Aku memantapkan langkahku memasuki lapas, detakkan jantungku benar - benar tak menentu, aku hanya takut Harry tak ingin menemuiku.
"Saya ingin bertemu Harry Styles" Ucapku pada seorang paruh baya dibagian informasi "Atas nama siapa?"
"Saya istrinya" Ucapku cepat ia mengangguk "Baiklah, Tempatnya sebelah sana, kau bisa tunggu sebentar" Ucapnya dengan ramah, aku mengangguk dan berjalan menuju kekursi tunggu.
Aku menopang kepalaku dengan satu tanganku sambil menunduk.
"Ny. Styles" Panggilnya, aku mengadahkan kepalaku, aku bernafas lega saat aku bisa melihat Harry sekarang, Aku berjalan menghampirinya, aku sedikit kecewa karena aku tidak bisa memeluknya bahkan memegang tangannya karena kaca sialan yang membatasi kami, Ia tanpa ekspresi duduk dikursinya, menggenggam teleponnya. Aku dengan cepat menggenggam teleponku.
Rambutnya semakin memanjang dan kumis dan janggutnya sedikit menumbuh.
"Hi, Harry" Ucapku dengan senyum "Hi" Katanya datar, aku tahu ia marah kepadaku."Maafkan ak--"
"Untuk apa kau kesini?" ucapnya dari dalam sana, aku memberi tatapan apa maksudmu? Aku tak percaya dia berkata seperti itu padaku.
"Aku merindukanmu" Lirihku, dan dia tertawa hambar "Merindukan? Pembohong" Lagi - lagi ia membuatku terkejut dengan ucapannya, aku menggeleng tak percaya.
"Harry, apa yang kau bicarakan? Aku tahu kau kecewa padaku karena baru kali ini aku menjumpaimu, aku benar - benar minta maaf. Kau tak mengerti posisiku" aku menahan tangisanku dengan cara menggigit bibir bawahku.
"Kau yang tak mengerti semua ini Carol Chane!" Air mataku mulai jatuh saat ia menyebutku dengan Chane bukan Styles. Aku mulai menangis, ini menyakitkan, semarah itu kah dia padaku?
"Oliver menangis terus - menerus setiap harinya Harry, aku bingung apa yang harus aku lakukan padanya." Ucapku dalam isakkan, ia terdiam dengan tanda tanya "Siapa Oliver?" Nadanya dingin dan ketus.
Apa belum ada yang memberitahunya soal ini? Bagaimana bisa mereka semua tidak memberitahu tentang Oliver sama sekali padanya?
"Anak kita" Aku menatap matanya, hembusan nafasnya membuat kaca dihadapan kami berembun.
"Aku baru tahu jika namanya Oliver" Ia menghembuskan nafasnya "Boleh aku melihat fotonya?" Nadanya melembut "Apa belum ada yang memberitahumu tentang Oliver, Harry?" Lirihku.
Ia terdiam sesaat "Ada, semua memberitahuku, namun mereka tidak memberitahu namanya, padahal aku sangat ingin tahu. Dan Gemma hanya memberikan fotonya sekilas" Aku menundukan kepalaku, mencari keberadaan ponselku dalam tasku.
Membuka galeri dan menemukan foto Oliver, "Our daughter" Ucapku padanya, Ia membulatkan matanya dan tersenyum kearah ponsel yang aku arahkan padanya "Ia sangat cantik, kau tahu? Aku bahagia melihatnya" Aku terkekeh senang.
"Andai aku tak berada ditempat sialan ini" Ia tersenyum pahit "Harry, apa kau membenciku?" ia terdiam kembali menatapku, aku mematikan ponselku dan memasukkan kembali kedalam tasku "Aku belum puas melihat anakku" Ia mengalihkan pembicaraan.
"Apa kau membenciku Harry?" aku bertanya lagi padanya "Aku tidak membencimu"
"Lantas kenapa---"
"Waktu kalian telah habis, kau bisa berkunjung lagi besok" Seorang polisi memberitahu, Aku melihat Harry yang kembali diborgol tangannya.
Aku akhirnya memutuskan untuk pulang dengan keadaan hati kecewa, aku masih ingin melihat Harry.
Aku memasuki mobilku dan menyalakan mesinnya lalu pergi dari tempat ini, Aku merasa sakit hati atas perkataan Harry, aku tahu ia sangat kecewa padaku. Tapi ia sungguh tak pantas menyebut kata - kata kasar seperti tadi.
Ponselku berdering, aku dengan cepat memakai headset ku dan mengangkatnya.
"Ada apa Shopia?"
"Oliver demam tinggi, kami sudah membawanya kerumah sakit st. Maria" aku membulatkan mataku dan mengerem mendadak sehingga bunyi rentetan klakson kendaraan dan sumpah serapah pengendara lain membuat telingaku bising.
"Aku akan segera kesana!" Aku segera menancapkan gas dengan kecepatan tinggi, tak perduli resiko apa yang akan aku ambil nantinya.
***
Aku berlari dengan cepat masuk kedalam rumah sakit,aku melihat Liam yang menungguku di kursi tunggu "Liam, dimana Oliver?" ucapku.
"Ikut aku" Ia mencengkram tanganku, konsentrasiku buyar sehingga beberapa kali aku menabrak orang "Kau okay?" tanyanya, aku mengangguk cepat.
"Carol!" panggil Shopia "Dimana Oliver?" Ucapku dengan tak tenang "Calm down. Oliver hanya demam biasa, dokter sudah memeriksanya." Aku bernafas lega "Tapi, ia sedang tidur. Dokter menyuruhmu menemui Oliver setengah jam lagi untung memberikan ASI" aku mengangguk.
"Bagaimana perasaanmu menemui Harry?" ucapnya, aku menahan nafasku beberapa saat lalu mengeluarkannya lagi "Kurasa ia membenciku" Aku tersenyum pahit dan mereka berdua tergelak "apa? Kau bercanda? Harry tak mungkin membencimu"
"Tapi itu kenyataanya, ia membenciku. Bahkan ia menyebutku dengan nama Ayahku. Itu membuatku sakit hati, ditambah ia yang bersikap dingin dan sarkas kepadaku" Aku menundukkan kepalaku.
"Ia tidak membencimu, ia hanya kecewa padamu. Percaya padaku. Setiap kami berkunjung kesana ia bahkan selalu menanyai kabar kalian berdua. Tapi kami tidak memberitahu banyak tentang Oliver karena ia yang meminta"
"Apa?" aku tergelak "Ia bilang, kau yang pantas memberitahunya" aku tertegun "Aku yakin bahwa orang lain yang membunuh Alexa. Bukan dirinya" tiba - tiba saja kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku.
"Carol, kami sudah mencari bukti apapun, dan bukti sembilan puluh persen mengarah pada Harry" Ucap Liam,aku menggeleng "Dan 10% nya lagi mengarah pada orang lain, aku percaya bukan dia pelakunya"
"Carol, apalagi yang harus kita cari? Penipuan kepada polisi?" aku menggeleng "Dengar! Ia suamiku, mau seperti apapun sifatnya, qku yakin ia bukan seorang psikopat. Dia bukan pembunuh Alexa!" Ucapku lantang namun masih terdengar kecil.
"apa yang akan kau lakukan?"
"Mencari bukti lain, seperti melakukan otopsi ulang mayat Alexa" Liam tergelak "Bahkan mayatnya sudah menjadi abu" Aku terdiam seketika.
"Sudahlah Carol, kau harus sabar, jika perilaku Harry disana baik. Cepat atau lambat ia akan dibebaskan" aku mengeluarkan air mataku.
"Kau tahu? Aku lelah menunggu Harry yang berada didalam sel tahanan, ia bahkan berjanji akan berada disampingku saat aku melahirkan, tapi ia berbohong padaku"
Aku menutup wajahku dan Shopia mengusap pundakku "Shhtt.... Kami disini untukmu, maafkan kami karena tak bisa berbuat apa-apa saat jaksa melayangkan keputusannya"
"Ini bukan salah kalian" Ucapku tersenyum pahit.
VOMMENTS YANG BANYAK!!
EXCITED NIH BENTAR LAGI TAMAT 😂40+ votes
NextVomments!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Creature [Harry Styles]
FanfictionCOMPLETED!!!! Pertemuan konyol seorang Carol dengan Harry akan kah Carol terus terikat kerjasama dengan seorang Harry Styles? Ada hal tak terduga apa yang membuat Carol harus menuruti keinginan seseorang yang pastinya bukanlah Harry ? I hope it int...