49

42.8K 4.2K 166
                                    

"Ares janganㅡ!"

BOOM!

"GYAAAAAAA!"

"KENAPA? APA ITU MUSUH?"

"MUSUH SUDAH MUNCUL!"

Tiba-tiba sebuah panah melesat dengan cepat.

Dan nyaris menancap di leher Ares.

Si pembuat alarmㅡAresㅡberkeringat dingin. Dhemiel menatapnya tajam. Tatapannya seakan-akan bisa menembus tubuhnya dalam hitungan detik. Belum lagi kenyataan kalau Dhemiel nyaris memanah lehernya semakin membuat nyali Ares menciut.

Dhemiel berjalan mendekati Ares dan tersenyum kecilㅡyang terkesan sangat mengintimidasi. "Terima kasih sudah membangunkan kami tepat waktu," desisnya. Ares meneguk salivanyaㅡyang rasanya sulit sekali ditelanㅡsaat Dhemiel menepuk bahu Ares pelan dan berlalu begitu saja.

"Kak Miel! Kak Miel!" Panggil Axxel seraya berlari mendekati Dhemiel. Tangan mungilnya membawa sesuatu yang bahkan jauh lebih besar dari tubuhnya. "Coba lihat apa yang kutemukan!"

Mata Dhemiel membesar saat Axxel menjatuhkan benda yang dibawanya.

Sayap malaikat dan sayap iblis.

"Dimana kau menemukan sayap ini?" Tanya Dhemiel sembari menyentuh kedua sayap temuan Axxel.

"Di dekat pantai sana," jawab Axxel. Jemarinya menunjuk arah asal dia datang. "Tapi, sayap siapa ini?"

Raquelle dengan kepala masih berdenyut-denyut pun menghampiri Dhemiel dan Axxel. Tangannya memegang masing-masing sayap. Dia memejamkan mata sebelum berkata, "Sayap ini berhubungan."

"Jadi, ini dari orang yang sama?" Celetuk Syrennia.

Raquelle mengangguk. "Kurang lebih seperti itu. Darahnya masih segar. Kurasa pemiliknya memotong paksa sayapnya beberapa jam yang lalu saat kita tertidur." Raquelle menunjuk tulang yang mencuat dari daging sayap tersebut. Keduanya dengan kondisi yang sama, retak dan patah di sana-sini. Rasa ngilu pun mulai menggerogoti punggung mereka yang memiliki sayap.

"Lebih baik kita menuju pantai daripada memikirkan sayap itu," saran Hades yang masih syok karena ledakan yang Ares buat. Rambutnya sehabis tidur sudah sangat berantakan dengan ranting kering sebagai hiasannya. "Ah, apa aku sudah bilang kalau aku menemukan sayap itu di dekat pantai?" celetuk Axxel.

Eros menghela napasnya. "Lebih baik kita berhenti membahas sayap anonim itu dan melanjutkan perjalanan," ujarnya. Kyla yang berdiri di sebelahnya mengangguk kecil.

Saat teman-temannya sudah berjalan agak jauh, Raquelle mengambil kedua sayap tersebut dan menyumpalkannya ke dalam kantung ajaibnya. Tetapi, rambut panjang yang warnanya tak beda jauh dengan jeruk nipis membuatnya menengadah.

"Kenapa disimpan?" Tanya Syrennia. Raquelle menatapnya datar. "Kedua sayap ini adalah bahan ramuan paling langka. Karena, kau harus membunuh seorang malaikat atau iblis untuk mendapatkannya," jelas Raquelle panjang lebar.

"Begitu rupanya. Kupikir kau menyimpannya karena itu adalah sayapmu," ucap Syrennia dan bergabung dengan Flarage yang berada beberapa meter di depannya.

"Haah... ada-ada saja anak itu," gumam Raquelle dan ikut berjalan sembari menyeret sapu terbangnya.

Perjalanan mereka, seperti biasa, dipenuhi dengan pertengkaran kecilㅡterutama Ares dan Kyla. Seakan tidak ada kata tenang dalam kamus perjalanan mereka. Karena kalau bukan pertengkaran kecil, pertengkaran sedang, atau pertengkaran besar, pasti selalu ada musuh yang menyerang.

Dan selalu Dhemiel yang menjadi korban penculikan.

Pohon-pohon rindang pun sedikit demi sedikit menghilang, digantikan dengan pohon kelapa. Pasir juga mulai menyelimuti tanah basah. Deburan ombak pun membuai telinga Dhemiel. Di hadapannya, bentangan laut semerah darah mulai terlihat. Pantai Suffolk.

SWITCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang