5

41 7 0
                                    

Lapangan

Saat ini Devana tengah bermain basket di lapangan. Ia terlihat sangat serius memasukan bola kedalam ring. Keringat bercucuran membuat baju yang dikenakan devan basah.

Tak jauh dari lapangan, ada seorang yg berdiri memperhatikan devan bermain basket. Ia tersenyum saat devan berhasil memasukan bola itu.

"Kok devan ganteng sih kalo lagi main basket" seru gadis itu sembari tersenyum.

Gadis itu membawa sebotol air mineral ditangannya. Ia berpikir devan pasti haus seusai bermain.

Devan akhirnya selesai bermain. Ia lalu duduk pada bangku yang ada dilapangan sambil menyeka keringat yang bercucuran pada wajah nya. Gadis itu tersenyum kearah devan. Ia pun menghampiri devan

"Devan! Nih buat lo"

Devan segera menoleh kesamping, dan yang memberikan air untuk nya adalah Lita.

"Thanks ya" devan mengambil air itu dan meminum nya sampai setengah.

Lita tersenyum senang, ia akhirnya bisa dekat dengan devan. Kini lita sudah duduk tepat disebelah depan yang sedang menatap lurus kedepan.

"Van,loh masih sama marsha nggak?"tanya lita ragu"

Devan hanya mengganguk, lita tahu bahwa devan adalah orang yang dingin dan tidak suka berbasi-basi.

****

Marsha dan rahel pergi kekantin untuk membeli makan yang dipesan ibu vina.

Setelah memesan makanan, mereka membawa nampan berisi dua mangkuk bubur ayam. Mereka berdua berjalan beriringan menelusuri lorong koridor. Tak sengaja rahel melihat kearah lapangan, disana devan tengah berbincang dengan seseorang.

"Sha, itu devan kan?" rahel menunjuk kearah lapangan. Diikuti juga oleh marsha

"Iya hel, itu devan. Ngapain dia disitu? Terus dia lagi sama siapa? Samperin yuk" saking kepo nya, marsha berjalan meninggalkan rahel yang masih memegang nampan itu.

Marsha berjalan mendekati devana dan seseorang yang sedang berbincang-bincang dengannya.sesampainya disana marsha membulatkan matanya karena terkejut melihat disamping devana itu adalah lita.

"LITAAA, NGAPAIN LOH ADA DISINI!"Teriak marsha heboh dan bergema di seluruh lapangan sekolah.

"Kenapa emangnya salah kalau gue disini?!emangnya ini sekolah punya bapak loh!"ucap lita sambil  lita .dan membuat lita meringis kesakitan. devana langsung menarik marsha menjauh dari lapangan dan, membawah marsha ke koridor sekolah.supaya tidak terjadi peperangan antara lita&marsha.

*****
Rahel langsung membawa nampan itu ke bu vina.rahel sudah kesal dengan marsha karena meninggalkanya sendiri, setelah itu  dia langsung pergi kekoridor.

"Itu bukannya sih marsha sama devan yah, lagi ngapain mereka berdua?"ucap rahel sambil bersembuyi dan menguping percakapan mereka berdua.

"Hani, kamu bisa nggak usah  bertengkar sama lita lagi"ucap devan membujuk marsha

"Nggak bisa hani, kamu tau dia itu musuh besar aku!"

"Yah tapi tadi dia cuma ngasih minuman buat aku, itu doang kok". Marsha hanya memutar bola matanya malas membuat emosi devan semakin naik

"Kamu itu pacarnya siapa sih sebenarnya? Bosan deh kalo tiap hari punya pacar tapi ngak pernah dianggap" ucap marsha bersilang dada

Devan menatap marsha dengan tatapan yang tidak bisa diartikan "Yaudah terserah lo, selama ini gue selalu peduli sama lo tapi kenyataan nya gue ngak pernah dianggap!"

Dan setelahnya devan pergi meninggal kan marsha sendiri dikoridor. Marsha menatap  punggung devan yang semakin jauh dari hadapannya. Dan setelahnya, Rahel keluar dari tempat ia bersembunyi lalu menggampiri marsha yang masih bersilang dada.

"Devan itu cuma dikasih minum ama lita, ngapain lo marah sama dia?" Tanya rahel membuat marsha merasa bersalah

"Gue cuma ngak mau aja devan dideketin sama lita" jawab marsha seadaanya

"Lo itu salah besar, devan itu selalu baik sama lo dan ini balasan lo buat devan? Ngak punya hati lo!"

Setelahnya rahel juga ikut meninggalkan marsha sendiri. Dengan segera marsha mengikuti langkah rahel yang berjalan kearah kelas. Sampai dikelas marsha langsung menarik tangan rahel, membuat rahel berhadapan dengan nya.

"Paan sih lo"

"Hel, lo kok belain sih devan? Temen lo tu devan ato gue sih?" ucap marsha masih menahan tangan rahel.

Beberapa teman mereka yang ada di kelas itu langsung menghampiri mereka berdua.

"Hel, Sha. Ada apaan sih? Kok kalian baru masuk aja udah ribut?" tanya fia yang menatap rahel maupun marsha

"Emang ada masalah apasih?" tambah kesya yang berada disebelah marsha.

Rahel segera menarik tangan nya paksa dari gengam man Marsha "Tanya aja sama dia" rahel pun segera keluar kelas diikuti oleh Airin.

"Emang ada masalah apa sia, Sha?" tanya feli

"Gue tadi ngak sengaja ngeliat devan dilapangan bareng lita. Gue ngak suka kalau lita itu deket deket ama devan, cuma karena itu devan marah sama gue"

Semua nya hanya mengganguk lalu mencermati kata kata marsha. Mana mungkin devan marah hanya karna marsha melarangnya dengan lita, pasti ada ucapan marsha yang membuat devan marah besar padanya.

"Lo bilang apa sama devan sampe-sampe ia marah ke lo?". marsha mencoba mengingat kejadian saat di koridor tadi,dan akhirnya ia ingat.

"Bosan deh kalo tiap hari punya pacar tapi ngak pernah dianggap"

"Setelah gue bilang itu, devan langsung pergi ninggalin gue"

Semua nya kaget dengan perkataan marsha. Pantas saja devan sangat marah pada marsha, kata kata marsha membuat devan tak tahan lagi.

"Lo tuh kalo bicara ngak mikir dulu yah? Bisanya lo bilang gitu sama devan?" ucap fia mulai marah

"Lo sadar ngak sih dengan yang lo omongin kedevan?" tambah feli lagi

"Lahh kok kalian jadi nyalain gue?"

"Karena yang buat devan marah itu Elo!" setelahnya, kesya langsung pergi menyusul rahel dan juga airin.

Fia dan feli juga tak bisa berkata apa apalagi. Mereka pun ikut menyusul yang lain kearah kantin. Sedangkan marsha hanya berdecak sebal didalam kelas.
.
.

"Gue takut Rin, nanti kalau fari nanya- nanya kegue, gue harus jawab Apa?".

"Gue juga gak tahu Hel, pasti joyan bakalan nanya juga sama gue"

Saat ini Airyn dan Rahel tengah berada di kantin sekolah. Sehabis rahel menceritakan kejadian marsha dan devan, airin juga ikutan marah pada marsha.

Tak lama, teman-teman mereka juga datang kekantin lalu ikut bergabung bersama rahel dan airin.

"Mulut sih marsha musti disekolahin deh, gimana nanti kalo kita ketemu sama devan coba" fia yang baru saja datang langsung membuka suara

"Gue juga bete sama marsha" ucap feli juga.

"Mending kita samperin aja sih devan. Siapa tau aja dia mau bicara ama kita?" kata kesya dan langsung mendapat anggukan dari teman temannya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kelas devan. Tak lama, mereka sudah sampai di depan kelas devan. Saat hendak masuk, tiba tiba saja devan keluar sembari menggendong tas nya. Ia sempat melihat fia bersama yang lainnya tengah berdiri menatap nya. Seakan tak peduli, devan meneruskan langkahnya.

Fia segera menghalang jalan devan agar ia berhenti
"Van, lo gak--"

"Minggir!!"

Tbc...

HATERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang