29. You are here

1.1K 126 10
                                    

2 years later

"Abby! Bisakah kau angkat telepon itu sekarang?" ucapku kesal "ergh!" ia menggeram "Aku harus bersiap - siap. Ini adalah hari kelulusanku Carol. Aku harus berdandan cantik" aku memutar bola mataku "aku sedang menyuapi Oliver" geramku.

"aku tak perduli" teriaknya, benar - benar anak itu "Oliver sayang, tunggu sebentar ya"

"Hello! Kediaman Chane."

"Carol..." aku menjauhkan telepon yang aku pegang, dari telingaku,suara itu... Aku bahkan belum siap mendengar suaranya kembali "Disini kediaman Lauren Chane. Jadi kau salah sambung tuan!" Aku segera menutupnya dan bergegas kembali ke meja makan.

Aku senang mendengar suaranya kembali, tapi diwaktu yang sama aku benci kepadanya.

Aku menghapus air mataku dengan cepat dan menggendong Oliver, menaruh bekas makannya ditempat cuci piring.

"Carol, apa kau sudah mengangkatnya? Telepon terus berbunyi" aku berdecak "itu hanya salah sambung, ayo pergi" Abby mengangguk dan membawakan tasku.

Ponselku bergetar saat aku baru saja masuk kedalam mobil.

From: Louis

Carol, Harry telah bebas! Ia dinyatakan tidak bersalah. Pelakunya adalah Gail! Temanmu itu! Kuharap kau datang ke pengadilan hari ini juga.xx

Aku membulatkan mataku tak percaya anatar percaya dan tak percaya tapi ini nyata. Gail. Bagaimana bisa dia?

To : Louis

Aku tidak bisa adikku melaksanakan graduate hari ini.

Aku dengan cepat menyalakan mobilku.

***

Selama acara kelulusan Abby aku kerap kali melamun. Gail, kenapa ia melakukan semua ini? Aku pikir dia telah berubah. Oliver sedang tertidur dipangkuanku. Sialan! Lalu, kenapa saat itu Harry yang menjadi tersangka? Kenapa polisi tidak becus melakukan tugasnya? Aku mendengus kesal, dan berbalik namun aku menabrak seseoeang membuat Oliver terbangun karena kaget dan menangis dipangkuanku.

"Oh my God!" geramku, mendongak keaamrah siapa yang ada didepanku ini. Air liurku mengering dan jantungku tak normal, He's here. Ini tak mungkin.

"Carol, aku merindukanmu" ia baru saja ingin memelukku namun aku menjauh darinya "go away! Aku tidak mengenalmu" geramku menahan emosiku yang hampir meledak "Oliver. Apakah ini Oliver?"

Ia bahkan seenaknya menyentuh Oliver, air mataku hampir saja keluar namun dengan cepat aku pergi dari tempat ini. Ini sangat menyakitkan, bertemu dengannya membuat hatiku sakit.

"Carol kumohon" aku mencengkram tangan kananku "Tolong lepaskan aku sialan! Jangan sampai aku berteriak dan menghancurkan acara kelulusan adikku!" geramku menatapnya tajam "Aku minta maaf"

"Minta maaf katamu?! Kau pikir dengan cara kau meminta maaf rasa sakit hatiku bisa hilang begitu saja? Tidak sialan! Jangan sentuh anakku!" Aku dengan cepat masuk kedalam mobil dan menguncinya. Melajukannya dengan kecepatan tinggi. Aku sungguh membenci pria itu! Disaat aku membutuhkannya kenapa ia selalu menghindar dariku? Kenapa?

"Mommy!" Oliver terus menangis disebelahku dengan mengeluarkan kata kata yang sama sekali aku tak mengerti.

Suara dering ponsel terdengar.

Abby.

Aku dengan cepat mengangkatnya "Abby, setelah acara selesai kau pulang sendiri saja aku ada urusan penting, maaf aku tak ada saat kau dipanggil kearah mimbar. Aku mencintaimu" aku dengan cepat mematikan ponselku.

Masuk kedalam rumah orang tuaku, "Carol!"

Kenapa pria ini selalu mengikutiku?!

"Carol!" Aku menggeram kesal dan menidurkan Oliver di ranjang. Aku menghela nafasku, aku harus menyelesaikan masalahku dengannya.

Aku membuka pintu rumahku dan ia tiba - tiba saja memelukku erat "lepaskan aku sialan!" ucapku padanya. Aku meninggalkannya dan memilih masuk kedalam rumah "tak ada yang menyuruhmu masuk!" geramku namun ia bersikap santai dan tak memedulikan ucapanku, dasar pria keriting sialan!

"Terimakasih kau sudah percaya padaku, terimakasih kau sudah perduli padaku. Maaf aku selalu tak ingin menemuimu" aku tertawa meremehkannya "Gail! Teman bajinganmu itu pelakunya!"

"Jangan banyak omong!" ucapku kesal, aku tak tahu apa yang aku lakukan sekarang karena aku berada didapur membuat segelas coklat panas. Sial!

"Minumlah" ucapku dingin sembari memberikan kearahnya dengan kasar "Kau tak marah?" Aku memutar bola mataku, tak marah katanya?

Aku menatapnya dengan memicingkan mataku "tak marah katamu? Kau pikir dengan aku membuatkanmu segelas coklat panas aku tak marah padamu? Styles! Aku hanya melaksanakan tugasku sebagai istri dan bukan berarti aku tidak marah padamu. Kau pikir dengan apa yang kau lakukan padaku selama ini aku biasa saja?"

"Tidak! Disaat aku ingin menceritakan semuanya padamu kau selalu menghindar. Disaat aku datang kesana merindukanmu kau bersikap dingin dan ketus padaku! Disaat setiap saataku mengkhawatirkanmu dan kau tak ingin menemuimu! Disaat aku ingin menceritakan kesedihanku saat ibiku meninggal kau bahkan sama sekali tak perduli! Kau keterlaluan Styles! Kau membuatku sangat sakit hati dari sebelumnya! Semarah itu kah kau padaku karena berbulan bulan aku tak mengunjungimu?! Kau bahkan tak mengerti posisiku saat itu, sinting!" Nafasku tak karuan. Air mataku terus keluar dan dadaku sesak.

Ia terdiam menggenggam gelas coklat panas itu dengan erat "Menyesal? Apa yang sedang kau lakukan sekarang hah?! Merenungi setiap kesalahanmu selama ini padaku?! For fuck's sake Styles! Kau bahkan tak pernah mencintaiku tulus!" teriakku padanya dan ia menggebrak meja dihadapan kami membuatku terkejut, ia menatapku tajam.

"Aku mencintaimu! Sangat! Aku merasa malu setiap kali aku harus bertemu denganmu! Apa kau membaca surat surat yang aku kirimkan padamu?!" aku terdiam dan teringat jika dalam kotak surat selalu ada surat dari kantor polisi dan aku malah membuangnya.

"Aku tanya padamu sekarang Carol! Aku bertaruh kau tidak!"

Pertengkaran kami berlangsung lama, kami saling meneriaki satu sama lain dan aku sempat menampar dan meempar barang kearahnya, sungguh pertemuan yang buruk. Hingga kami menghentikan pertengkaran kami karena Harry memilih mengalah.

Aku masih terisak menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.
"Carol, sayang. Aku minta maaf. Aku tak berniat kasar tadi" Suaranya melembut dan aku mengusap air mataku kasar "fine! Aku yang salah. Kumohon, maafkan aku. Kita bangun keluarga ini dari awal" Aku menatapnya tajam dengan sinis "Kau membuatku benar - benar sakit hati atas semua perlakuanmu padaku"

Dan ia memelukku erat mengusap punggungku untuk menenangkanku, aku hanya bisa mencengkram kaos putihnya dengan erat sambil trtus menangis didadanya "Aku mencintaimu Carol." aku semakin mempererat cengkramanku dikemejanya.

Aku melepaskan pelukannya "Kenapa?" ucapnya "Oliver menangis" ucapku singkat. "Aku ingin melihatnya" aku tak menghiraukan ucapannya karena aku yakin aku menolak pun ia akan mengikutiku.

"Itu Oliver anakku?" Ucapnya disebelahku "Aku ingin menggendongnya"

"Kumohon" mohonnya padaku, aku menghela nafasku dan mengangguk "Terimakasih" Ia mencium pipiku membuat jantungku berdebar. Ia langsung menggendong Oliver dan benar saja Oliver langsung terdiam.

"Hi, Olivia ini Daddy. Kau tahu aku merindukanmu"

"Kenapa kau mengganti nama anakku?!" ucapku kesal.

"Itu panggilan kesayangan, dan satu lagi. Dia anakku juga, bukan hanya anakmu" Ucapnya dan yang mengherankannya lagi Oliver tertawa.

"Berapa umurmu sekarang, apa kau masih menyusu dipayudara Mommy mu?" aku refleks mendorong kepala Harry "Watch your mouth, Styles!" Geramku.

Oliver lagi - lagi tertawa "Styles! Dia melihatmu seperti melihat badut. Jadi kau tidak perlu percaya diri saat Oliver berhenti menangis dan malah tertawa dipangkuanku" aku mendelik kesal "Kau cemburu? Hey, berarti aku hebat menenangkan Oliver daripadamu?" aku menggeram "terserah"

40+votes
Next

Vomments

Sweet Creature [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang