Setelah kejadian tak terduga kemarin dikala ia hendak tertidur, Amy memikirkan kebaikan hati murid baru itu. Pasalnya, nyaris tiap hari ia kabur di tengah-tengah pelajaran, belum pernah ada orang yang mau menolongnya seperti itu. Pernah sekali ada seorang gadis yang menolongnya, namun naas, gadis tersebut dibanjiri gosip bahwa dia mau berteman dengan Amy. Bisa dimaklumi gadis itu langsung mendadak terkena gosip, karena ialah sang biang gosip yang menyebar aib pertama kali.
Bisa dibayangkan, bagaimana jika kamu telah menghina seseorang habis-habisan lalu dirimu secara tiba-tiba menjadi baik kepada orang tersebut. Orang disekitarmu mungkin langsung menyerbu dengan ribuan jarum dari bibir pedas mereka. Ya, jikalau kamu lebih memilih harga diri yang dijunjung tinggi ketimbang sifat keprimanusiaan, mungkin langsung saja kebaikan tadi di kubur dalam-dalam.
Membayangkan orang itu membuat Amy tersenyum miris, ia menertawakan hidupnya sendiri yang penuh akan kejahatan. Pernah sekali Amy memiliki sahabat terbaik sepanjang hidup kelamnya, tetapi sebuah tragedi membuat Amy menjadi enggan memiliki sahabat yang baru atau bahkan berdekatan dengan orang-orang.
Amy tertidur lelap, semua hayalannya lenyap. Ia selalu berharap memiliki mimpi indah di setiap malamnya. Karena baginya, realita hidup sudah menjadi mimpi buruk terindah yang pernah tuhan ciptakan untuknya.
««●»»
Hari pun berganti. Suara jangkrik yang menandakan kesunyian tergantikan oleh kicauan burung yang seakan menerbitkan semangat dan kegembiraan. Jam setengah tujuh pagi, Ferrum sudah ada di sekolah. Ia benar-benar rajin. Dikala keheningan memenuhi seisi kelas, suara nyaring datang dari balik pintu.
"Kak Ferrum." Sapa seorang gadis yang terlihat imut.
Ferum yang tengah duduk seraya memainkan handphonenya langsung menatap gadis tersebut.
"Kakak murid pindahan kelas dua ya?" Tanya gadis itu yang sepertinya adik kelas.
"Sksd banget nih bocah." balasnya dalam hati.
Tubuh mungil, rambut yang dikuncir ala ponytail, iris sedikit kehijauan berserta seragam SMA dengan rok yang lebih pendek dibanding Amy menambah keimutan gadis ini. "Iya, kenapa ya?" Jawab Ferrum.
"E-enggak, cuman.." Adik kelas ini mengambil sesuatu dari sakunya, "ini punya kakak ya? Kemarin aku nemuin ini di kantin." Ia menyodorkan sesuatu yang terlihat seperti dompet.
'Pantesan kmrin dicari kagak ada. Ternyata disimpen adek kelas.' Ucapnya kembali dalam hati. "Wah.. Makasih ya!" Ferrum berdiri dari tempat ia duduk, lantas menghampiri adik kelas itu. "Darimana kamu tau ini punya aku?" Tanya Ferrum yang telah berada di hadapannya.
"Anu.. Maaf kak, aku buka dompetnya ternyata ada foto kakak. Maaf banget! Gaada yang aku ambil kok."
Ferrum mengambil dompet tersebut dengan senyuman. "Wah.. Iya gapapa, makasih ya. Tanpa dompet ini aku gabisa jajan."
Adik kelas terlihat tersipu dibuatnya.
Tanpa mereka sadari, para siswi diam-diam memperhatikan mereka berdua. Termasuk Amy, yang terhalang jalannya karena gerombolan orang di koridor kelasnya. Dengan terpaksa iapun harus ikut menonton kejadian itu.
"Eh.. Ngapain kalian disitu. Awas-awas! Bukannya masuk kelas malah-,," Budi juga melihat teman barunya ini yang baru sehari tinggal di sekolah sudah dapat primadona.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Jonquil Cause Eglantine"
Teen FictionKematian merupakan hal yang begitu didambakan olehnya. Perasaan bersalah, kekosongan, penyiksaan juga keputusasaan selalu menggerogoti setiap langkah akan bayang-bayang dari gadis itu. Namun, semua hal yang ada dalam kehidupan sang gadis berubah ket...