Hujan sudah agak reda, menyisakan gerimis dan mendung. Menurut jadwal, bus akan datang lima menit lagi. Tak ada yang Eunhee lakukan di halte selain duduk diam.
Pria itu, berdiri membelakangi Eunhee. Ia bersandar pada tiang penyangga atap halte sambil memainkan ponselnya. Tak ketinggalan pula earphone di telinganya. Eunhee hanya bisa memandangi 'pria gila' itu.
Ya Tuhan, apa ia tidak pernah berbicara?
Eunhee mengalihkan pandangannya pada lampu yang menyorotnya dari arah kanan. Ia menghela nafasnya, lalu berdiri bersiap-siap memasuki bus. Tak ingin membuat masalah, Eunhee membiarkan pria itu naik terlebih dahulu ke dalam bus. Bus hanya berisikan lima orang beserta sopirnya.
Pria itu duduk di kursi paling belakang. Ia langsung menutup wajah dengan hoodie-nya. Sedangkan Eunhee memilih duduk di kursi berjarak tiga kursi dari pria itu. Tanpa Eunhee sadari, pria itu menyingkap hoodie-nya dan menatap punggung Eunhee datar.
•••
Suara petir yang terus-menerus terdengar, membuat Eunhee menyembunyikan dirinya di balik selimut. Ibunya belum juga pulang. Padahal sebentar lagi malam tiba. Suara dering ponsel Eunhee membuat gadis berambut panjang itu terperanjat.
"Aish, apa-apaan ini? Sejak kapan seorang Jung Eunhee menjadi penakut?"
Eunhee segera beranjak mengambill ponselnya di atas nakas. Ada panggilan masuk dari Kang Soeun. Ia cepat-cepat menggeser tombol hijau pada benda pipihnya.
"Yeobboseo?"
"Ah, Jung Eunhee"
"Ada apa?" Eunhee kembali mengambil selimut dan memakainnya untuk menutupi pudaknya.
"Tidak, aku hanya ingin memastikan kau pulang dengan selamat." Suara cekikikan dapat Eunhee dengar dari seberang sambungan telpon.
"Ya! Tentu saja aku selamat."
"Haha. Bukankah hari ini hari sialmu? Aku takut kau juga sial saat perjalanan pulang."
"Ya! Apa maksudmu? Aish, sahabat macam apa kau ini." Tawa Soeun meledak di seberang. Ingin rasanya Eunhee menendang pantat sahabatnya itu.
"Maaf, maaf."
"Soeun-ah."
"Kenapa?"
"Tadi aku bertemu murid sekolah kita."
"Lalu? Apa pentingnya?"
"Dengarkan dulu, bodoh."
"Ya, ya. Lanjutkan, tuan putri."
"Dia seorang pria. Sebenarnya aku juga bertemu dengannya di perpustakaan tadi. Dan kau tahu? Aku tidak sengaja menubruknya. Tapi dia hanya diam dan pergi begitu saja. Di halte dan bus juga ia tidak sekalipun melihat ke arahku. Apakah sifatnya memang seperti itu? Dingin dan cuek?"
"Siapa ya? Mungkin kau tidak menarik baginy-"
"Ya! Aku memang tidak berniat menarik perhatiannya!"
"Aish, kalau begitu biarkan saja. Memangnya kenapa jika ia tidak melihatmu? Toh, kalian tidak saling mengenal. Sudah, ya. Aku belum menyiapkan malam untuk Appa dan adikku. Sampai jumpa, Eunhee-ya"
Pip.
Sambungan sudah terputus sebelum Eunhee memberikan balasan.
Eunhee salut kepada sahabatnya itu. Ia menjadi seorang ibu bagi adik-adiknya. Ibunya telah berpulang ketika melahirkan adiknya yang ketiga. Namun, Soeun tidak pernah menyalahkan adik bungsunya itu karena telah lahir ke dunia dan membuat ibunya meninggal. Ia justru sangat bersyukur adiknya dapat lahir dengan selamat dan menjadi anak yang sangat cantik.

KAMU SEDANG MEMBACA
You and Him
FanfictionAku tidak tahu harus memilih yang mana. Tetapi, Tuhan malah memberikan keduanya. Jung Eunhee (OC) Jeon Wonwoo of Seventeen Kim Mingyu of Seventeen Amateur writer. ©Whitelilac