#9 I Need You

2.4K 205 11
                                    

Taehyung sudah pamit dan pergi.
Menyisakan Jimin yang kembali dari gerbang sekolah karena mengantarkannya.

Hari ini sangat melelahkan dan juga menyenangkan untuk Jimin. Festival hari pertama selesai dengan lancar.

Di sini lain..

"Yo Taehyung! Siap untuk malam ini?"

"Tentu saja, Mark. Ayo bertanding. Yang tertidur duluan, kalah." Ujar Taehyung bersemangat.

Ternyata ia bukan pulang ke rumah orang tuanya, melainkan mampir dulu ke rumah sahabatnya di kota ini dan menginap sekitar dua hari.

.
.
.
.
.
.
.

Matahari sudah tertidur di gantikan oleh bulan yang memancarkan cahayanya lembut. Hari ini bulan purnama, tepat di saat sekolah Jimin mengadakan pesta penutupan festival di hari kedua sekaligus merayakan kenaikan kelas mereka.

Jimin tampak ceria dan bersemangat bergabung dengan teman-temannya di lapangan. Sebentar lagi akan ada pesta kembang api. Tapi, ditengah canda tawanya bersama para sahabatnya. Jimin tidak sengaja melihat Yoongi yang duduk di pinggir lapangan, sendirian.

"Ung Hoseok, Jin, Namjoonie.. Aku pergi dulu nde? Ada yang ingin kubicarakan dengan Min-ssaem." Ujar Jimin.

Meski merasa heran dan penasaran, ketiga sahabat Jimin itu hanya mengangguk mengiyakan. Mereka pikir, Jimin akan membicarakan perihal kejadian saat festival hari pertama kemarin.

"Park Jimin, Fighting!" Jimin menyemangati dirinya sendiri. Namja itu pun menghela napas panjang dan nekat melangkahkan kakinya mendekati sang guru muda yang masih terdiam sendirian. Yang menemani Jimin hanyalah segelas minuman yang dibawanya sebelum berpisah dengan teman-temannya.

"Um Min-ssaem?" Jimin memanggil gurunya ragu.

Sebenarnya Yoongi sadar jika Jimin berjalan ke arahnya. Tapi guru itu lebih memilih untuk pura-pura tidak melihat hingga sang murid memanggilnya.

"Nde? Ada apa, Park?" Jawabnya sambil melirik Jimin sekilas.

Jimin meremas gelas plastik yang dipegangnya. "Boleh aku duduk?"

"Tentu." Yoongi membalas singkat tanpa menoleh.

Jimin pun duduk di samping gurunya. Selama beberapa menit, keheningan menyelimuti mereka. Keduanya sibuk tenggelam di dalam pikiran masing-masing.

"Hyung?"

"Nde?"

"...Rasanya aku semakin jarang melihatmu mengajar."

"Memangnya kenapa, Jimin?"

"Tidak apa."

Aku hanya rindu melihatmu.

Ucap Jimin dalam hati sambil menatap gelas plastiknya yang masih penuh.

"Begitukah? Aku disuruh mengajar adik kelasmu akhir-akhir ini." Jelas Yoongi tanpa diminta.

Jimin hanya mengangguk dan tersenyum kecil menanggapi perkataan Yoongi. Ia lalu meminum air bening di gelasnya sekaligus sampai habis― dan meringis sesudahnya karena air yang ia minum entah kenapa terasa pahit.

[Jimin's PoV]

'?!'

'Air apa ini― Kenapa rasanya pahit?' Batinku bingung sambil menatap gelas yang kini sudah kosong di tanganku. Sungguh rasanya tidak enak. Tapi mana mungkin aku memuntahkannya lagi di depan Yoongi-hyung.

Tunggu dulu― kenapa rasanya tenggorokanku agak panas?

Tidak, tenggorokanku seperti terbakar tepatnya. Kepalaku juga rasanya mulai berat dan sakit. Juga pandanganku― kenapa tiba-tiba semuanya seolah berputar?

Save me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang