J6

920 172 6
                                    

Pada kenyataannya, Daniel hyung tak mampu menepati janji untuk segera menyambangiku.

Karena sehari setelahnya, justru aku yang mengunjungi penjara tempat dia ditahan oleh polisi.

Teman Daniel hyung yang bernama Yoon Jisunglah yang pertama kali memberitahuku perihal berita buruk ini, dia menghampiriku sepulang sekolah tadi agar kami bisa langsung berangkat kemari.

Kami belum pernah bertemu sebelumnya, tapi aku tahu siapa Jisung hyung dan aku yakin Daniel hyung juga banyak bercerita kepadanya sehingga dia tahu soal aku dan hubunganku dengan Daniel hyung.

Terpisahkan oleh sekat kaca tebal yang dilubangi kecil-kecil agar suara dari dalam dan luar dapat saling terdengar, aku dan Jisung hyung akhirnya berhadapan dengan Daniel hyung.

Nun jauh di dalam dada, suatu perasaan asing bergejolak dahsyat membayangkan bagaimana Daniel hyung menghabiskan malam dengan terkungkung di sel sempit yang suram juga dingin.

Ada banyak, banyak sekali hal yang ingin ku utarakan pada Daniel hyung mengenai situasi ini.

Aku ingin dia bersikap nekat lalu melarikan diri menuju kebebasan.

Aku ingin dia membenciku, bocah ingusan yang dengan tega merenggut karir berikut masa depannya yang gemilang demi mempertanggungjawabkan tindak kriminal yang bahkan tidak dia perbuat.

Aku ingin sumpah serapah meluncur dari mulutnya, merutuki keegoisanku karena lebih memilih untuk pergi.

Atau barangkali aku yang harus berbalik memarahi kepasrahannya.

Beribu-ribu gagasan silih berganti terlintas dalam benak. Namun kontras dengan itu, lidahku seakan dibuat kelu.

"Dasar bodoh."

Pada akhirnya, cuma dua kata barusan yang sanggup ku ucapkan.

Ku kira Daniel hyung akan terpukul karenanya, apalagi aku berbicara dengan intonasi penuh kemurkaan.

Ternyata aku salah, dia justru tersenyum lebar hingga sepasang matanya melengkung bak rembulan.

"Kau lebih bodoh lagi karena mengunjungi orang bodoh sepertiku."

Barangkali ungkapan 'cinta itu gila' memang benar adanya, lihat saja bagaimana aku dan Daniel hyung sama-sama menertawakan percakapan di atas meski pelan-pelan, kami masih cukup berakal untuk mengingat pada tempat macam apa kami tengah berada.

Jisung hyung tidak ikut tergelak, dia hanya sekedar tergelak ringan. Tapi aku yakin dia mensyukuri bagaimana suasana hatiku yang sempat mencekam lambat laun menjadi lebih cair.

Sedikit sekali yang dapat kami perbincangkan pada kunjungan ini.

Selain dikarenakan adanya keterbatasan waktu untuk menjenguk tahanan, aku menyadari betapapun ringannya topik yang dibahas (seperti menu makanan Daniel hyung atau kesulitan Jisung hyung dalam mencari sekolahku), Daniel hyung sesekali bertukar pandang dengan Jisung hyung sementara tangan Jisung hyung mencengkeram pundakku dari belakang.

Dari situlah aku mengambil kesimpulan kalau Jisung hyung dan Daniel hyung bersikap waspada, mereka menghendaki agar aku berhati-hati dalam menjaga mulut.

Salah ucap sedikit saja, bisa-bisa keadaan berbalik dan malah aku yang dijebloskan ke penjara.

Blissful Utopia⚫nielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang