3. Invitation

12.8K 986 57
                                    

Yuhuu, guys. I'm back. Terima kasih atas kerja sama anda dalam menghadapi kelabilan saya sebagai penulis. New chapter gw dedikasiin buat kalian semuaa!! Happy reading!!

Foto disamping —-> Meredith Boone


Aku berjalan menju kamarku, menaruh semua bukuku diatas meja belajarku, lalu melihat amplop berukuran besar berwarna coklat tergelatak disana. Aku memegang amplop itu, melihat nama palsuku ditulis dengan tulisan tangan yang indah.

Untuk: Marissa Everett.

Aku tersenyum tipis melihat amplop itu. Aku sudah makin terbiasa dengan nama ini, Marissa Everett. Aku hendak membuka amplop itu ketika Bianca tiba-tiba membuka pintu kamarku dan senyumannya melebar ketika menatapku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Dua hari lagi kita akan mulai berkemah, Meredith!" teriak Bianca girang. "Dua hari lagi kita akn mulai mendalami kemampuan kita sebagai ras Luna!" tambahnya, melompat kesenangan.

"Aku tahu itu," jawabku datar. "Kau hanya ingin mengatakan itu padaku?"

Bianca memutar mata pelan. "Tentu saja tidak, Sherlock. Paman Brian menyuruhku dan kau untuk membeli perlengkapan kemah di supermarket Finnicks! Kau tahu maksudku kan? Membeli makanan selama kita berkemah, membeli sleeping bag, membeli smore, membeli tenda! Ahhhh... Aku sudah lama tidak mengeluarkan uang begitu banyak. Aku sangat bersemangat sekarang!"

"Oke," jawabku pelan. "Bisakah kau keluar terlebih dahulu dan membiarkanku ganti baju?" tanyaku padanya.

Bianca hanya mendengus kesal, lalu segera keluar dari kamarku. Aku menaruh amplop itu kembali diatas meja belajarku. Aku berjalan menuju lemari bajuku yang hampir semua bajunya dibelikan oleh Bianca. Aku mengambil kemeja berwarna putih dan celana jins, menggunakannya dengan cepat. Aku menyisir rambutku dengan tanganku, lalu segera keluar dari kamar. Aku melihat Bianca yang sedang berbicara dengan Joe dan London diruang tamu.

"Kalian berdua juga ikut?" tanyaku pada London dan Joe.

"Aku akan pergi bersama teman-teman futbolku," jawab Joe.

"Aku akan ikut kalian," ujar London, tersenyum padaku dan berdiri dari tempat duduknya. "Kita pergi sekarang?" tanyanya.

"Tentu saja!" jawab Bianca bersemangat, melempar kunci mobilnya pada London. "Sampai nanti malam, Joe!" ujar Bianca melambaikan tangannya pada Joe.

"Yup!" jawab Joe, melambaikan tangannya pada kita dan segera naik menuju kamarnya. Mungkin dia akan bersiap-siap untuk pergi bersama teman-teman futbolnya.

"Ayo cepat," gumamku pelan, berjalan mendahului London dan Bianca menuju mobil Bianca. Aku membuka pintu di jok belakang dan duduk disana. London yang menyetir, dan Bianca duduk disamping London.

"Aku masih bingung kenapa baru sekarang Paman Brian akan mengajari kita," gumam London sambil menyalakan mesin mobil.

"Mungkin musim dingin kali ini waktu yang tepat?" jawab Bianca asal. "Yang penting kita akan berlatih, London! Bukankah itu menyenangkan?"

"Dua tahun," gumamku pelan. "Kenapa harus menunggu dua tahun?" tanyaku lebih pada diriku sendiri.

"Itu yang kutanyakan pada diriku sendiri," jawab London tampak gusar.

Bianca memukul dahi London dengan keras. "Yang penting jalankan mobilnya dan kita berangkat dari sini! Jangan pikirkan yang aneh-aneh!" teriaknya kesal.

"Oke, oke," gerutu London, menatap Bianca sambil cemberut.

London menjalankan mobil Bianca keluar dari halaman rumah Paman Brian. Aku mendengar sayup-sayup pembicaraan Bianca dan London didepan, tetapi pikiranku berada ditempat lain. Aku berpikir... tiba-tiba aku berpikir kenapa Paman Brian membutuhkan waktu dua tahun hingga akhrinya dia mau melatih kami. Apa alasannya? Apa tujuannya?

Luna Wand: The ChrysalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang