Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tidak pernah berpikir aku bisa jatuh cinta pada gadis mungil ini.
Tiba-tiba saja dia menghampiriku yang tengah kalut dan terpuruk.
Ya, hanya dia.
Aku awalnya hanya berpikir kita teman biasa.
Tentu saja aku tak mau jatuh ke lubang yang sama.
Yuna dan aku dulu begitu pula, kan?
Berselubung teman, hingga aku jatuh cinta. Dan sayangnya, Yuna tak bisa membalasnya.
Maka dari itu, aku mati-matian menahan perasaanku. Aku tak ingin melabuhkan hati pada siapapun saat itu.
Namun perlahan aku merasa seperti dikhianati perasaan sendiri.
Aku terperangkap pada pesona seorang Jung Eunha.
Ia yang lebih banyak menjadi pendengar, menelan semua curhatanku dalam diam nan tenang.
Gadis mungil yang tidak pernah mau mengambil kesempatan untuk mencuri hatiku, berlawanan dengan para gadis lainnya yang berlomba menarik perhatianku.
Tiba-tiba saja Kim Doyeon, sepupuku, datang. Ia membaca kelakuanku dan menyimpulkan,
Jung Eunha berhasil memiliki hatiku.
Namun aku masih ragu, aku tak ingin terluka lagi, aku masih belum siap. Maka aku dan Doyeon membuat rencana. Sandiwara. Mencoba mengetes apakah aku bisa melupakan perasaanku pada Eunha.
Hingga aku mendapati Ong Seongwoo dengan gelagatnya yang nampak tertarik pada gadisku.
Oh tunggu, gadisku?
Aku cemburu?
"Sayang? Kau memikirkan apa, hm?"
Aku mendongak dan menatap gadis berambut pendek di depanku yang tengah memandangku dengan mata polos.
Senyumku muncul hanya karena melihatnya.
"Tidak, ayo lanjutkan."
Jung Eunha
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku, Jung Eunha, hanya sekedar pengagum Kim Mingyu.
Tak pernah terpikir untuk beranjak mendekatinya. Aku sadar diri tidak sepopuler Hwang Eunbi, atau Choi Yuna.
Mendengar Yuna dan Mingyu dekat, aku memutuskan untuk berstatus sebagai pengagum biasa.
Sampai saat itu, melihat Mingyu murung rasanya hatiku mencelos. Aku tak pernah suka seseorang di lingkunganku beraura sedih.
Maka kudekati ia tanpa ada maksud lain.
Ya, hanya sekedar teman yang mendengar masalah temannya tak masalah kan?
Aku tahu diri tak akan bisa mengambil posisi Yuna di hati Mingyu.
Dan hari-hariku pun dihiasi olehnya.
Senyumnya.
Tawanya.
Emosinya.
Kekonyolannya.
Keluhannya.
Perhatiannya.
Hingga aku pun tak sadar lambat laun seorang Kim Mingyu berhasil menerobos pertahananku.
Dia merebut hati seorang Jung Eunha.
Namun aku berupaya untuk mendirikan dinding batas antara diriku dan dia. Aku tak ingin jatuh terlalu dalam.
Dan datanglah Kim Doyeon. Membuatku semakin ciut dan berusaha tak mengharapkan apapun. Seperti keajaiban Mingyu akan menyukaiku, contohnya.
Aku dan Seongwoo oppa pun juga makin dekat. Aku hanya menganggapnya teman, kok. Walau aku dapat merasakan, ia punya perasaan lebih padaku.
Gelagat Mingyu menjadi aneh. Kami menjadi jauh. Tanpa sebab.
Haruskah aku berpaling pada Ong Seongwoo?
Dan saat mendengar Mingyu kecelakaan, yang kemungkinan karenaku, aku merasa langsung kacau.
Aku tak ingin kehilangannya.
Dan itu cukup menguatkan tekat untuk menyatakan perasaanku.
"...Na, kau mendengarkanku?"
Perhatianku teralihkan, hiruk pikuk kota tanpa sadar menarik pikiranku kembali ke masa 3 tahun yang lalu.
Aku tersenyum hangat, lalu melontarkan ucapan manja, "Maaf, sayang."
Kim Mingyu mendengus sebal, lalu tersenyum seraya mengacak poniku gemas.
"Bagaimana? Ada teman lain yang ingin kau undang ke pernikahan kita?"
..Pada pemuda di depanku ini. Yang pada bulan depan akan berstatus suami Jung Eunha.
Aku tak pernah menyesali sandiwara Doyeon dan Mingyu kala lalu.
Karena itu membuatku yakin untuk menyerahkan hatiku, dan membuatnya menjadi pasangan hidupku hingga akhir hayat nanti.
Penantianku yang layaknya awan mendung tak tahu arah, semua ada artinya, bukan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.