Eyes

4.5K 97 9
                                    

Gean Pov

Aku menutup halaman novel yang baru aku baca. Buku dengan judul Tears in Heaven ini benar-benar menarik perhatianku. Isinya cukup untuk membuat seseorang menangis.

Aku beralih menatap pekarangan rumahku. Sepi. Bunga-bunga yang sering Ibu tanam benar-benar sudah layu dan kering. Dikarenakan tidak ada yang merawatnya.

Ayah maupun Ibu bekerja. Keduanya sama-sama jarang pulang kerumah. Kak Revan manggung sana sini. Dari satu kota ke kota lainnya. Sepi sekali hidupku ini

Aku mengambil I-phoneku. Tertulis tanggal 18 May disana. Besok hari ulang tahunku. Tidak bisakah salah satu dari mereka datang hanya untuk mengucapkan ulang tahun padaku?

Aku membuka contactku. Ku cari nomor telepon Ibu. Segera aku menelfonnya.

"Hallo Ibu"sapaku sambil tersenyum manis. Walaupun aku tau, Ibu tidak akan bisa melihatnya

"Hai sayang. Ada masalah? Kalau tidak penting nanti saja ya. Ibu ada meeting. Dah sayang"ucap Ibu langsung mematikan sambungan teleponnya.

Aku menatap layar I-phoneku getir. Apakah ulang tahun anakmu tidak penting Ibu?

Aku sekali lagi membuka contact mencari nomor telepon Ayah. Segera aku memencet tombol hijau disana.

"Hallo Gean, ada apa? Maaf ayah sibuk. Nanti saja ya"ucap Ayah lagi-lagi langsung mematikan telponnya. Selalu saja begini

Untuk terakhir kalinya, aku membuka contact mencari nama kak Revan

"Hallo Kakak"sapaku sambil tersenyum

"Iya. Kenapa? Gua bentar lagi manggung. Ada briefing. Nanti aja ya Ge"ucapnya dan lagi-lagi teleponku dimatikan

Aku menghela nafas berat. Aku memang tidak suka merayakan ulang tahun. Yang aku inginkan hanya mereka meluangkan waktunya hanya untuk mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun Gean'

Aku meninggalkan ayunanku dan memilih masuk ke rumah. Hh, mungkin tidak bisa dibilang rumah. Rumah adalah saat kau bersama orang yang kau cintai. Sementara aku hanya tinggal sendiri disini

Besok adalah ulang tahunku. Umurku hampir 17 tahun. Ternyata aku setua itu. Aku ingin membuat cupcake dan kue untuk anak panti asuhan.

Aku segera naik kekamar. Mengambil tas, jaket, dan sepatu converse ku. Aku memilih naik taksi untuk membeli alat dan bahan membuat cupcake ku

Hanya butuh beberapa menit saja aku sampai. Karena pada dasarnya, rumahku dekat dengan super market tersebut.

Setelah meninggalkan beberapa lembar uang. Aku masuk ke dalam dan mengambil sebuah trolley. Pertama aku mencari ke bagian tepung dan mentega. Merasa mendapatkan yang aku inginkan, aku berlalu ke bagian susu

Susu yang kuinginkan di letakan di tempat yang tinggi. Aku susah payah menggapainya. Bahkan aku sudah meloncat-loncat seperti anak kecil. "Perlu bantuan?"tanya seseorang di sampingku. Suaranya berat. Aku yakin dia laki-laki

Aku mendongak untuk menatapnya. Matanya hitam pekat. Ia tersenyum dan mengambilkan susu yang ku butuhkan. "Te-terima kasih"ucapku sambil berlalu pergi.

"Tunggu"ucapnya. Aku berhenti sejenak. Aku membalikan tubuhku untuk melihatnya. "Ada apa?"tanyaku padanya yang jaraknya sekitar 1 meteran.

"M-matamu hijau? Itu dari lahir?"tanyanya dengan gugup kukira. Aku mengangguk membenarkan ucapannya. Ia menutup matanya. "Berapa umurmu?"tanyanya melemah

"Besok aku tujuh belas tahun"ucapku. Ia membuka matanya cepat. Ia kelihatan kaget. Ada apa dengan mata hijauku?

"S-sepertinya aku harus pergi"ucapku sambil meninggalkan orang aneh itu. Huh

****

Akhirnya acara belanjaku selesai. Aku benar-benar seperti Ibu-Ibu muda yang belanja bulanan. Sekarang, aku sedang makan di salah satu restoran dengan di temani trolley ku tentunya.

"Hai"sapa seseorang lagi. Sepertinya aku mengenal suaranya. Dia laki-laki aneh tadi. "H-hai"sapaku balik dengan canggung tentunya

"Boleh aku duduk disini?"tanyanya lembut. Aku mengangguk. Toh aku tidak punya alasan melarangnya kan?

"Hm, siapa namamu?"tanyanya sambil memakan makanannya begitu pula aku. Aku menatapnya takut-takut dia orang jahat. Ia terkekeh

"Aku tidak bermaksud apa-apa. Dan aku bukan orang jahat Ge"ucapnya seakan bisa membaca pikiranku. Tunggu, Ge? Gean? Dia tau namaku?

"Ge? Kau tau namaku?"tanyaku was-was. Dia menggaruk tenguknya yang kupastikan tidak gatal. "Bu-bukan begitu. Eum--"

"Nona ini makanan penutupnya"ucap seorang pelayan datang membawakan es krim vanilla ku. Yeayy

Setelah mengucapkan Terima Kasih, aku segera menyambar es krimku dengan lahap. Dia, maksudku orang asing itu terkekeh melihatku makan es krim

"Ada apa, Hm?"tanyaku yang merasa aneh di perhatikan olehnya. "Kau lucu kalau makan es krim"ucapnya sambil menyapukan jarinya pada ujung bibirku. Ada sebuah desiran disini

"Hm, siapa namamu?"tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku pada eskrim di depanku. "Ferdinan Zean. Panggil saja Zean"ucapnya cukup ramah menurutku

"Hm, Gean"balasku dengan senyum untuknya. Apa salahnya kan tersenyum?

"Jadi besok ulang tahunmu?"tanyanya sambil memasukan makanannya kemulutnya. "Hm, iya"ucapku sedikit lesu mengingat besok ulang tahunku.

"Kau akan mengadakan party Sweet 17?"tanyanya sambil meminum jus strawberry nya. Aku menggeleng.

"Orang tuaku bekerja. Kakakku sedang sibuk manggung. Sementara aku tidak punya banyak teman. Aku berbeda. Aku lebih suka menbuat cupcake untuk anak panti asuhan dan tertawa bersama mereka"ucapku tersenyum getir

Zean tersenyum manis. "Kau hebat"ucapnya sambil mengacak-acak rambutku dengan lembut. "Aku harus pergi. Aku duluan ya, Ge"ucapnya sambil meninggalkanku.

Aku tersenyum kecil sambil memegang puncak kepalaku. Dimana Zean mengacak-acak rambutku dengan lembut

Ferdinan Zean

Zean

Gean?

****

Zean Pov

"Jadi dia orangnya?"tanya orang tiba-tiba hadir di sebelahku.

"Ya. Dia. Dia sangat istimewa"ucapku sambil menatapnya dari jauh.

"Dia cantik"ucapnya yang cepat kuhadiahi tatapan mematikan. Dia justru terkekeh

"Nyonya Bleand dan Tuan Gery benar-benar menelantarkannya. Ia tidak tau asal usulnya"ucapku sambil melipat tangan di dada. "Dia belum mengetahuinya?"tanya orang disebelahku ini

"Bahkan Revan tidak memberi tahunya. Begitu kejam mereka, Boy"ucapku sambil menghela nafas. Boy ikut menghela nafas. "Kita harus membuatnya bisa mengendalikan segalanya"ucap Boy sambil masuk ke mobil diikuti olehku.

"Bagaimana jika ia tidak bisa menerima segalanya? Ini berat untuknya"tanya Boy seakan tak yakin. "Dia gadis kuat. Aku yakin dia bisa"ucapku mantap

a/n

Hai(: Makasih yang mau baca. Voments?

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang