10.

95 3 0
                                    

Dua puluh lima Desember, 2015

Ajeng menggenakan dress putih diatas lutut dan heels baru yang di belikan mama papa nya sebagai hadiah natal dua hari lalu.

Hari ini seluruh umat Kristiani merayakan hari natal. Ajeng dan keluarganya sudah memasuki gereja sambil sesekali menyalami beberapa orang yang mereka kenal.

"Ajeng!" Silvia, salah satu teman dekat Ajeng selama di gereja melambai kearahnya.

"Hai! Gila, kangen banget gue sama lo!!!!"

"Sama!!! Kok lo tambah kurus sih Jeng? Di Malang jarang makan apa gimana sih?" Ajeng melirik tubuhnya sendiri dan tertawa. Mereka berdua kelihatan asik menggobrol begitu seorang perempuan yang tinggi nya hampir sama dengan Ajeng datang menarik lengan Silvia.

"Jeng, gue kesana bentar ya.."

"Oke." Ajeng mengangguk singkat seraya berbalik. Dia membeku di tempatnya begitu mata nya menangkap satu sosok yang dia kenal.

Deva berjalan kearah nya, menunduk saking sibuknya memainkan hp. Dia kelihatan beda dengan jas hitam yang dan celana hitam serasi.

"Deva?"

Deva berhenti, mengernyit bingung begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Siapa yang manggil dia ya? Perasaan dia tamu disini, masa iya ada yang kenal sama dia? Atau jangan-jangan salah satu teman SMA nya yang ternyata gereja disini?

Mereka berdua kelihatan salting. Saling tatap dan lempar senyum kikuk satu sama lain.

"Jadi, lo temennya Silvia?"

"Dan kamu sepupu nya dia?"

"Oke, dunia sempit banget ya! Oh ya btw... Lo cantik malam ini... Itu baju baru ya?" Deva menatap Ajeng dari atas sampai bawah membuat yang di tatap kembali salah tingkah.

Ajeng tertawa berusaha menghilangkan saltingnya. Dia berputar anggun dan mengangguk.

"Hadiah natal... Dari mama papa..."

"Lo mau hadiah natal dari gue apa?" Ajeng mengerjap, bingung mau menjawab apa pertanyaan Deva barusan.

"Apa ya..."

Dia kelihatan sibuk berpikir padahal dalam hati dia deg-degan setengah mati. Entah kenapa malam ini ada didekat Deva memberikan efek aneh ke jantungnya.

"Kak di cariin mama tuh."

Tiba-tiba Tania muncul dan langsung menarik tangan Deva.

"Eh Jeng gue kesana dulu ya..." Deva menghampiri ibu-ibu paruh baya yang kelihatan cantik dan anggun di balutan dress merah gelap itu.

Pasti mama Deva, batin Ajeng.

Mata Ajeng tiba-tiba menangkap sosok yang seketika itu juga berhasil membuat jantungnya mencelos. Elsa.

Dia berdiri didepan mama Deva dan juga Deva sekarang.

**

Deva kaget setengah mati begitu melihat Elsa berdiri didepannya sekarang ini. Seperti disengat sesuatu, Deva menoleh kebelakang, menatap sosok Ajeng yang masih berdiri membeku di tempatnya menatap kearahnya.

"Kamu kenapa gak bilang ke mama kalo ternyata kamu sama Elsa udah balikan?" Mama Deva menyentuh lengan Deva pelan. Deva mengernyit mendengar omongan mamanya barusan.

"Balikan?" Deva menggulangnya.

"Iya... Elsa sendiri yang bilang ke mama kemarin. Dia sengaja datang kesini mau kasih kamu surprise loh..."

Deva menggeleng seraya menatap Elsa tajam. Tatapannya kembali menoleh ke belakang membuat Elsa penasaran dan mengikuti tatapan Deva. Elsa kaget, ternyata Ajeng juga ada disini.

Bunga Matahari dan Matahari nya {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang