Kriiiiinnggg!!!!
Bunyi Bel tanda istirahat sudah di bunyikan.
"Ver gue males banget," ujar Sita dengan raut muka malas.
"Udah adepin aja, tapi lo jangan sampe bikin dia marah lagi Sit!" Nasihat Vera dengan nada sedikit ragu.
Sita berjalan malas menuju kantin dengan bergumam-gumam tidak jelas. Ia sangat malas berurusan dengan orang. Apalagi bermasalah dengan Vino Abraham. Ya tidak ada pilihan lain.
Sesampainya di kantin Sita mengedarkan pandangannya namun batang hidung Vino tak kunjung muncul .
"Mana sih cowok itu? dia kan nyuruh gue kesini," gumam Sita.
Beberapa detik kemudian saat Wita ingin berlalu dari kantin, ia melihat Vino bersama geng-nya di bangku paling pojok tempat khusus bagi mereka, bangku itu memang sudah di khususkan bagi mereka tidak ada yang boleh menduduki bangku itu selain geng-nya itu.
Sorot mata Sita tak lepas sedari tadi menatap Vino yang asik ngobrol dengan teman-temannya.
Sita tak berkedip sedikit pun hingga tatapan mereka saling bertemu namun Sita tak menyadari itu hingga Vino menatapnya tajam.
Sita tersadar dari lamunannya, ia refleks kaget. Dan membalikkan badannya. Entah mengapa kali ini kakinya sulit untuk di langkahkan.
Vino berjalan mendekati Sita, seluruh makhluk dikantin menyorot Vino.
Vino sejenak menatap Sita lalu mendekat, mendekat, dan mendekat membuat Sita berjalan mundur hingga ia tersandar di tembok, seluruh badannya gemetar dan dikunci oleh badan dan tangan kanan Vino yang ia letakkan di tembok serta tatapan tajam Vino menatap tembus mata Sita.
Sita tak berani menatap tatapan Vino, Sita mencoba memjamkan matamya untuk menenangkan dirinya dan mengatur pernafasannya yang terasa sesak.
Wajah mereka hanya berjarak 5 cm. Vino menghembuskan nafasnya hingga terasa dileher Sita. Seluruh tubuh Sita terasa di sengat listrik, dan tak berani membuka suara ia hanya memejamkan matanya berharap tak terjadi apa-apa.
Vino mengangkat dagu Sita agar menatap dirinya.
Sita membuka matanya dan menatap Vino takut.
"Ekhem," Vino tampak meneguk ludahnya sembari melepaskan dagu Sita dan pergi begitu saja meninggalkan Sita.
Seluruh orang dikantin dibuat bingung oleh kelakuan mereka. Terlebih dengan Sita. Apa maksudnya?
"Hah? apa maksudnya gue disuruh kesini cuma begitu doang?" Ucap Sita pelan lalu berjalan keluar kantin, lalu disusul oleh Vera dan menanyakan sejuta pertanyaan mengenai Vino "Lo diapain sama Vino Sit?"
"Mana gue tau, tau ah!"
"Gawat hidup lo Sit, kak Leora yang ngebet sama Vino marah besar sama lo!!" ucap Vera karena tadi saat kejadian Sita dan Vino dikantin kakak kelas yang mengejar-ngejar Vino geregetan dan marah ngeliat kejadian itu.
"Ga peduli" Sita mengehela nafasnya kasar.
Keesokan harinya....
Sita berjalan di koridor, ia sebenarnya malas masuk sekolah, karna hari ini cuma ada classmeeting dan jamkos tapi karena Vera yang memaksa masuk akhirnya ia menuruti Vera.Sita mulai mendengar omongan-omongan tentang dirinya, "Eh itu kan yang kemarin didekep sama Vino" ucap seorang perempuan berkulit hitam, "iya, dia gatel banget ya deketin Vino cogannya kak Leora" jawab seorang teman perempuan itu.
Sita hanya diam dan tak berkutik dan bergumam pelan "Padahalkan Vino yg nyamperin gue lah kok gue yang dibilang gatel? Masa bodolah."
Sita mencoba mengingat-ingat kejadian di kantin, sewaktu-waktu ia tak mengerti arti kejadian di kantin kemarin, Vino mendekati tubuhnya hingga ia tersandar ditembok dan susah bernafas, Vino menatapnya dan cuman berdehem pelan lalu meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stubbornly Mine's
Teen FictionSelamat membaca! MASIH DI REVISI, OKE. - Sebelumnya maaf, karna saya ini adalah penulis amatir berunek-unek liar dan agak tidak nyambung nih cerita, mohon maklumi:) Maaf jika tidak ada deskripsinya hehe.