6

8 2 0
                                    

[menutup mata, namun bukan hati]

Diambang nyata dan fantasi
Aku sungguh ragu
Bukan perihal hidupku diujung tahun
Atau tentang diperpanjang masa nafasku
Namun, siapa dia tuhan.kenapa aku seakan tak mengenalnya

Selayaknya pagi menyapa embun yang turun, saljupun mulai berjatuhan. Ia. Sejak beberapa minggu lalu, Dara mengharuskan konsultasi kesehatan ke Eropa. Sungguh, penyakit merenggut tubuh nya dengan cepat. Rasanya Eropa tak seindah kata mereka jika yang kau bawa beban sakit.

Pagi ini, jendela rumah sakitpun bahkan mengembun dengan suhu yang mulai minus. Wajahnya menatap sayu dinginnya suhu yang mulai menebus pori pori kulitnya.

Kurasa merahasiakan sebuah kematian adalah hal terindah bukan? Hawa panas itu, memecah embun yang melekat di kaca bening itu, telapak tangannya menyisakan jejak sementara di permukaannya. Dokter memfonis hidupnya hanya tinggal 3 bulan kedepan. Ia memilih memberi kabar kematian, dibanding melihat mereka menangis haru menuju ajalnya.

Seketika, tubuhnya kaku. Tak ada kontak sama sekali, suster bukan panik lagi. Mereka berhambur mengerubungi ruang inapnya. Tiba tiba tubuhnya tak bereaksi, bahkan tak terdeteksi tanda kehidupan.

Seakan ia sedang tidur panjang, mendengar dongeng tidur masa lampaunya

Layaknya sebuah daun yang gugur
Tak ada yang pantas ditangisi
Percayalah, perginya aku bukan akhir hidupmu
Dyt? Tolong jaga dia, sebagaimana kau menganggapku
Salju sudah menjemputku
Ia tak pernah mengingkari janjinya
Izinkan aku pulang
Ia amat rindu dengan ku

Dyt, Dara koma.

By:Mama Dara

Salju mulai turun semakin deras, sederas tangis itu. Salju mulai menutupi eropa, setebal dinding kokoh yang masih ia pertahankan mendengar kabar duka itu.

Tubuh kedua nya lunglai tak berdaya, seakan tuhan tak hentinya menujam jarum kedalam keluarganya. Pernyataan dokter berhasil merenggut stamina tubuh mereka yang mulai termakan usia senja. Sungguh, ia tak terima. Putri tercintanya, terbujur lemas dengan alat yang menemaninya, yang sewaktu waktu akan merenggut perlahan nyawanya.

Kini, kedua darinya terlelap dalam hibernasi. Entah diantaranya terbangun karna tuhan, atau salah satu darinya pergi karna cinta. Bahkan pangeran itu, masih enggan menerima kenyataan putrinya.

"kau tau Dar, itu sama seperti dongeng tidurku yang selalu kau ceritakan disetiap pengujung malamku. Tolong, aku mohon jangan sampai aku tau akhir ceritanya. Aku harap, aku akan selalu dalam keadaan tertidur saat kau menceritakan akhir cerita itu" gumam Dyto

Seperti hal yang harus memaksa untuk memecah tebing air mata itu, sungguh. Dinding itu teramat kokoh untuk kau bor sekalipun.

****

Tubuhnya yang tegap seketika lesu seakan tak ada daya, saat kabar itu menerobos masuk menggetarkan gendang telinganya

"kalian udah tau kan, Dara koma tau ga?"

"ngapa ga mati aja sekalian"

"hahaha" derai tawa kompak sekumpulan siswi itu

Langkahnya seketika berbelok meninggalkan kelas
"woii Rey, lo mau ngebolos lagi. Gila lu, ga ada jeranya" ucap salah satu dari mereka

Rey tak peduli ocehan mereka. Saat meninggalkan kelas, ia berpapasan dengan Dyto. Tubuhnya pucat, seakan tak makan berbulan bulan. Ia hanya melirik tanpa ada reaksi sama sekali dari Dyto. Bahkan Rey melintas pun, mungkin ia tak tau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang