Bab 14 - Keputusan

3.7K 323 60
                                    

Hei:) jangan lupa klik si bintang imut ya:) Ada beberapa penambahan yaa:)


Nyaman, hangat, terlindungi, dan itu ... adalah hal yang amat sangat aku butuhkan. - Kyara

Will you stay by my side
Will you promise me
If I let go of your hand, you'll fly away and break
I'm scared scared scared of that
(Bts - Butterfly) English Translation

Beberapa hari setelah kejadian itu, Kyara kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Kembali menjalani harinya sebelum ia bertemu dengan Awang si kakak kelas judesnya itu. Masuk pagi, belajar, istirahat, pulang, terus seperti itu hingga Dera hanya mampu menghela nafas jengah melihat sikap Kyara yang seakan-akan semuanya baik-baik saja.

Berkali-kali Dera menyuruhnya untuk menghampiri Awang, atau sekedar makan di kantin agar bisa melihat laki-laki itu, tapi bukan Kyara namanya jika tidak keras kepala. Kyara terus menolak dan memilih untuk menghabiskan bekal makan siangnya di kelas atau menghabiskan waktu istirahatnya perpustakaan.

Calvin yang sesekali mampir ke kelas lah yang menjadi teman berbicaranya jika Dera sedang pergi ke kantin untuk makan siang. Calvin yang selalu menemani Kyara meski laki-laki itu sadar, bahwa Kyara mulai sedikit menambah jarak dengan dirinya.

Seperti saat ini, saat jam istirahat berlangsung, Calvin menghampiri Kyara yang tengah duduk sambil menikmati bekal makanannya dengan kepala yang tertunduk. Calvin menghela nafas samar, ia menghampiri Kyara lalu mengambil posisi duduk di kursi kosong yang ada di depan Kyara. Berhadapan dengan gadis itu.

"Dera ke kantin, Ra?" tanya Calvin.

Kyara mengangguk sambil menyuapi mulutnya dengan sesendok nasi. "Iya..."

Calvin menatap Kyara ragu, ada berbagai pertanyaan yang melesak di otaknya. Dan pertanyaan itu ditujukan untuk gadis yang ada dihadapannya saat ini. Menghela nafas sejenak, Calvin membasahi bibirnya sebelum berbicara, "Eng ... Ra, lagi ada masalah ya?"

"Hm?" Kyara mengaduk-aduk nasi di kotak bekalnya. "Enggak kok."

Calvin mengarahkan telapak tangannya pada puncak kepala Kyara, mengacak-acak rambut gadis itu gemas. "Jangan di pendem, Ra. Keluarin aja." Calvin tersenyum menenangkan, memandang Kyara yang sibuk mengunyah makanannya pelan. "Aku paham sih, kita baru kenal beberapa hari, tapi aku sendiri udah bilang kan kalo aku suka kamu? Kalo kamu sedih begini, aku yang ngeliat juga jadi sedih, Ra. Coba sini cerita, siapa tau aku bisa bantu."

Kyara meletakkan sendok makannya pelan, menghela nafas dengan dada yang terasa sesak. "Kenapa kamu bisa suka sama aku?" tanya Kyara dengan bola mata yang terlihat berkaca dan hidung yang terlihat sedikit memerah.

Ditanya seperti itu, apalagi dengan wajah Kyara yang terlihat menyedihkan, membuat Calvin yang harusnya gugup menjadi tersenyum meski rona di wajah tidak memungkiri rasa malunya.

"Hmm ... kenapa ya?" Calvin balik bertanya, manik matanya menatap Kyara penuh kehangatan.

"Menurut kamu kenapa?"

Kyara menenguk salivanya, kemudian ia sibuk menutup kotak bekalnya dan meletakkan benda itu dalam tasnya. Matanya bergerak gelisah, takut, putus asa, sedih. "Gak tau," jawab Kyara dengan lirih.

Calvin terkekeh pelan, tangannya terjulur untuk kembali mengusap puncak kepala Kyara. "Aura kamu, Ra yang bikin aku suka sama kamu."

"Aura?"

Calvin mengangguk, "Kamu punya aura ceria, hangat meski kamu terkesan pemalu dan takut tapi itu gak menutupi aura kamu yang terasa hangat. Aku suka sama kamu pas kamu senyum. Mungkin bagi kamu ini omongan basi, tapi Ra ... senyum kamu sukses bikin aku terpana saat itu juga."

Awang (RevisiSetelahTamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang