Love is an open door 5

1.3K 160 77
                                    


And it's nothing like I've ever known before!


I know its kinda late, but heeeyyy Wonhui in one frame gaiiiiss 🎉😙

Diulang2 teros sampe bosen

Eh ga bakal bosen lah ya 😊

Mood booster favorit gua 😘




💝


Pukul enam pagi, Jun sudah menyeduh kopi di dapur apartemennya. Pria yang kini mewarnai rambutnya dengan bleaching itu sedang menikmati sarapannya sembari membaca berkas-berkas dan juga data-data dari layar laptopnya.

Kurang dari pukul delapan, CEO berumur dua puluh lima tahun itu sudah tiba di kantornya.

Satu jam kemudian, Jun melakukan presentasi di hadapan para pemegang saham mengenai perkembangan dan prospek ke depan perusahaan yang saat ini sedang digarap di Seoul.

Menjelang akhir materi, ponselnya tiba-tiba bergetar. Jun selalu mengaktifkan ponselnya, baik itu saat sedang rapat, atau presentasi sekali pun. Dia hanya perlu mengaktifkan mode getar pada ponselnya saja. Karena sewaktu-waktu keluarganya bisa saja meneleponnya. Dan Jun tidak pernah membatasi siapa pun untuk meneleponnya kapan saja. Juga, Jun tidak ingin pekerjaan menghalanginya untuk menjadi orang yang pertama kali tahu jika ada hal tertentu; seperti musibah dadakan yang menimpa keluarga atau seseorang yang dikenalnya.

Seperti saat ini.

 
Jeon Wonwoo.
 
 
Jun melirik sekilas layar ponselnya dan melihat nama itu tertera disana.

Pria itu memiliki dugaan. Tidak mungkin Wonwoo iseng meneleponya di jam-jam seperti ini. Lagipula, mereka terbiasa mengobrol lewat chat.

Tapi ini Wonwoo menelepon. Mungkin karena ada sesuatu yang mendesak.

Jun berdeham sejenak sebelum meminta ijin untuk menjawab panggilan di ponselnya. Dan hal tersebut mendapat anggukan dari beberapa pria berjas yang umurnya jauh di atasnya.

Jun melipir sejenak ke sudut ruangan, lalu menjawab, "Halo?"

"Jun... hiks."

"Hei" Jun membatin, cukup kaget mendengar isakan Wonwoo di seberang sana.

"Bisa bertemu sekarang?"

Tak perlu penjelasan lagi. Suara Wonwoo yang bergetar seakan-akan mewakili semuanya. Pria itu sedang menahan tangis. Dan Jun tidak punya bayangan lain selain Wonwoo yang sedang dalam bahaya atau keadaan terpuruk. Dua-duanya bukanlah hal yang baik, pikir Jun. Ia harus segera bergegas menghampiri si peneleponnya tadi.

Hanya tersisa sedikit lagi slide presentasinya, maka dari itu Jun memberanikan diri untuk pamit undur diri kepada pria-pria paruh baya yang duduk dengan wajah bengong dan saling pandang tak habis pikir, lalu melemparkan tanggung jawab kepada asistennya.

Jun tahu resikonya besar. Jabatannya tinggi, tapi tidak lantas membuatnya semena-mena seperti ini. Perusahaannya bisa saja kehilangan tender. Tapi Jun seakan tak peduli. Menurutnya, Wonwoo jauh lebih penting. Mungkin saja pria itu sedang dalam kesulitan dan memerlukan bantuan.

Jun memang suka menolong, kan?

Tiba di basement, Jun segera melajukan mobilnya menuju apartemen Wonwoo.

WonHui LAND l #WonHuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang