"Ibu, apa ini cukup?" tanya Candice sembari menunjukan kotak makan penuh dengan cupcake buatannya."Sudah cukup, Candice. Justin tidak mungkin memakan kue sebanyak itu. Cepat antarkan, atau ia akan segera pergi ke kantor. Kau juga harus cepat bersiap ke sekolah." Wanita paruh baya berparas cantik itu menyahut dengan lembut.
Tersenyum simpul sambil menutup kotak makannya, Candice berlari menuju rumah Justin yang hanya bersebelahan dengan rumahnya.
"Hai, Paman! Ingin mencicipi kue buatanku hari ini?" Sapa Candice ramah kepada Jeremy, ayah Justin, yang sedang membaca koran dengan secangkir kopi disampingnya.
"Apakah boleh? Bukankah itu untuk Justin?"
"Mencicipi 'kan hanya sedikit, Paman. Itu tak membuat semua kue ini habis." Canda Candice lalu membuka kotak makan tersebut untuk Jeremy.
Segera Jeremy mengambil satu diantaranya. Menatapnya sebentar dengan tatapan berpikir ragu.
"Apa paman akan bersikap seperti Justin yang ragu dengan apapun pemberian dariku?" Tanya Candice khawatir.
Jeremy terkekeh setelah menelan gigitan kue pertamanya. "Tidak, Candice. Ini enak. Cepat berikan pada Justin atau ia akan segera pergi ke kantornya."
"Baiklah, Paman. Aku akan antarkan ini ke kamarnya." Sedetik setelah kalimat itu terucap dari bibir Candice, ia segera berlari menaiki tangga menuju pintu dengan cat putih gading.
"Justin!" Panggil Candice dari luar pintu kamar Justin. Tak mendapat jawaban, ia memutar kenop pintu dan segera masuk.
Tak ada orang di kamar ini. Namun, samar-samar Candice mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi milik Justin.
Menempelkan telinganya pada pintu kamar mandi, Candice mengetuknya pelan. "Justin, apa kau di dalam?!"
"Tidak!!"
Merasa mendapat jawaban, dengan berani, Candice membuka pintu kamar mandi tersebut lalu melangkah masuk.
"AAAA!!! APA YANG KAU LAKUKAN?! APA KAU TAK MEMPUNYAI OTAK HUH?! Aku sedang mandi, bodoh!!!" Pekik Justin buru-buru menutup tubuh telanjangnya dengan tirai mandi.
"AAA!!!" Teriak Candice tak kalah keras dengan pekikkan Justin sambil menutup wajahnya dengan kotak makan yang berada di genggamannya. "Apa itu tadi, Justin?! Sembunyikan dariku, kumohon!"
Semburat merah muda menjalari tulang pipi Justin yang tegas. Namun segera ia menepisnya, sekuat mungkin Justin menahan malu. "APA HUH?! KELUAR DARI SINI SEKARANG!"
Merasa Justin telah aman dengan tirai mandinya, Candice pun menurunkan kotak makannya dan segera menatap Justin.
"Aku hanya ingin mengantar kue ini untuk bekalmu ke kantor, Justin." Jawab Candice santai seakan apa yang baru saja ia lakukan hanyalah hal biasa.
"Tapi kau tak perlu masuk ke kamar mandiku, Candice!" Sungut Justin. Namun ada sedikit jeda sebelum ia kembali berteriak. "AYAH! MENGAPA KAU BIARKAN MAHKLUK KECIL INI DATANG KE RUMAH LALU MASUK KE KAMARKU BAHKAN KAMAR MANDIKU?! TIDAKKAH KAU KHAWATIR BILA ANAKMU INI DIPERKOSA OLEH GADIS LIMA BELAS TAHUN?!!"
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Talk
Fanfiction"Justin, kenapa kau selalu bersikap dingin pada semua orang?" "Keturunan." "Kau berbohong ya? Paman Jeremy tidak sepertimu, apa kau bukan anak kandungnya?" "Diamlah!" •i'll be coming up every thursday, insha allah. Stay tune!