Justin sedikit berjengit terkejut karena pintu ruangannya yang tiba-tiba terbuka kasar. Dan Justin lebih terkejut mengetahui siapa yang membuka pintu ruangannya."Candice?! Me- mengapa kau bisa berada disini?" Ucap Justin terbata. Ia masih bingung mengapa Candice bisa masuk ke ruangannya. Padahal Justin telah memerintahkan security agar melarah gadis ini masuk ke gedung kantornya.
"Ayolah, Justin. Jika kau memang merindukanku, katakan saja!" Jawab Candice sambil terkikik geli.
Candice berjalan ke arah meja kerja Justin, kemudian duduk di kursi yang ada di depannya.
Detak jantung Justin berpacu lebih cepat. Bukan, bukan karena jatuh cinta. Ia hanya membayangkan apa yang akan dilakukan gadis yang duduk di depannya ini.
Candice meneliti setiap sudut meja kerja Justin. Dadanya menghangat ketika mendapati kotak makan pemberiannya tadi pagi ada di sudut meja tersebut. Ini sebuah kemajuan, karena sebelumnya, Justin tak pernah mau membawa bekal yang ia berikan.
Candice tahu? Tentu saja. Ia selalu memaksa Jeremy untuk mengatakan apakah Justin memakan bekal yang ia berikan atau tidak. Meskipun berkali-kali Justin menolak pemberiannya, ia tak pernah merasa jera atau sakit hati. Ia yakin, suatu hari nanti Justin akan membalas cintanya.
Candice meraih kotak makan tersebut kemudian membukanya. Senyumnya mengembang tatkala ia melihat kotak makan tersebut dalam keadaan kosong.
Candice mengalihkan pandangannya pada Justin yang sibuk dengan komputer. "Kau yang makan semuanya, Justin?"
"Hm." Gumam Justin.
Gadis itu terkikik. Ia membayangkan Justin yang sedang memakan cupcake lucu buatannya. "Berat badanmu pasti akan naik, Justin."
"Aku tidak sepertimu, yang berat badannya mudah naik." Ucap Justin tanpa memandang gadis didepannya sama sekali.
"Wajar jika berat badanku naik, aku ini dalam masa pertumbuhan!" Sangkal Candice.
Hening. Tak ada tanggapan dari Justin. Pria itu sibuk dengan komputernya. Sebenarnya Justin hanya mencari kesibukan dari pekerjaannya. Supaya ia tak mempunyai alasan untuk mengobrol dengan gadis didepannya ini. Kejam memang. Namun ini lebih baik baginya.
"Justin." Suara lirih itu menginterupsi pendengaran Justin. Ia bergeming, tak mengalihkan pandangannya sama sekali.
"Aku pulang bersamamu, ya?" Pertanyaan Candice kali ini sukses membuat Justin menatapnya.
"Tidak bisa. Hari ini aku lembur." Jawab Justin ketus.
"Aku akan menunggumu, Justin." Bujuk Candice. Ia sebenarnya sengaja meminta ayahnya untuk tidak menjemput. Ia tak peduli Justin akan mengantarnya pulang atau tidak nantinya. Yang ada dipikirannya hanyalah bertemu kemudian membujuk pria pujaannya ini untuk mengantarnya pulang.
"Lebih baik kau pulang sekarang menggunakan taksi." Saran Justin masih terus menghidari agar tidak mengantar Candice pulang. Merepotkan, batin Justin.
Oh, betapa bersungguh-sungguhnya Candice dalam menjalankan rencananya ini. Tak lupa, tadi pagi, ia sempat memberikan sisa uang sakunya pada pembantu dirumahnya. Sehingga sekarang, ia tak punya alasan untuk naik taksi.
"Aku tak ada uang, Justin. Lihatlah, aku tak memiliki uang sepeser pun." Rengek Candice sembari membuka sakunya yang benar kosong.
"Kau turun dirumahku, biar ayahku yang membayarnya." Candice mengerucutkan bibirnya. Ia mengumpat dalam hati. Mengapa ada saja alasan yang terlintas dipikiran pria tua ini, batinnya.
"Tapi, Justin, apa kau tega membiarkan anak kecil sepertiku naik taksi sendirian. Bagaimana jika ada yang menculikku?" Candice terus merengek.
"Tidak ada orang bodoh yang mau menculikmu." Ucap Justin tajam. Meskipun begitu, Candice tak pernah sakit hati. Ia selalu meyakini bahwa suatu saat nanti, Justin akan luluh padanya. Ya, meskipun ia tahu perbedaan usia mereka begitu tidak mungkin.
"Justin, please. Antarkan aku, ya? Ya?" Bujuk Candice terus sambil memunculkan mata anjingnya.
Justin menghembuskan napas kasar. Daripada ia terus berdebat, itu hanya akan membuang waktunya.
"Baiklah."
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Talk
Fanfiction"Justin, kenapa kau selalu bersikap dingin pada semua orang?" "Keturunan." "Kau berbohong ya? Paman Jeremy tidak sepertimu, apa kau bukan anak kandungnya?" "Diamlah!" •i'll be coming up every thursday, insha allah. Stay tune!