2

25 8 4
                                    

[maafkan aku tuhan]

Layaknya aku tak ada
Meskinya aku tak harus ada
Kenapa dia?

Dibawah pohon rindang, dibelakang rumah Dara. Sepasang angsa sedang menari ria dipermukaan air danau itu, percikan air mencoba menebus pori pori bulunya yang terselimuti lapisan lilin.

"Dor!!!" sepasang tangan membangunkannya dari lamunan

"Dyto?" -D

"hufff" dengusan nafas kecewa Dyto terdengar jelas

"kenapa?"-D

Dyto berlutut didepan kursi roda Dara. Diam sejenak

"kenapa kau tak kaget?" -Dy

Sesaat sunyi, tak dengar suara apapun dari keduanya melainkan suara percikan air danau

Hingga tawa yang di tahan tahan Dara keluar dengan sempurna.

"hahahaha," -D

Dyto hanya tersenyum, ia bahagia akhirnya tawa itu bisa ia dengar lagi. Sejak kejadian itu, Dara lebih sering murung dibanding tertawa. Dyto merasa bahagia sekali. Ia tatap wajah Dara dengan tatapan terdalamnya

"sudah ketawanya?"-Dy

Dara terdiam, mencoba menahan tawanya dibalik senyumnya

"aku suka kau seperti ini," -Dy

"kau itu aneh Dyt, aku kira kau berlutut ada hal penting yang ingin kau sampaikan dengan keluhanmu yang meyakinkan. Kau hanya menanyakan itu?"

Wajah Dyto berubah dengan renyahan tawa Dara yang berlanjut. Ia cemberut dengan celaan Dara yang nyatanya membuat ia bahagia

"aku hanya bercanda. Berhentilah tekuk wajahmu, aku jadi ingin mencubitmu,"-D

"cubit saja kalau bisa," -Dy

Dyto berlari mengelilingi kursi roda Dara sambil menjulur lidahnya seakan mengejek Dara.

"kau curang,"-D

Dara mencoba bangkit dari kursi rodanya dan alhasil ia terjatuh

"Dara!!"-Dy

Dyto mendekati Dara yang mencoba bangkit sambil meradu kedua telapak tangannya mencoba membersihkan debu yang tertempel ditangannya

"kau emang keras kepala,"-D

Satu tangan Dara berhasil mendarat di pipi Dyto yang cabi.

"kau curang," -Dy

"biarin. wekk..."-D Dara menjulurkan lidahnya, menghina Dyto.

Dyto mencoba memberi bantuan untuk Dara kembali duduk dikursi rodanya namun tetap saja ia tak mau

Katanya

"bersentuhan dengan tanah lebih menyenangkan,"

"kau tau Dyto, hari ini aku buat 1 puisi untuknya,"-D

"bacakan" pinta Dyto dengan manja, seperti anak TK yang mengemis ingin mainan yang ia suka sedangkan Dara seperti ibu yang terus saja keras kepala, yang akhirnya luluh juga dengan rayuan maut Dyto

Bahagiakah kau
........

Saat Dyto sudah menyempurnakan konsentrasinya, Dara menutup bukunya

"hanya itu,"-Dy

Dyto menyipitkan mata sinisnya kepada Dara dan menekuk bibirnya.

"bohong, kau jahat. Kenapa hanya satu bait,"-Dy

"hanya itu yang baru kubuat,"-D

Rintik hujan membasahi hidung mancung Dara.

"sepertinya akan hujan, ayo kita pulang, langit mulai berduka,"

Dyto mengangguk setuju dan membantu Dara kembali ke kursi rodanya.

~~~
Lagi lagi tetesan merah itu mengotori bukunya lagi, dengan cekatan Dara menarik lembar tisu didepannya. Ia sumpal dan merogoh lacinya. Pil itu menyonsong masuk dengan pahit melewati kerongkongannya.

"Bubur lagi! Kapan aku tidak menyantap nasi berair ini bi," -D
Decak Dara dengan kesal kepada Ryta

"sabar Ra, nanti kalau kamu sudah sembuh, kamu boleh makan semua makanan yang ada Ra,"-M

"aku tak mau makan!" -D

"apa perlu aku suapin dulu, biar kamu makan,"-Dy

Suara itu terdengar bersamaan dengan hadirnya Dyto tiba tiba di ruang makannya. Dara merasa malu, pipi cabinya yang semula putih seketika bermimikri menjadi merah muda sesuai keadaan.

"Dyto?"-M

Dyto menghampiri mama Dara dan mencium lembut punggung tangannya.

"maaf tan, Dyto tadi denger Dara marah marah. Jadi Dyto langsung masuk"-Dy

"ga papa,"-M

Dyto mengambil alih nampan yang berisi semangkuk bubur, segelas air dan beberapa pil obat. Ia hampiri Dara yang duduk dimeja makan.

"aaakkkk. Buka mulutmu,"-Dy Dyto mencoba menyodorkan sesendok bubur kedalam mulut Dara.

Dara langsung mendecak, mengeluarkan nafas keluhannya.

"aku bukan balita yang masih perlu disuapi,"-D

Dara mengambil sendok dan dan mangkuk yang dipegang Dyto. Ia mencoba menghilangkan kebosanannya pada makanan lembut itu, ia paksa kerongkongannya menelan.

"gitu dong,"-Dy Dyto tersenyum lucu memperhatikan Dara yang tampak benar makan terpaksa

----------
Buat yang udah baca dan vote makasih ya?
Kalau perlu coment ya?
Jangan bosen bosen baca, baca sampe habis pokoknya. Ups! kok maksa sih. Hehehehe, ga papa lah kali kali

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang