1

126 17 16
                                    

Pagi ini hujan turun dengan derasnya. Membuat jalanan yang biasanya ramai oleh pelajar dan pekerja kantoran menjadi lengang.

Seorang gadis tengah menatap tetesan air hujan dari dalam mobil. Kaki kanannya bergerak-gerak mengikuti irama lagu yang sedang ia dengarkan melalui ponselnya.

Brak!

Gadis itu menoleh kearah kursi kemudi. Ia bernapas lega setelah mendapati seorang wanita yang ia tunggu sejak tadi kini siap dibelakang kemudi.

"Maaf, Eomma telah membuatmu menunggu," ucap wanita tadi seraya menstater mobilnya.

"Tidak apa-apa, Eomma. Lagipula bel masuk masih 20 menit lagi." Gadis itu melepas earphone yang menancap di telinganya, lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Kau sudah siap?" Sang gadis hanya mengangguk menanggapi pertanyaan ibunya. Mobil mereka pun segera beranjak dari pekarangan rumah.

Tak ada hal menarik bagi gadis itu selain menatap jalanan yang diguyur hujan. Ada segerombolan anak SMA yang tengah menunggu bus di halte, seorang pria yang berjalan terburu-buru menerobos hujan dengan payungnya, dan burung-burung yang terbang tak tentu arah mencari tempat berteduh.

Ibunya sangat fokus menyetir karena jalanan yang licin. Di dalam mobil hanya terdengar alunan musik-musik relaksasi dan sececah suara hujan.

Gadis itu membuka ponselnya. Hanya ada notifikasi pesan dari operator dan pedagang online. Ia melihat wallpaper ponselnya yang menampakkan fotonya bersama seorang gadis lain sedang membawa es krim. Seketika, ia teringat akan sesuatu.

"Eomma, aku mempunyai janji kepada Soeun. Mungkin aku akan pulang sedikit terlambat." Ibunya melirik sekilas kepadanya.

"Hm? Janji apa?"

Gadis itu menghela nafasnya. "Aku berjanji akan menraktirnya di kafe dekat sekolah karena ia berhasil membuka sandi ponselku."

Sang ibu terkekeh pelan. Tak menyangka bahwa putrinya akan membuat janji semacam itu.

"Baiklah. Jangan pulang terlalu malam. Eomma tidak ingin kau kelelahan besok."

"Ay, ay, captain!" Sang ibu tersenyum mellihat putri semata wayangnya yang selalu ceria, dan ia harap akan selalu seperti itu.

Tak terasa mobil mereka telah terparkir di depan gerbang sekolah. Hujan tak kunjung berhenti. Setelah berpamitan kepada ibunya, gadis itu hendak membuka pintu mobil. Namun, tangan ibunya menahan pergelangan tangannya lembut.

"Tunggu, kau melupakan payungmu, Eunhee-ya." Sang ibu menyodorkan payung berwarna biru muda kepada Eunhee.

"Oh, ya, terimakasih, Eomma." Eunhee mencium pipi ibunya dan segera keluar dari mobil, membuka payungnya, lalu berlari kecil menuju gedung utama sekolahnya. Ia bersyukur ibunya selalu merawatnya dengan baik.

•••

Bel pertanda jam pelajaran terakhir telah berdering. Musik terfavorit bagi semua siswa. Lorong-lorong mulai ramai dengan anak-anak yang ingin segera menghirup udara kebebasan. Tak segan mereka juga berlari-larian di sepanjang lorong.

Eunhee masih berada di kelasnya. Ia memasukkan buku-buku ke dalam tasnya dengan rapi.

Setelah memastikan tasnya tercangklong dipundaknya dengan nyaman, Eunhee melihat meja yang empunya akan ia traktir hari ini. Namun, tak ada siapa-siapa. Meja dan kursinya telah bersih. Bagaimana bisa ia tidak menyadari kepergian sahabatnya itu?

Eunhee memutuskan untuk keluar dari kelasnya dan menunggu sahabatnya itu di dekat gerbang sekolah. Tak sampai tiga langkah ia keluar dari pintu kelas, langkahnya terhenti.

You and HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang