Petang telah menjelang tatkala Jisung hyung mengantarku pulang selepas mengunjungi Daniel hyung.
Separuh perjalanan dihabiskannya dengan fokus menyetir tanpa mengajakku bicara, mungkin dia paham kalau aku butuh sedikit waktu untuk merenung.
Menempati kursi penumpang di sebelah kanannya, ku tatap bayangan diriku sendiri yang terpantul di kaca mobil.
'Sekarang kau sudah puas 'kan, anak pembawa sial?' Ku hujat diriku sendiri dalam hati. 'Berapa banyak lagi orang yang ingin kau korbankan agar ikut terseret ke dalam penderitaanmu?'
"Jihoon-ah."
Lamunan negatifku dibuyarkan oleh panggilan Jisung hyung.
"Ada apa, hyung?"
"Tidakkah kau menyadari kalau aku dan Niel ekstra berhati-hati selama kunjungan tadi?"
Kepalaku mengangguk. "Aku tahu."
"Syukurlah kalau begitu." Jisung hyung memutar kemudi supaya kendaraan ini berbelok ke kiri, baru setelah itu dia melanjutkan, "Niel memang tidak mengatakan apa-apa padaku. Dan menurut pihak kepolisian, dia ditahan karena melakukan tindak kekerasan terhadap tiga orang murid SMA. Tapi ku rasa menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun membuat kami bisa saling memahami tanpa perlu bertukar kata."
"... Lalu?"
"Niel menyerahkan diri demi melindungimu 'kan?"
Aku tidak tahu mana yang membuat napasku tercekat, pertanyaan Jisung hyung yang terkesan menginterogasi atau fakta baru mengenai Daniel hyung yang ternyata tidaklah ditangkap.
"Nyelㅡ Maksudku... Daniel hyung menyerahkan dirinya sendiri untuk ditahan?" Hampir saja aku kelepasan menyebut panggilan istimewaku untuk Daniel hyung.
"Betul. Ada kemungkinan dia berbuat seperti itu demi meringankan hukuman yang akan dia terima. Karena jika polisi sendiri yang langsung turun tangan untuk melaksanakan penyelidikan, maka bisa dipastikan semua petunjuk akan mengarah padamu sebagai tersangka."
"Memangnya ketiga anak itu belum memberikan kesaksian?"
"Belum, entah karena sampai sekarang mereka belum siuman atau karena kondisi mereka belum cukup fit untuk ditanya-tanyai."
Terdengar helaan napas dari Jisung hyung sebelum dia menyambung, "Kau sama sekali tidak menampik ucapanku, Jihoon-ah. Itu berarti memang benar kau biang keladinya."
Akibat panik, ku rasakan keringat dingin mulai membasahi pori-pori kulitku.
'Jangan katakan kalau aku sedang terjebak dalam sarang harimau sekarang. Aku harus apa seandainya Jisung hyung ternyata berbalik membenciku karena ini? Atau justru dia bersiap menyerahkanku demi membebaskan teman lamanya?'
Di luar dugaan, kalimat Jisung hyung selanjutnya ternyata berkebalikan dengan prasangkaku.
"Aku tak tahu apa-apa soal sistem hukum negara kita yang berkenaan dengan tindak kriminal oleh anak di bawah umur. Tetapi jika aku berada di posisi Niel saat itu, ku rasa aku juga akan memperbuat hal yang sama sepertinya."
Saking tidak percayanya, aku sampai menoleh dengan cepat ke arah Jisung hyung.
Ku dapati orang yang lebih tua dariku dan Daniel hyung itu tersenyum, meski tidak sambil memandangku karena dia masih harus mengemudi.
"Niel sering bercerita padaku tentang betapa hebatnya dirimu, dia bangga bisa menjadi milikmu dan kau menjadi miliknya. Awalnya aku penasaran, orang macam apa yang sanggup membuat Niel jatuh cinta sampai sebegitunya?" tutur Jisung hyung. "Namun sekarang, setelah bertemu denganmu secara langsung, aku pun mengerti kenapa Niel ingin selalu melindungimu. Kau mampu mengubah Niel menjadi pribadi yang lebih baik."
Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana mendengar ucapan Jisung hyung, rasanya campur aduk.
Seumur hidup, tampaknya jumlah pujian yang ku terima dari orang lain masih bisa dihitung menggunakan jari.
Hubunganku dengan orangtua serta teman-teman sepermainan yang kurang harmonis jelas mempengaruhi hal itu, dan Woojin juga bukan tipe orang yang pintar mengutarakan apa yang dia pikirkan atau rasakan.
Tetapi dipuji seperti tadi oleh orang yang baru berjumpa denganku satu kali?
"... Terima kasih, hyung."
"Aku yang harusnya berterima kasih padamu, terutama karena sudah mengenal Niel."
Buru-buru aku menghadap ke jendela lagi sebelum Jisung hyung sempat menyadari kalau aku mengamatinya sedari tadi, belum lagi ditambah dengan wajahku yang terasa panas karena malu.
'Jangan senang dulu, Park Jihoon bodoh. Mustahil kau masih diizinkan untuk merasa bahagia dalam hidup yang sekejam ini...' Demikianlah bunyi sugesti yang ku tanamkan dalam otakku sendiri.
Seakan tidak diperbolehkan untuk kembali merenung, sekarang giliran ponselku yang bergetar dalam saku jas seragam yang tengah ku kenakan.
Mengambil benda tersebut, ku dapati nama Park Woojin terpampang di layarnya sebagai identitas si penelepon.
Ku tempelkan ponsel ke telinga. "Halo?"
"Halo, hari ini kau tidak latihan? Sejak pulang sekolah sampai sekarang belum muncul-muncul juga batang hidungmu."
Oh iya, betul juga. Woojin sama sekali belum tahu soal kejadian kemarin karena sekolah kami berbeda dan aku belum sempat mengabarinya.
"Tidak, anggap saja aku bolos," jawabku sekenanya. "Memangnya kenapa?"
"Tadi pelatih kita bilang kalau sebentar lagi akan ada turnamen tinju berhadiah uang tunai. Kau mau ikut tidak?"
Seketika aku tertegun.
Turnamen tinju?
Dan hadiahnya uang tunai?
Sebuah ide brilian mendadak terlintas di benakku.
"Woojin-ah, teleponnya ku tutup dulu ya. Nanti ku kabari lagi."
Segera ku sudahi percakapan kami bahkan sebelum Woojin sempat membalas.
"Jisung hyung, bisakah kita membebaskan Daniel hyung dengan uang tebusan?" tanyaku dengan tergesa-gesa, padahal tidak ada suatu apapun yang sedang mengejarku.
Lelaki yang ku tanyai tak langsung menjawab, dia berpikir dulu.
"Ku rasa bisa, aku belum sempat menanyakan soal itu pada pihak berwajib."
Satu detik, dua detik.
Selepas tiga detik terdiam, barulah Jisung hyung menyadari apa maksud dari pertanyaanku.
"Tunggu, jangan katakan kalau kau...?"
Aku mengangguk mantap, keputusanku sudah bulat.
"Iya, aku akan berusaha mencari uang tebusan agar Daniel hyung bisa lebih cepat keluar dari penjara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blissful Utopia⚫nielwink
FanficBlissful: (adj.) extremely happy; full of joy. Utopia: (n.) an imagined place or state of things in which everything is perfect. Notes: • Slash / BL / Yaoi / BxB • Based on Wanna One - Beautiful MV (with adjustments here and there)