dan tersenyum lega. "Ternyata cuma tidur. Gue kira dia pingsan nyaris mati tadi." Andre terkekeh kecil, "Emang dasar si Awang. Nyawanya melebihi kucing."

Dera ikut terkekeh kecil, matanya melirik Andre malu-malu. "Hahaha ... parah banget sih, kak. Sahabat sendiri tuh."

Kyara hanya diam sembari menatap kelopak mata Awang yang mulai bergerak-gerak.

Andre mengangkat kedua bahunya acuh, "Orangnya gak sadar ini," jeda Andre, lalu kembali melanjutkan. "Harusnya tadi kalian jangan dateng dulu, gue belom puas buat nonjokin dia. Kapan lagi bisa nonjokin dia ya, kan?" Andre tertawa puas, tidak memperdulikan rasa ngilu pada ujung bibirnya.

Kali ini Dera tertawa cukup keras, lalu terdiam saat bola matanya melirik kaca kecil depan yang tergantung diatas antara Andre dan Dera.

Andre yang tidak peduli dengan tingkah Dera hanya acuh dan kembali melontarkan ucapannya. "Kalo aja Awang tau dia bonyok begitu gara-gara gue, bisa abis gue. Jadi gue mohon sama kalian, jangan bilang ya kalo itu tonjokan gue. Bilang aja dia mabok terus kebentur lantai atau apapun itu." Andre senyam-senyum tidak jelas, "Dia kalo abis mabok suka bego. Jadi percaya-percaya aja."

"Oh ... gitu ya?"

Andre mengangguk antusias, "Iya! Jadi nur—eh?" Raut wajah antusias Andre berubah menjadi panik hingga nyaris mendekati pucat pasi begitu telinganya mendengar suara yang baginya terdengar seperti panggilan kematian. Kepalanya terasa kaku untuk menoleh pada asal suara yang menyahutinya tadi. Dalam diam, Andre berdoa semoga saja amalnya cukup banyak untuk ia memasuki surga malam ini.

Kyara dan Dera hanya diam saat suara bass itu kembali melanjutkan ucapannya. Kali ini dengan nada yang terasa begitu dingin hingga Andre mengucap berbagai doa didalam hatinya.

"Gue bego, Ndre, kalo abis mabok?" Andre diam. Seluruh tubuhnya menegang saat ia merasakan remasan kuat dibahu kanannya. "Ndre, masa muka gue bonyok begini, Ndre. Lo tau gak kenapa?"

Awang (RevisiSetelahTamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang