Masa Lalu

541 31 2
                                    

(FlashbackOn)

"Yang sampai danau duluan pemenangnya. 1! 2! mulai" intruksi ku.

"Curang!"

Sore ini Sandy, Sindy, Maria, Mulyadi dan aku berlomba sepedah menuju danau yang tidak jauh letaknya dari komplek rumah kami. Aku senang berada di dekat mereka menghabiskan waktu untuk sekedar bermain dan tertawa.

Sedih rasanya kalau harus mengucapkan perpisahan kepada mereka, setiap pertemuan pasti bakalan ada perpisahan. Yang aku takutkan bukan perpisahannya tapi yang aku takutkan ketika perpisahan apakah aku bisa bertemu mereka lagi.

"Hore menang" ucap ku.

"Kamu curang Tania." ucap Mbul.

"Kalian yang lambat woo.." ucap ku sambil tertawa.

Danau ini tempat yang mengetahui bagaimana eratnya hubungan persahabatan kami. Hampir setiap sore sepulang sekolah kami pergi ke danau ini.

Aku tidak suka berbohong tapi aku juga tidak suka mengatakan sesuatu yang membuat teman-teman ku khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak suka berbohong tapi aku juga tidak suka mengatakan sesuatu yang membuat teman-teman ku khawatir. Jika waktunya sudah tepat pasti merka akan mengetahui yang sebenarnya.

"Bagaimana jika aku tidak bisa bersama kalian lagi" ucap ku pelan tapi dapat di dengar dengan baik.

"Apa maksud kamu Tania. Kita semua pasti akan selalu bersama selamanya. Janji sahabat?" ucap Sandy sambil mengangkat jari kelingkingnya di ikuti dengan Sindy, Maria dan Mulyadi.

Aku pun ikut mengangkat jari kelingking ku walau aku tahu kita semua tidak bisa bersama lagi. Dengan senyum karena senyum dapat menutupi semuanya.

"Aku punya permainan baru." ucap ku.

"Apa?" tanya mereka penasaran.

Aku membagikan selembar kertas dan pensil kepada semuanya. Aku melihat mereka semua heran dan memiliki banyak pertanyaan.

"Jadi gini permainannya. Kalian semua tulis harapan untuk persahabatan kita ke depannya. Dan akan kita buka delapan tahun kedepan tepatnya ketika kita berumur 17 tahun" mendengar intruksi ku mereka segera menulis harapan mereka masing-masing.

Aku melihat mereka menulis dengan senyum yang tergambar di bibirnya tapi berbeda dengan aku yang menulis ngengan menahan air mata ku agar tidak terlihat oleh mereka.

"Sudah?" tanya ku.

"Sudah Tania." ucap mereka kompak.

Aku pun melipat masing-masing kertas dan memasukannya kebotol kaca tersebut lalu menguburnya di bawah pohon besar. Tidak terasa hari mulai gelap dan tidak terasa waktu perpisahan akan tiba.

"Kamu siap sayang" ucap malaikat yang aku sebut mamah sesampainya di rumah.

Aku hanya mengangguk tanpa mengucapkan apa-apa. Aku tahu sekarang waktu nya aku untuk berpisah dengan sahabat-sahabatku.

Petualangan Misteri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang