Bab 10 - Berakhir?

4.2K 298 2
                                    

Heihooooo~ Jadi gini, niat awalnya aku mau nabung part, cuma ... aku miss banget sama comment kalian. Uhuhuhu ... jadi aku memutuskan untuk tidak jadi menabung >.< Oh iya, cuma sekedar info, mungkin ya, mungkin, Awang akan aku privat nanti. Belum nentuin sih di part mana aku akan privat, bukannya aku gila followers, cuma berniat untuk menghindari plagiatan aja walau aku rasa gak ada yang mau plagiat cerita abal-abal ini-_- but, ya ...biarlah. Ehehehe ... oke, sekian selamat membaca.



Cukup lupakan, dan jangan mencoba untuk peduli lagi. - Awang


"PENGUMUMAN KEPADA SELURUH SISWA-SISWI SMA TRIJAYA 1, BAHWA ACARA WARM FIRE YANG SAAT INI TENGAH DILAKSANAKAN RESMI DIBERHENTIKAN. DAN DITUNGGU KEHADIRANNYA AWANG CIKAL API ALAM DAN KYARA CLARISSA DI RUANG OSIS SEKARANG. SEKIAN DARI SAYA KETUA OSIS, TERIMA KASIH DAN SELAMAT SIANG."

Kyara melangkahkan kakinya terburu-buru menuju ruang OSIS. Pikirannya sibuk menerka-nerka, mengapa tiba-tiba dihentikan?

Bukannya Kyara tidak mau acara ini dihentikan, ia hanya bingung. Kenapa acara yang tadinya sangat dinanti-nantikan sekolah, tiba-tiba dihentikan begitu saja? Apalagi sudah nyaris seminggu lebih Kyara menjalani acara itu, meski bagi Kyara ia belum mendapatkan hasil apapun.

Kyara menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, mencoba tidak sibuk dengan pikirannya. Dan saat ini Kyara hanya perlu bertanya langsung pada ketua OSIS, alasan apa yang membuat acara Warm Fire dihentikan secara mendadak. Dan disinilah sekarang Kyara sekarang, berdiri memperhatikan pintu berwarna coklat yang menjadi akses untuk dirinya memasuki ruang OSIS.
Samar-samar Kyara dapat mendengar beberapa anak OSIS yang saling berseteru, dan mendengar itu, membuat Kyara melangkahkan kakinya mundur dengan ragu.

"Duh ... masuk gak ya?" gumam Kyara pada dirinya sendiri.

Akhirnya, dengan menghela nafas perlahan dan meredam dentuman jantungnya, Kyara memutuskan untuk mengetuk pintu ruangan dengan pelan. Nyaris tidak terdengar.
Semenit, dua menit, lima menit, belum ada juga yang membuka pintu. Kyara menghela nafas jengah, tangannya terulur untuk kembali mengetuk pintu sebelum akhirnya ia tersentak saat mendengar suara pecahan beling dari dalam ruang OSIS.

"Astaga!" Kyara mengerjap tidak percaya. "Itu perseteruan OSIS atau perseteruan rumah tangga?" gumam Kyara yang dibalas suara kekehan kecil dari balik punggungnya.

Kyara menoleh, dan lantas kembali tersentak saat ia melihat Andre yang berdiri dibelakang Kyara dengan senyuman khasnya. Dibelakang Andre, ada kakak kelas cuek yang beberapa hari ini mengusik pikirannya. Iya, Awang.

"Kak Andre ... ngapain?"

"Biasa," Andre menunjuk Awang yang berada dibelakangnya. "Nemenin si babang Awang," jawab Andre dengan ramah.

Kyara tersenyum, mengangguk mengerti. Matanya melirik kotak bekal miliknya yang ada digenggaman tangan Awang. Senyum Kyara semakin merekah mengetahui kalau Awang mau memakan bekalnya.

"Itu bekalnya kakak mak—"

BRAK. Kyara dan Andre tersentak kaget dan refleks memundurkan langkah kaki mereka menjauh dari pintu OSIS yang terbuka dengan kencang. Kyara nyaris jatuh kebelakang jika saja Awang tidak menahan tubuhnya. Kyara tersenyum canggung, lalu membenarkan posisi tubuhnya sebelum bergumam, "Makasih kak."

"Hmm," balas Awang cuek. Tangannya mengulur kotak bekal ditangannya yang sekarang beralih kembali pada sang empu. "Makasih."

Kyara tersenyum senang, kepalanya mengangguk antusias. Membuat rambut coklatnya bergerak-gerak heboh seiring pergerakannya. "Sama-sa—"

"Kata Andre," sambung Awang yang membuat Kyara menyerngitkan alisnya bingung.

"Maksudnya, kak?"

"Andre yang makan," jawab Awang yang dibalas delikan mata tidak terima dari Andre yang berada disampingnya. Andre hanya diam, begitu pun dengan Awang.

"Ah," Kyara mengangguk mengerti, binar dimatanya kembali redup. "Oke."

"POKOKNYA ITU SALAH ELO ZOE!" Seorang murid perempuan keluar dari ruang OSIS dengan ekspresi wajah yang merah padam menahan kesal. Didepannya ada seorang murid laki-laki yang berekpresi tidak kalah kesalnya dari si murid perempuan yang berteriak marah padanya.

"HEH CEWEK GILA! ELO YANG MULAI DULUAN SIALAN!" sanggah si murid laki-laki memelototkan matanya tidak terima.

"WEY ANJIR LO BERDUA, MULUT DIJAGA SIALAN! RUANG OSIS INI!" Clara, yang Kyara kenal sebagai ketua OSIS juga ikut berteriak kesal dibalik punggung mereka.

"LAH GOBLOK ELO JUGA NGOMONG GAK DIJAGA!" Kedua murid laki-laki dan perempuan itu menatap Clara berang.

"ANJ—" BRAK!!

Semua hening begitu Awang dengan santainya menendang tong sampah yang terletak tidak jauh dari dirinya dengan kencang hingga menimbulkan suara keras yang membuat semua mengatupkan mulutnya enggan berbicara. Saling melirik, Clara berdehem dan merubah raut wajahnya sesantai mungkin.

"Zoe, Vania, gue minta kalian pergi sekarang. Dan ... satu lagi. Sampe gue denger ada kaca yang pecah lagi gara-gara pertengkaran rumah tangga kal—diem dulu sialan! Gue belom selesai ngomong," Clara mendelikkan matanya saat Zoe dan Vania hendak mengeluarkan protes-san mereka begitu mendengar kalimat 'rumah tangga' yang Clara lontarkan. Clara kembali berdehem sebelum melanjutkan, "Sampe gue denger ada kaca yang pecah lagi gara-gara pertengkaran rumah tangga kalian, elo berdua bakalan gue kasih hukuman yang pastinya bikin kalian muak ngeliat satu sama lain. Inget itu!"

Saling berdecih dan mendengus kesal, Zoe dan Vania melangkahkan kaki mereka pergi menjauh dari ruang OSIS dengan langkah yang menghentak-hentak. Sebelum hilang dari pandangan mata, Clara melotot kesal saat Zoe menarik rambut Vania hingga Vania berlari sambil memaki Zoe dengan sumpah serapahnya.

Clara menghela nafas, keningnya terasa berdenyut-denyut.

"Well...," Clara kini menatap Awang, dan Kyara yang saling diam dengan posisi canggung, lalu menyerngit heran menatap Andre dengan tatapan, elo ngapain disini? Yang tentu saja dibalas dengan bola mata Andre yang mengarah pada Awang.

Mengangguk mengerti, Clara mempersilahkan Kyara dan Awang untuk masuk kedalam ruangan.
"Ayo lo berdua masuk. Gue bakal jelasin soal pembatalan Warm Fire. Dan elo, Ndre, diem dulu ya diluar."

Andre mengangguk, melirik Awang, "Oke, Wang, gue balik aja ya?" tanya Andre yang dibalas anggukan singkat dari Awang.

Setelah menutup pintu, Clara mempersilahkan Awang dan Kyara untuk duduk dikursi, sementara ia memperhatikan salah satu anak OSIS yang tengah membersihkan pecahan kaca.

"Nanti kacanya lo taro ditempat biasa ya, Yon. Terus jangan lupa lo ganti tuh vas bunga yang pecah, nota pembeliannya lo kasih ke gue, biar gue tagih ke pasangan suami istri tadi," kata Clara yang dibalas anggukan mengerti.

Mengambil tempat duduk dihadapan dengan Awang dan Kyara, Clara menatap keduanya dengan serius.

"Oke kita mulai," Clara menghela nafasnya sejenak, "Gue gak tau gimana ceritanya, yang jelas ketua yayasan minta buat acara Warm Fire dibatalin. Beliau memberitahu kepala sekolah dan minta acara itu dibatalkan. Gue udah rundingin ini sama anggota OSIS dan guru pembimbing, dan hasilnya ... acara tahun ini resmi dibatalin."

"Tapi kak, kenapa baru sekarang? Kegiatan ini kan udah hampir jalan seminggu lebih. Bukannya ini acara wajib ya?" tanya Kyara bingung.

"Untuk alasan spesifiknya aku gak tau Ra, gak ada kejelasan lebih rinci dari kepala sekolah. Tapi yang jelas ... kamu dibebas tugaskan sekarang. Dan elo, Wang, puas kan lo? Ini kan yang elo mau?" tanya Clara dengan dengusan miringnya.

Awang mendengus, seringai khasnya muncul dari raut wajahnya yang sedari tadi datar. "Yaps. Gue seneng, So ... udah selesai kan omongan gak penting ini? Gue balik kekelas," ucap Awang sebelum berlalu meninggalkan ruang OSIS tanpa peduli dengan protes-an Clara yang belum selesai berbicara.

Kyara mengatupkan bibirnya, hanya memandang Awang yang pergi melengos keluar dari ruang OSIS. Sedikit meringis, Kyara merasa ada rasa tidak rela acara ini dihentikan. Maksudnya, Kyara sudah seminggu lebih mengenal pribadi kakak kelasnya itu, dan Kyara mengerti, bahwa apa yang Awang lakukan itu hanya sekedar pengalihannya untuk menutupi luka. Dalam hati, nurani kecil Kyara memelas meminta Kyara untuk dekat pada Awang dan mencoba untuk membantu laki-laki itu menutup lukanya, tapi di satu sisi logika Kyara bersorak ceria karena berhasil menjauh dari Awang, kakak kelas menyeramkan yang membuat ingatan masa lalunya menyeruak kembali diingatannya.

Awang (RevisiSetelahTamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang