Namaku Luna, seorang gadis remaja biasa yang sebentar lagi beranjak dewasa. Hanya tinggal menghitung hari umurku mencapai 18 tahun. Aku seorang gadis SMA tingkat 3. Mungkin tahun ini akan menjadi tahun yang berat untuk dijalani. Aku yakin akan sibuk sekali dengan pelajaran pelajaran dan jam tambahan belajar seperti yang kakak tingkat ceritakan tahun lalu. Di luar tentang sekolah aku juga adalah seorang atlit, orang bilang ini adalah jenis olahraga yang unik dan jarang dilakukan oleh seorang perempuan. Aku menggiati olahraga memanah. Semenjak aku duduk di bangku sekolah dasar ayah selalu mengajaku menontonnya memanah. Sesekali aku diajak mencoba membidik. Entah apa yang dilihat oleh ayahku ia bilang bahwa aku memiliki kemampuan dan bakat memanah yang hebat jika diasah. Dari hari itu aku terus menerus diajak dan berlatih membidik. Apa aku terpaksa? Awalnya memang ini membuatku bosan dan terpaksa demi memenuhi kebahagiaan dan antusias ayah, namun lama kelamaan ketika aku mulai lihai ini bukan menjadi hal yang membosankan dan payah lagi bagiku namun aku menyadari bahwa olahraga ini sangatlah anggun dan berirama tinggi ketika anak panah melesat cepat. membelah angin di hadapanku. Tidak bisa diungkapkan oleh kata kata bahwa aku menyukai olahraga ini. Kemudian tentang keluargaku, aku tinggal bersama ayah dan ibuku di perumahan yang cukup megah. Ayahku seorang arsitek memiliki daya khayal dan penalaran yang kuat, hal ini penting untuk pekerjaannya. Kemudian ibuku, hanya seorang ibu rumah tangga yang cekatan dan hebat dalam mengurusi keluarga. Orangnya cerewet dan segala macam hal yang dilakukan anak anaknya memiliki aturan tidak tertulis. Tapi itu bukan kekurangan bagiku, itu adalah tanda kasih sayangnya padaku dan adiku. Kemudian yang terakhir adalah adiku, namanya Lili, seorang gadis cilik yang cantik dan menggemaskan. Umurnya baru 12 tahun. Gadis kecil ini baru mengalami masa puber, maka belakangan ini tingkah laku Lili menyebalkan dan kecentilan. Emosinya belum stabil dan mulai penasaran dengan apa itu yang dinamakan cinta. Ngomong ngomong tentang cinta, aku tidak memiliki pacar, bahkan seumur hidupku belum pernah merasakan bagaimana memiliki kekasih. Hal ini bukan berarti aku tidak laku, namun entah mengapa aku susah untuk sayang kepada seorang lelaki. Beberapa kali temanku meminta dirinya untuk menjadi kekasihku, entah baik, tampan atau kaya seperti apapun mereka aku tetap menggelengkan kepala dan tersenyum maaf. Aku merasa dihantui sebuah kutukan untuk tidak bisa mencintai seseorang. Kadang kala ibuku mengejeku dan menertawai tidak laku. Yang menyebalkan jika ibuku sudah mulai menceramahiku dengan tema "jangan terlalu pilih pilih" kemudian membandingkan dengan Lili yang sedang dekat dengan lelaki yang disukainya. Ditambah lagi Lili menatapku dengan mata centilnya seperti sedang mengoloku. Menyebalkan memang, namun hal itu bukanlah sesuatu yang melunturkan untuk mengurangi rasa sayangku pada mereka, walaupun aku belum pernah menyayangi seorang lelaki setidaknya aku sekarang merasakan kasih sayang yang besar dari keluargaku. Menceritakan hal lain, ciri fisiku, sewajarnya gadis yang beranjak dewasa. Tubuhku cukup langsing namun tidak terlalu kurus, tinggi memang cukup tinggi dibandingkan teman perempuanku yang lain. Rambutku panjang bergelombang sepunggung sedikit pirang coklat kemerah merahan. Dan teman temanku bilang kulitku putih lembut dan cantik, bahkan terkadang kala ada yang mengagumi kecantikan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Declension
Science FictionBagaimana jika sesungguhnya mimpi adalah sebuah dimensi lain yang tidak pernah kita bayangkan bahwa di sana terdapat dunia nyata. Kita hanya melewati mimpi dengan cara sederhana selama ini, tidur dan terbangun. Namun bagaimana jika kita terjebak dal...