Sepertinya, hari ini keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Jung Eunhee. Tadi pagi, jalanan macet. Hal tersebut membuat Eunhee sampai di sekolah tepat ketika gerbang sudah hampir tertutup sempurna.
Sialnya lagi, sekarang ia sedang dilanda perasaan gelisah, bingung, dan takut karena tugas matematika dari guru terbengis di sekolahnya ia tinggalkan di rumah.
Entah apa yang akan menimpa Eunhee, ia harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Seperti membersihkan toilet, berdiri di depan kelas, atau berlari mengelilingi lapangan sepak bola.
Bel pergantian pelajaran telah berbunyi. Eunhee menggigit bibir bawahnya. Setelah ini adalah pelajaran matematika. Keringat mulai bercucuran dari dahinya ketika ada derap langkah yang mendekat ke arah kelas.
Pintu kelas terbuka. Ada sedikit kelegaan di dada Eunhee ketika melihat seseorang yang ada di balik pintu adalah ketua kelasnya.
"Perhatian, semuanya, tolong perhatikan sebentar." Sang ketua kelas mengetuk-ngetuk papan tulis agar anggota kelas memperhatikannya.
"Aku mempunyai kabar gembira untuk kalian," sambungnya. Suasana kelas mulai gaduh, menebak-nebak apa yang akan disampaikan ketua kelas. "Para guru rapat hari ini, dan jam pelajaran dikosongkan!"
Sebuah batu besar seperti diangkat dari tubuh Eunhee. Perasaan-perasaan yang ia rasakan tadi hilang begitu saja. Ia ikut berjingkrak-jingkrak bersama teman-temannya. Bahkan, sangat terlihat bahwa yang paling bahagia adalah seorang Jung Eunhee.
"Selamat. Kau bebas dari hukuman Cho-ssaem hari ini." Soeun menepuk bahu Eunhee.
"Ternyata tidak sepenuhnya Dewi Fortuna membenciku."
"Mungkin ia kasihan melihatmu. Kau kan orang yang menyedihkan."
"Ya! Sebenarnya kau ingin mengucapkan selamat atau mengejekku?"
Soeun hanya mengangkat bahunya dan melemparkan pandangan mengejek. Eunhee mengepalkan tangannya di udara, mengisyaratkan bahwa ia akan memukul Soeun bila gadis itu macam-macam dengannya.
"Wah, aku takut," ujar Soeun sambil terkekeh dan berlari ke luar kelas.
Awas saja kau, Kim Soeun.
•••
Sekarang adalah jam istirahat. Di kelas hanya ada Eunhee dan tiga anak lain yang terobsesi pada nilai hingga tak pernah sempat untuk keluar kelas saat istirahat.
Eunhee baru saja menolak tawaran Soeun untuk pergi ke kantin. Sebenarnya, Eunhee lapar dan Soeun merengek-rengek. Namun, ia sedang dalam masa balas dendam kepada Kim Soeun. Biarlah sahabatnya itu makan sendirian.
Bosan. Hal yang menyelimuti Eunhee kini. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Belajar? Mengikuti tiga anak itu? Tidak. Eunhee tidak akan mau.
Ke kantin? Tentu saja akan membuat harga dirinya di hadapan Kang Soeun turun.
Eunhee berdiri dari duduknya. Ia tahu ia harus kemana.
Srek! Gesekan kursinya dangan lantai membuat ketiga anak tadi menatapnya tajam, merasa terganggu.
"Ups. Maaf. Aku tidak berniat mengganggu konsentrasi kalian. Aku akan segera pergi." Eunhee tersenyum kikuk, lalu segera melangkah dengan hati-hati keluar kelas. Tak lupa ia juga menutup pintu dengan perlahan.
Langkah kaki Eunhee menuntunnya ke perpustakaan. Ia bukan kutu buku. Ia hanya suka membaca novel yanng menurutnya menarik.
"Selamat pagi, Shin-ssaem," sapa Eunhee kepada petugas perpustakaan yang sedang menata kartu peminjaman buku.
![](https://img.wattpad.com/cover/99977161-288-k632901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Him
FanfictionAku tidak tahu harus memilih yang mana. Tetapi, Tuhan malah memberikan keduanya. Jung Eunhee (OC) Jeon Wonwoo of Seventeen Kim Mingyu of Seventeen Amateur writer. ©Whitelilac