38

44K 4K 164
                                    

"Axxel? Axxel buka matamu!" Pekik Syrennia. Air matanya perlahan jatuh dan berubah menjadi mutiara. Diguncangnya tubuh Axxel yang kaku layaknya boneka marionette.

"Axxel, jangan bercanda! Ini tidak lucu!" Tambahnya. Tangisan Syrennia semakin keras. Raungan memilukan dari pita suaranya menusuk hati orang yang mendengarnya.

Syrennia pun memeluk tubuh mungil Axxel.

Dingin.

Denyut jantungnya tak terasa sama sekali.

Syrennia berteriak histeris dan memeluk tubuh Axxel erat. "Axxel, ini salahku... Seharusnya aku yang mati, bukannya kau," bisiknya di telinga Axxel. Air mata kembali berjatuhan dari matanya.

"Aku rela menukar nyawaku untukmu... JADI BANGUNLAH!"

Nihil.

Axxel masih terbujur kaku di pelukan Syrennia yang menangis histeris.

Dulu Foxxy dan sekarang Axxel?

Kenapa nasib malang selalu menimpa mereka?

Tak mendengar jawaban apapun dari bibir mungil Axxel yang membiru, Syrennia kembali membaringkannya di lantai. Jarinya menutup kelopak mata Axxel yang terbuka.

"Beristirahatlah dengan tenang dan sampaikan salamku untuk Foxxy...."

"Syrennia! Kau baik-baik saja?" Panggil Flarage dari jauh. Syrennia menoleh dan kembali menangis. Dia tidak peduli kalau wajahnya saat ini benar-benar terlihat berantakan dan buruk rupa. Rasa sedih sudah menguasainya. Flarage yang melihat temannya menangis langsung memeluk Syrennia dengan erat dan mengelus rambutnya lembut.

"Flarage, Axxel... Axxel telah... meninggal," bisik Syrennia di telinga Flarage. Mendengar ucapan Syrennia, Flarage kembali memeluk Syrennia yang tengah menangis dengan erat.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Flarage. Syrennia perlahan mengatur napasnya.

"Ini salahku... aku tak tahu ada Axxel saat akan menenggelamkan siluman yang aku lawan... ini semua salahku!"

"Ya ampun, Axxel!" Pekik Ares dari kejauhan. Dia dan Kyla berlari secepat mungkin ke arah tubuh Axxel yang tergeletak tak bernyawa di dekat Syrennia dan Flarageㅡyang berusaha menenangkan gadis di pelukannya.

Kyla pun memeriksa detak jantung Axxel.

Tak berdetak sedikitpun.

Masih tidak memberikan tanda-tanda kehidupan.

Mata Kyla berkilat untuk sepersekian detik. Dia pun bangkit dan menyingkirkan karpet yang menyembunyikan lantai kayu di bawahnya. Kyla mengeluarkan cakarnya dan mulai menggambarㅡmengukir lebih tepatㅡdua buah lingkaran dengan simbol-simbol aneh menghiasi pinggirannya, tetapi satunya lebih kecil daripada yang satunya lagi. Beberapa tunas yang perlahan menyerupai lilin pun mencuat dari lantai kayu, ikut mendekor lingkaran tersebut.

Kyla mendekati Ares. "Ares, bisakah kau mengangkat Axxel dan menaruhnya di tengah lingkaran kecil itu?" Tanya Kyla. Ares tanpa bertanya sedikit pun segera melakukan yang Kyla perintahkan. "Dan Flarage, tolong bakar tunas-tunas di sekeliling lingkaran dengan apimu." Flarage mengangguk dan tunas-tunas yang Kyla buat mulai berpendar.

Kyla merogoh sakunya. Sebuah pisau pendek lamanya digenggam dengan erat. "Semuanya, tolong dengarkan aku," perintahnya. Perhatian seketika tertuju pada Kyla.

"Tepat saat aku menusuk pisau ini ke jantungku dan pisaunya berubah warna... segeralah tancapkan pisau ini ke jantung Axxel. Tarik pisaunya keluar setelah warna pisaunya kembali ke warna asalnya," jelas Kyla.

SWITCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang