Gadis itu meraung hebat, air mata pun bercucuran di sekujur pipinya. Pundak seorang lelaki yang telah menjadi sandarannya kini terbanjiri oleh bulir-bulir bening yang berjatuhan sedikit demi sedikit.
Sang gadis dipeluk lelaki tersebut dengan sangat erat. "Hidup ini tak adil." Raungan sang gadis semakin menjadi.
"Adil." Lelaki itu membalas dengan lembut lantas melepaskan pelukannya. Ia menatap iris kelam gadis dihadapannya dengan sangat dalam, "Kamu boleh minta apapun, asal jangan ngelakuin hal bodoh itu lagi.." Ia kini mengelus lembut surai hitam gadisnya seraya tersenyum hangat.
Gadis itu meraih tangan lelaki di hadapannya dengan kedua tangannya, lantas menempelkannya di pipi yang sangat penuh dengan air mata, "Kenapa orang-orang suka sekali nyiksa satu sama lain? Apa salahku? Cuman karena kekuranganku.. Mereka.. Mereka.." Ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya, "Lebih baik aku mati." Ucapnya singkat, "Mati.." Lanjutnya lagi.
Diakhir kalimat sang gadis, lelaki itu sontak tersadar dari tidur panjangnya. Suara alarm membuat ilusi tersebut pudar dan hilang seketika. Tangannya meraih handphone, lantas mematikan alarm.
Ia terbangun, dan terlihat tidak menghiraukan mimpi tersebut. Mungkin, itu karena hampir setiap tidurnya selalu dipenuhi dengan mimpi-mimpi fantasy. Anehnya, mimpi yang itu bukan fantasy sama sekali.
Jam menunjukan pukul enam pagi. Hari ini adalah hari pertamanya di sekolah baru. Karena satu dan lain hal yang terjadi, itulah mengapa ia ditakdirkan untuk menjadi murid pindahan. Ia bergegas untuk segera pergi kesekolah. Dimulai dari mandi, makan dan...
.. Dan sekarang,
tibalah ia tepat di hadapan murid-murid yang akan menjadi temannya kelak. Berdiri tegap sebagai pusat perhatian.Terkecuali satu, seorang siswi yang enggan untuk menatap kehadirannya, yang lebih memilih untuk memandang keluar jendela dibanding untuk bergosip dengan siswi lainnya, yang memilih untuk diam membisu dikala ingar bingar terjerat jelas dari radar pendengarannya.
——— Prologue End
KAMU SEDANG MEMBACA
"Jonquil Cause Eglantine"
Teen FictionKematian merupakan hal yang begitu didambakan olehnya. Perasaan bersalah, kekosongan, penyiksaan juga keputusasaan selalu menggerogoti setiap langkah akan bayang-bayang dari gadis itu. Namun, semua hal yang ada dalam kehidupan sang gadis berubah ket...