47

45.3K 4K 128
                                    

"Apa kau tahu betapa sulitnya menjalani hidup sebagai siluman penggoda saat kau bahkan tidak menginginkannya?" Ares kembali bungkam. Kyla menyeka air matanya yang keluar tanpa dia sadari.

"Apa kau tahu seperti apa rasanya disebut pelacur atau jalang saat kau bahkan belum disentuh siapapun?" Tambah Kyla. Kedua tangannya yang tadi mencengkram kerah Ares sekarang tengah berusaha menutupi wajahnya.

Berusaha menutupi kesedihannya.

"Apa kau tahu kenapa aku bersikap centil di hadapan laki-laki?"

"Apa kau tahu rasanya dipaksa untuk menggoda manusia dewasa saat kau bahkan masih berusia 14 tahun? Jawab aku!" Pekik Kyla. Dia kembali mencengkram kerah Ares dan menghentakkannya ke tanah berulang kali.

Kyla berhenti menghentakkan kepala Ares ke tanah. Dia mengambil napasnya yang terengah-engah. "Apa kau tahu kenapa waktu itu aku ada di tengah hutan dan mau ikut dalam pencarian orang yang bahkan tidak kukenal sama sekali?" Bisiknya.

"Aku melarikan diri dari desa sialan itu dan bertemu kalian." Kyla melepaskan cengkramannya dari kerah Ares dan bangkit.

"Aku berharap dengan membantu kalian, aku bisa bebas dari sebutan pelacur atau jalang dan berteman baik dengan kalian."

"Aku hanya ingin keberadaanku diakui. Bukan sebagai wanita penghibur di klub malam, tapi sebagai gadis remaja 14 tahun yang normal!"

Napas Kyla tercekat saat Eros memeluknya erat. Tangan besar Eros mengelus kepala Kyla perlahan. Kyla yang merasa aman pun menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Eros dan kembali menangis. "Kau tidak tahu seberapa banyak hal yang kulalui dalam 14 tahun terakhir ini..."

"Shh... tenanglah dan atur napasmu. Aku merasakan penderitaan yang nyaris sama," hibur Eros sembari menepuk punggung Kyla berulang kali. Perbedaan tinggi mereka membuat Eros kesulitan memeluk Kyla tanpa membungkuk.

"Kyla," panggil Ares. Dia bangkit dengan tenaganya yang masih tersisa dan dengan tubuhnya yang babak belur karena dibanting ke tanah. Kyla mendelik ke arah Ares dan bersembunyi di balik punggung Eros.

"M-maaf." Ares menggaruk kepalanya canggung. "Aku tidak berpikir sebelum berbicara."

"Memangnya kau pernah berpikir sebelum bicara?" Celetuk Erosㅡyang jujur saja, sudah muak dengan kebiasaan Ares yang satu ini.

"Pfftt... kau benar untuk yang satu itu," Kyla menanggapi ucapan Eros dan tertawa kecil. Dia menyeka air matanya yang tersisa. Matanya memerah dan sembab sehabis menangis membuat matanya terlihat semakin sipit.

"Baiklah. Ini akan menjadi rahasia kita. Mengerti?" Ucap Kyla dan tersenyum lebar.

"Dan lain kali, tolong pikir dulu sebelum bertindak. Tubuhku juga merasakan sakit saat kau membanting Ares ke tanah," ujar Eros. Kyla menggaruk kepalanya dan terkekeh canggung.

"Maaf, hehe." Mendengar ucapan Eros, Kyla pun ingat kalau dia sudah membuat banyak lebam di tubuh Ares.

"Ah, ngomong-ngomong, aku bisa menyembuhkan memar di tubuhmu kalau kau mau," Kyla menawarkan diri. "Tapi, yah. Caranya agak... hm, bagaimana aku menjelaskannya tanpa dihina?..."

"K-kurasa tidak perlu. Biarkan ini menjadi pelajaranku," jawab Ares yang entah kenapa mendapat ilham tentang bagaimana cara Kyla menyembuhkan lebamnya.

"Pagi," sapa Syrennia yang muncul tiba-tiba dari belakang Ares. Rambut panjangnya terlihat sangat berantakan. Bahkan ada beberapa ranting dan daun kering tersangkut di sana. Matanya pun terpaku pada kondisi Ares.

"Kenapa ada banyak memar di tubuhmu?" Tanyanya. Kyla berkeringat dingin. Ada kemungkinan Ares akan membocorkan kejadian yang baru saja terjadi.

"Ah, ini? Aku terjatuh dari dahan pohon tempatku tidur dan Kyla menimpaku. Benar 'kan?" Ucap Ares dan menyenggol tulang rusuk Kyla.

SWITCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang