ENAM

45 32 14
                                    

 Vino membelokkan mobilnya di sebuah Restoran Bintang Lima di area Bogor,

"Lo ngajak gue makan kok sampe Bogor segala sih? Dari tadi kan banyak restoran-restoran yang kita lewatin!" ujar Sita memelototi Vino yang sedari tadi bingung kemana arah tujuan Vino sampai-sampai ia membawanya ke Bogor.

"Diem!!" Ucap Vino kemudian memarkirkan mobilnya.

Sita berdecak kesal sudah beberapa jam ia dibawa keliling-keliling oleh Vino yang tak ia ketahui jalan pikirannya.

"Vino, ini udah kelewat jam sarapan!" ujar Sita melihat jam tangannya.

"Turun!" ujar Vino lagi-lagi ia tak perduli ucapan Sita.

Sita membuang nafasnya kasar, "Nggak!!!gue nggak mau!"

"Lo turun, atau gue juga tetep diem disini sampe malem, ha??" Ucap Vino agak dingin.

"Lo itu ya, tadi pagi maksa2 gue buat nemenin lo makan, sekarang lo sikapnya cuek, gapeduli sama ucapan gue, gue ga abis pikir ya nemu manusia macam lo!!" Ucap Sita meluapkan kekesalannya lalu ia membuang nafas kasarnya lagi.

Vino menatap Sita, "Iya gue minta maaf, sekarang kita turun!"

"Hah? Segampang itu lo minta maaf? Lo nggak tau perasaan cewek kalo diginiin Vin!"

"Lo juga masalah kecil digede-gedein, gue juga udah minta maaf elah." Vino menatap wajah Sita, "Sekarang kita turun, daripada kita debat sampe besok yang ada lo gak bisa pegi sekolah!" Vino melukis senyum diwajahnya, entah mengapa Sita menjadi deg-degan melihat Vino senyum ke arahnya, senyuman Vino terasa meneduhkan hatinya dan rasa kesalnya  pada Vino langsung hilang.

"Nyebelin, bukain gue pintu!" Ujar Sita melihatkan wajah cemberutnya.

Vino terkekeh, "Bego' lo ya, buka sendiri!"

"Yaudah gue nggak mau turun!"

"Dasar cewek manja, kepala batu!"

Vino memilih mengalah saja daripada ia harus berdebat sama perempuan kepala batu itu. Vino pun turun dari mobilnya lalu berjalan dan membuka pintu mobil agar Sita segera keluar.

"Cepet keluar!" Ujar Vino

Sita keluar dari mobil, ia memandang wajah Vino dengan tatapan kesal, "Dasar cowok nggak bisa lembut!" ujar Sita lalu memilih berjalan sendiri memasuki restoran berbintang itu.

Vino hanya mengedikkan bahunya lalu mengikuti langkah Sita, Vino terkekeh geli melihat tingkah laku Sita yang kadang-kadang keras kepala dan membuatnya ingin tertawa, tapi Vino harus menjaga imagenya, ia harus tampil cool didepan orang-orang agar terkesan keren gitu lah.

Sesampainya di dalam Sita bingung mimilih bangku yang mana, karena disitu bangku semua penuh.

Vino menepuk pelan bahu Sita, "Di outdoor aja!" ujar Vino melangkahkan kakinya menuju outdoor.

Sita berdecak sebal, bisa-bisanya si Vino mengajaknya dan berucap padanya tanpa melihat wajahnya dan langsung pergi gitu aja?
Sita mengikuti langkah Vino sembari melihat lelaki itu dari belakang,
"Hhhh, gue semakin yakin dia punya kepribadian ganda! Kadang keras kepala, dingin, sombong, pemaksa nggaj ada apa sifat lembut-lembutnya dikit?" gumam Sita yang sedari tadi kesal terhadap Vino.

Sesampainya di outdoor mereka memilih bangku di dekat air mancur, mereka duduk saling berhadapan, Sita yang sedari tadi menatap wajah Vino kesal dan Vino menatap wajah Sita dengan santai.

Vino mengangkat kedua alisnya "Lo kenapa liat gue kayak gue maling aja!" ujar Vino.

"Gue kesel sama lo, sekarang ini hampir sore, gue belum ngerjain PR buat besok lo malah ngajak gue sante-sante! Sebel gue sama lo!" Ujar Sita memutar kedua bola matanya lalu memilih memainkan ponselnya.

Stubbornly Mine'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang