J4

1.2K 234 23
                                    

"Park Jihoon!"

Semestinya teriakan barusan beserta derap langkah yang mendekati gang dapat dengan mudah menyeruak ke dalam indra pendengaranku, mengingat betapa sunyinya tempat ini.

Tetapi bagaimana mungkin aku sanggup menyadarinya? Pikiranku penuh sesak akan beragam emosi negatif.

Ketakutan, panik, kalut. Semua itu berjejalan dalam benakku kini.

"Jihoon-ah! Kau tidak apa-apa?"

"Nyel hyung..."

Tepat di hadapanku, kini Kang Daniel ikut berjongkok seraya mengecek bagaimana keadaanku.

Bagaimana dia bisa tahu kalau aku ada di sini...?

Dinilai dari tatapannya yang cemas, aku pasti tampak luar biasa berantakan.

"Sebenarnya apa yang terjadi di sini?"

Begitu pertanyaan barusan dia lontarkan, lidahku seakan kelu. Tak ada satu kata pun yang sanggup ku ucapkan sebagai balasan.

Karena tidak mendapat jawaban, Daniel hyung memutuskan untuk mengamati sekeliling.

Semuanya kacau, seperti habis diterpa badai.

Sebuah tong sampah terguling hingga isinya berhamburan keluar.

Pecahan kaca berwarna hijau berserakan, hasil dari jatuhnya botol-botol soju.

Sejumlah balok kayu.

Juga tiga tubuh yang tergeletak tanpa daya, entah hidup atau mati.

Yang terdekat dari kami adalah Euiwoong, matanya ungu lebam karena ku pukuli.

Di luar kesadaranku sendiri, aku mati-matian membela diri dari serangan Samuel, Haknyeon, dan Euiwoong. Satu lawan tiga.

Aku boleh saja mempelajari cara bertinju, benakku pun seakan ikut menyemangati dengan memikirkan kemungkinan bahwa kamiㅡaku dan Daniel hyungㅡakan bahagia ke depannya jikalau aku menang.

Namun aku tidak belajar untuk mengendalikan emosi ataupun tenaga.

Saking membabi butanya, aku sampai tidak tahu kapan harus berhenti. Yang penting mereka terluka dan aku tidak.

Dan inilah akibatnya.

Pada akhirnya kami berdua saling bertatapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya kami berdua saling bertatapan.

Di momen itulah ku beranikan diri untuk mencetuskan kalimat yang menghantui otakku segera setelah sepenuhnya tersadarkan, meski terlampau lirih ku berucap.

"Hyung, apa yang sudah ku lakukan...? Dan aku... harus bagaimana?"

Tak menjawab, Daniel hyung masih memandangku intens. Dia pasti tidak percaya kalau pemuda mungil yang menurutnya lemah dan rapuh dapat menyebabkan semua ini.

Tanpa diduga, Daniel hyung cepat-cepat menangkup wajahku dan menyapukan ibu jarinya ke tulang pipi serta sudut bibirku.

Secara refleks aku berdesis, terasa perih sewaktu terjadi kontak dengan kulitnya yang dingin.

Yang selanjutnya dia lakukan adalah mengotori kedua telapak tangan berikut buku-buku jarinya dengan cairan merah gelap.

Itu darah, dan yang Daniel hyung gunakan untuk melumuri tangannya ialah darahku.

Ternyata sejumlah titik di kulit wajahku tergores hingga mengeluarkan darah.















Eh? Tunggu dulu.

Jangan katakan kalau Daniel hyung hendak...















"Jihoon-ah, cepat lari dari sini. Pergilah sejauh yang kau bisa. Aku akan menggantikanmu bertanggung jawab atas insiden ini."

Blissful Utopia⚫nielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang