— Reveal your hidden self
Secretly take me away
Look back at me just once
Don't just pass me by
Like that sweet dream, come to me
🍁🍁🍁
Sebuah taksi berhenti di depan Bumin Hospital. Gadis mungil keluar dari pintunya, yang tak lain adalah Eunha. Ia begitu terburu memasuki rumah sakit megah di sana, lalu berlari ke arah meja informasi.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"
"Permisi," Eunha membuka ponselnya dan membaca lagi pesan Doyeon, "Bangsal D-17 dimana ya?"
"D-17 Ada di lantai 3 lorong kanan, Agassi."
"Terima kasih!"
Gadis itu segera menuju lift. Pikiran buruk menghantui otaknya.
Bagaimana keadaannya?
Lukanya separah apa?
Bagaimana itu bisa terjadi?
Kenapa tak menghubunginya?
Bagaimana jika ia koma?
Atau yang lebih buruk, sekarat?
Langkahnya begitu cepat menapaki lantai dingin nan sunyi. Dan berhenti di depan pintu bernomor D-17.
Hatinya bimbang mengingat masalah mereka kemarin. Dia masih marah pada Mingyu namun tak bisa dipungkiri ia bergitu khawatir.
Tangannya mendorong pintu putih itu dengan pelan. Hati Eunha seketika mencelos melihat Mingyu yang terbaring tenang. Beberapa perban dan plester menghiasi lengan dan wajah tampannya. Eunha melangkah masuk dan mendekati bed Mingyu.
Ia nampak damai dalam tidurnya.
Tanpa Eunha sadari, air mata telah jatuh menuruni pipinya.
"Kim Mingyu kenapa kau bisa begini.."
Wajahnya tertunduk, satu tangannya menangkup mulut agar suaranya tidak mengganggu, sedangkan tangan lainnya menyentuh lengan Mingyu yang tertancap infus.
"Bangun, bodoh," diguncangkannya pelan lengan itu, tapi tentu saja tidak ada respon dari empunya.
"Jangan menakutiku,"
"Hey,"
"Ayo bangun,"
"Kau tidak koma kan?"
"Mingyu.."
"Kau kan kuat, kenapa terbaring lemah begini?"
"Aku mengkhawatirkanmu!"
Tidak kuat menahan tangis, tak berselang lama isakan Eunha terdengar di kamar itu.
"Jangan pergi dulu, aku bahkan belum menyatakan perasaanku. Aku belum menjawabmu. Katanya kau suka padaku kan?"
Pintu kamar nyaris terbuka, menampilkan sosok Doyeon dan Lucas di sana. Namun Eunha sama sekali tidak menyadari suara pintu itu. Kedua sejoli itu buru-buru menutup pintu kembali dan memilih untuk pergi dulu.
Eunha menunduk, "Ya.. aku juga suka padamu. Tidak! Aku cinta Kim Mingyu, aku sayang Kim Mingyu, aku nyaman dengan Kim Mingyu. Tapi melihatmu bersama Doyeon, membuat hatiku sakit. Aku ingin mundur saja. Tapi kau jangan ma-"
"Jangan mundur, bodoh."
Sebuah suara laki-laki menyentak racauan Eunha. Gadis itu mendongak dan mendapati Mingyu yang menatapnya dengan sendu.
"Kau tidak boleh mundur. Kau harus tetap di sisiku."
Eunha masih menatap Mingyu dengan blank.
"Min- Mingyu-"
Lengannya yang tidak tersambung infus terjulur mengusap pipi gadis itu, menghapus jejak air matanya, "Kenapa kau menangis?"
Eunha menatap Mingyu intens, membuat pemuda itu salah tingkah sendiri. Ia berusaha duduk dengan bersandar ke headboard. Mingyu meraih tubuh gadis itu mendekat, memeluknya.
"Min-"
"Ssst," Mingyu kembali mengusap rambut legam gadis itu, berusaha menenangkannya.
Dan tangis Eunha pecah seketika itu pula. Hanya detak jam dan usapan jemari Mingyu di rambutnya yang menemani.
"Sudah?" tanya Mingyu begitu merasa isakan Eunha mereda. Eunha menenggelamkan wajahnya di dada bidang Mingyu, mengangguk pelan. Mingyu terkekeh melihat tingkah gadis di pelukannya, "Pacarku lucu sekali."
Seketika Eunha menatap Mingyu, dengan rona merah di kedua pipinya, "A- apa?"
"Bukannya kau tadi bilang kau suka padaku juga? Ya sudah kau pacarku kan?"
Mata gadis itu terbelalak, "Yaa! Jadi kau dengar kata-kataku tadi?!"
"Eumm.. sejak kau menangis aku sudah bangun. Berisik," Mingyu terkekeh lagi dan mengusap surai Eunha, merapikan beberapa helai yang menutupi wajah imutnya ke belakang telinga. Mingyu melanjutkan, "Jadi, bagaimana? Jadi pacarku ya?"
Eunha mencubit lengan Mingyu, "Salah siapa membuatku khawatir?"
"Aw sakit! Tega ya? Padahal Ming sakit begini," keluh Mingyu manja mengerucutkan bibirnya. Eunha menepuk bibir Mingyu kesal, "Kau pura-pura sakit ya? Kukira kau kecelakaan parah!"
"Kata siapa?"
"Doyeon."
"Aish anak itu, padahal aku suruh dia- Hey, sebentar, jangan mengalihkan pembicaraan."
"A- apa?" Eunha gugup, ia memang sengaja mengalihkan topik tadi.
Ia masih tidak percaya.
Benarkah Mingyu benar-benar menyukainya?
"Tapi.. kau serius dengan ucapanmu waktu di Daejeo?"
"Kapan aku tidak serius?"
"Setiap saat,"
"Aku serius," Mingyu menjeda, "Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Aku tidak suka kau dekat dengan Ong Seongwoo."
Eunha terdiam. Pendengarannya baik-baik saja kan? Karena jantungnya tidak.
Debarannya terlalu keras.
"Kim-"
Mingyu menangkup pipi Eunha, menatap matanya intens, "Jung Eunha, be mine?"
Dan Eunha tahu, ia tidak akan bisa lepas dari pesona Kim Mingyu.
"No,"
"W- what-"
"No reason to reject you, Kim Mingyu."
🍁🍁🍁
— I'm one step closer to your embraceAs I'm in your arms, I'm gonna tell you everything
How I waited for you
Why did you come so late?
I feel like I'm floating on clouds
I wouldn't wanna be anywhere else
If only I could fly toward your heart
If only we could be together, forever
FIN.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Contrail - mingyu eunha
Fanfiction【you leave a long trace of clouds. don't scatter, don't go far away】 a seventeen x gfriend fanfiction series pt.2 Mingyu x Eunha . School Life, a bit Angst, Romance . PG-15 . . CONTRAIL . ©2017 quantxmleap . book1; hear the...