Part 5

63 12 3
                                    


Justin hampir tak berkedip menatap layar empat puluhan inchi di depannya itu. Ia merelakan jam makan siang untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Membuatnya bisa bersantai seperti sekarang ini. Duduk di sofa kekuasaannya sambil sesekali menyuapkan permen kapas ke dalam mulutnya.

"Sudah pulang, Justin?" Suara bariton terdengar menginterupsi kegiatan Justin. Jeremy datang kemudian duduk di sisi Justin.

"Sudah, Ayah. Aku sengaja menyelesaikan tugasku sewaktu makan siang tadi." Jawab Justin lembut.

"Aku lihat, kau mengantarkan Candice pulang tadi. Apa ayahnya tidak datang menjemput?" Tanya Jeremy. Ia sempat mengintip lewat celah jendela kamarnya ketika terdengar suara mobil Justin. Ia memutuskan untuk mengintip karena merasa heran dengan mobil Justin yang tak kunjung masuk ke garasi rumah mereka.

Pertanyaan Jeremy hanya dijawab gidikkan bahu oleh Justin. "Entahlah, Ayah. Tapi ia sempat bilang bahwa ayahnya tak bisa menjemput."

Ayah Justin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak lama pandangan lelaki itu jatuh pada permen kapas di genggaman Justin. "Kau ini sudah tua, Justin. Mengapa kau masih makan makanan seperti ini?" Tanya Jeremy sembari meraih permen kapas itu.

"Ini pemberian Candice, Ayah. Lagipula aku belum terlalu tua untuk memakannya. Ini bisa dimakan semua usia, termasuk ayah!" Jawab Justin dengan nada kesal karena ayahnya yang selalu mengejeknya 'tua'.

"Baiklah. Baiklah, ayah menyerah." Ucap Jeremy sambil terkikik.

Semenjak ibunda Justin meninggal, Jeremy memang tidak pernah menikah lagi. Selain Justin yang melarangnya, ia juga masih setia dengan mendiang istrinya itu. Jeremy juga selalu sadar bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk menikah lagi. Jadilah mereka tinggal hanya berdua.

Ibunda Justin meninggal ketika Justin masih remaja. Dulu, masih ada Nyonya Johnson yang selalu membantu mereka dalam hal pekerjaan rumah tangga. Namun, Justin pikir, lebih baik ia berusaha mandiri dengan tidak mempekerjakan orang untuk mengurus rumah mereka. Meskipun kewalahan, namun Justin tetap menjalaninya.

Sejak kepindahan keluarga Candice dua tahun yang lalu tepat di samping rumahnya, Nyonya Johnson bekerja pada keluarga Candice. Justin merasa keluarga Candice lebih membutuhkan Nyonya Johnson. Tidak sepertinya yang lebih membutuhkan istri ketimbang pembantu rumah tangga.

***

Pagi ini Justin sedikit terlambat datang ke kantor. Ia terlambat bangun pagi karena kelelahan dan mengantuk setelah semalaman menonton pertandingan tim sepak bola favoritnya. Namun itu semua bukan masalah bagi Justin, ia tak takut mendapat omelan di kantor. Ia seorang boss di sana.

Pagi ini terasa berbeda bagi Justin. Sejak ia bangun tadi, Justin tak melihat Candice datang ke rumahnya seperti yang sering di lakukan gadis itu. Tak ada titipan bekal yang harus dibawanya ke kantor hari ini.

Justin mendekat ke arah ayahnya yang sedang membaca koran di teras rumah. "Ayah, apa kau melihat Candice pagi ini?"

Jeremy menurunkan koran di genggamannya. Kepalanya menoleh mengikuti sumber suara Justin yang tak lain berada di ambang pintu. "Tidak, ayah tidak melihatnya. Ia bahkan tidak keluar rumah dari pagi-pagi sekali." Jawab Jeremy dengan dahi mengernyit, ikut merasa heran dengan 'hilangnya' Candice hari ini.

"Apa ia sakit, Justin? Ayah bahkan tak melihatnya bersiap sekolah dari tadi." Pertanyaan ayahnya berhasil menyadarkan Justin.

Candice sakit? Apa karena ia kehujanan kemarin? Ia yang meninggalkannya di jalan sehingga gadis itu harus kehujanan. Mengapa Justin merasa bersalah? Kalaupun Candice benar sakit, ini sama sekali bukan salahnya! Gadis itu sendiri yang memutuskan untuk rela berhujan-hujanan.

"Aku pikir, ayah benar. Kemarin.." Ucapan Justin terpotong. Ia berpikir kembali, haruskah ia mengatakan pada ayahnya. "Kemarin, ia sempat kehujanan, Ayah."

"Bagaimana bisa? Bukankah ia pulang bersamamu?" Tanya Jeremy heran.

"Mmh.. ya, dia- dia pulang bersamaku." Ucap Justin gugup. Ada jeda sebelum ia menyambung perkataannya. "Tapi aku sempat meninggalkannya saat sebelum hujan. Aku- aku bertemu Luna, dan aku harus menyelesaikan urusanku dulu bersamanya. Lalu aku meninggalkannya di ..tepi jalan."

Bola mata Jeremy membulat tak percaya. Setahu Jeremy, anaknya ini sudah tak lagi berhubungan dengan wanita yang menurutnya adalah seorang jalang. "Kau masih berhubungan dengan wanita jalang itu, Justin?!"

"Ayah, ini semua tak seperti yang kau pikirkan. Ia telah menjelaskan semuanya. Pria yang bersamanya sewaktu pesta itu adalah saudaranya. Ia tak berselingkuh di belakangku, Ayah." Bela Justin.

Kejadian itu kembali terulang di pikiran Justin. Salah satu kolega Jeremy mengadakan pesta ulang tahun perusahaan. Justin yang harus ikut bersama ayahnya menghadiri acara itu segera mengajak Luna, kekasihnya. Sayangnya, Luna mengatakan bahwa ia tak bisa hadir malam itu.

Justin dan Jeremy sangat terkejut ketika mendapati Luna ternyata menghadiri acara itu, namun bersama pria lain. Hal itu membuat Justin marah dan memutuskan untuk berpisah dengan Luna tanpa mendengarkan penjelasan gadis itu sedikitpun.

Jeremy yang melihat anaknya itu begitu terluka karena seorang wanita langsung mengecap Luna sebagai seorang jalang. Ia melarang Justin berhubungan kembali dengan wanita itu. Jeremy juga sering mendengar bahwa wanita itu sering kedapatan bersama banyak pria. Hal itu memperkuat anggapannya terhadap Luna.

"Dan kau percaya semua omong kosongnya?! Oh, ayolah. Wanita di dunia ini tak hanya satu, Justin." Ucap Jeremy dengan sedikit helaan napas di akhir kalimatnya.

"Aku mencintainya, Ayah. Kau bilang aku ini sudah tua dan membutuhkan seorang istri. Kita hanya perlu menikah dan keinginan ayah terwujud. Tolong mengertilah, Ayah!" Jelas Justin. Perkataannya saat ini bahkan naik seperempat oktaf.

"Tapi tidak dengan wanita itu, Justin!" Jeremy terus bersikeras melihat Justin sudah mulai terpancing emosi.

Justin menghela napas kasar, berpikir sejenak. "Baiklah. Aku akan coba mengunjungi Candice sepulang dari kantor. Aku berangkat." Ucap Justin mulai menurunkan suaranya kemudian melangkah menuju mobil dan melaju ke kantornya.


tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang