JIVANA

STAGES

bahkan sebelum dunia ada, dua hati telah ditakdirkan menjadi satu;

bunga tidur tak pernah mampir lagi. di satu langkah, di depan mata, kelopaknya merekah, berkumpul bersama yang lainnya.

senda gurau dan sarkasme mengisi dengan tata krama. kerlingan yang satu kepada yang lain mulai memilin jalinan benang paling kuat yang pernah ada.

hampir, hampir selesai. justru karena semakin kuat, masing-masing perasaan membingungkan masing-masing kepala. bibir manisnya menjadi mata tombak diri sendiri.

namun, apa daya? hati tetaplah hati yang akan memenangkan jiwa sang pemberontak. apa yang bergejolak di dalam dada akan meluluhlantakkan segala jerih payah membangun tebing penolakkan.

belum, belum selesai. seringkali sesuatu yang hancur akan terlihat dan terasa menyakitkan. "cintai aku," begitu kata hati yang satu. hati yang lain? bahkan tidak mengerti definisi cinta yang sesungguhnya.

dunia seakan menjauhi, mengungkungnya dalam kegelapan yang hakiki. dengan bunga yang baru sebagai sandaran, ia berlari tanpa henti, menuju arah yang tak terlihat.

ketika tak ada cahaya, semua terasa mencekam, bukan? tanpa tahu apa yang menanti di depan dan yang mengincar dari belakang, dirinya tetap bergerak mengikuti sinkronisasi hati dan kepalanya yang kemudian menemukan cahaya; api di atas sumbu yang mungil. sederhana, hangat, sementara.

bum! jatuh, sangat dalam. bersamaan dengan lilin yang hampir habis, ia terjatuh menuju kobaran si jago merah yang lebih menantang. habis dilalap atau berhasil mengendalikan? hanya dia yang bisa menjawab.

bersanding dengan cahaya, dirinya merasa tenang. sejak tadi terombang-ambing dalam kegamangan, pada akhirnya selamat karena sebuah hati.

dan ketika seluruh sisi tubuh mau menerima, hati yang hancur dan kesepian mulai menghangat, jantung mulai berdegup kencang hingga setiap sel tahu bahwa sebuah takdir telah tercipta, maka dua hati yang telah terjatuh begitu dalam bisa bersama selamanya.

.
.
.
.
ㅂ ㅌ ㅅ
.
.
.
.

looks familiar? well, yea, i bet u know.